Merdeka: Ketika Kita Menjadi Mahardika Seutuhnya
Oleh: Agus setiyono
Merdeka adalah nyanyian jiwa yang bergema di setiap sudut hati. Ia bukan sekadar sebuah deklarasi, bukan hanya angka yang tercetak dalam sejarah. Merdeka adalah mahardika; ia adalah kepemilikan penuh atas akal dan budi, atas nurani dan kebijaksanaan. Merdeka adalah ketika kita berilmu, cerdik, pandai, dan bijaksana. Ia adalah perpaduan luhur dari sikap dan sifat yang bangkit dari kesadaran akan hakikat manusia sebagai makhluk mulia.
Dalam makna yang lebih dalam, merdeka adalah pembebasan diri dari kebodohan. Bukan sekadar kebodohan yang berasal dari ketiadaan pengetahuan, tetapi kebodohan yang datang dari keengganan untuk belajar, untuk memahami, untuk mengkritisi. Merdeka adalah ketika kita tak lagi mudah dibodohi oleh segala hasutan yang tak berlandaskan logika dan etika. Merdeka adalah ketika kita berani berdiri di tengah badai caci maki, tak terpengaruh oleh kebencian yang dihembuskan orang lain.
Merdeka adalah hakikat dari kebebasan berpikir dan bertindak yang bertanggung jawab. Ia adalah ketika kita mampu memilah antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, dengan kebijaksanaan seorang bangsawan yang berkarakter luhur. Kebebasan ini adalah harta yang tak ternilai, yang harus dijaga dan dipertahankan dengan segenap jiwa raga.
Namun, menjadi merdeka bukanlah perjalanan yang mudah. Ia menuntut kita untuk terus belajar, terus bertanya, terus mencari kebenaran. Merdeka menuntut kita untuk berani melawan arus kebodohan yang sering kali diselimuti oleh topeng-topeng yang menyesatkan. Ia adalah perjuangan melawan pembodohan yang sering kali dilakukan oleh mereka yang memiliki kekuasaan, yang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan kita melalui hasutan yang halus namun mematikan.
Merdeka berarti kita harus cerdik, pandai, dan bijak dalam menyaring informasi. Jangan mudah percaya, jangan mudah terhasut, apalagi terjerumus dalam arus kebencian yang tak berujung. Marilah kita menjadi bangsa yang berpikir kritis, yang selalu mengedepankan akal sehat dan nurani dalam setiap langkah. Marilah kita menjadi bangsa yang tak mudah diajak bodoh, yang selalu teguh pada prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan.
Janganlah kita menjadi bangsa yang mudah dibodohi, baik oleh sesama kita sendiri, maupun oleh pihak-pihak lain yang ingin melihat kita terpecah-belah. Marilah kita menjaga kemerdekaan kita dengan segenap kesadaran dan kebijaksanaan, karena merdeka sejatinya adalah ketika kita mampu menjadi mahardika—bangsa yang berilmu, cerdik, pandai, bijak, berbudi luhur, dan bersifat bangsawan. Merdeka adalah hakikat dari kemanusiaan kita yang sejati, yang tak boleh diabaikan atau direndahkan oleh siapapun, termasuk oleh diri kita sendiri.
Merdeka adalah panggilan jiwa untuk hidup dalam kebebasan yang sejati, kebebasan yang tidak hanya membebaskan kita dari belenggu luar, tetapi juga dari belenggu kebodohan dan pembodohan. Merdeka adalah ketika kita menjadi tuan atas pikiran kita sendiri, ketika kita menjadi mahardika di tanah yang kita cintai ini.
MERDEKA! Untuk selamanya.
Agus setiyono, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jambi