Mocaf: Solusi Berbasis Kearifan Lokal untuk Swasembada Pangan

Suara Muhammadiyah

Penulis

1
263
Wahyu Imam Santoso, S.TP., M.P.

Wahyu Imam Santoso, S.TP., M.P.

Mocaf: Solusi Berbasis Kearifan Lokal untuk Swasembada Pangan

Oleh: Wahyu Imam Santoso, S.TP., M.P.

Ketergantungan pada gandum impor yang mencapai 11 juta ton per tahun membuat Indonesia rentan terhadap krisis pangan. Dalam semangat swasembada pangan yang ditekankan Presiden Prabowo, optimalisasi tepung mocaf (Modified Cassava Flour) dapat menjadi peluang strategis untuk memperkuat ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal.

Tepung mocaf adalah tepung yang dihasilkan dari singkong melalui proses fermentasi. Berbeda dengan tepung singkong biasa, mocaf memiliki tekstur yang lebih mirip dengan tepung terigu, menjadikannya alternatif yang ideal dalam pembuatan berbagai produk makanan seperti roti, kue, dan mie. Mocaf rendah gluten dan kaya serat, menjadikannya pilihan lebih sehat dibandingkan tepung terigu yang banyak digunakan.

Mocaf dan Nilai Keislaman

Islam mengajarkan pentingnya memanfaatkan potensi lokal dan kemandirian ekonomi. Mocaf, yang berasal dari singkong, bukan hanya simbol keberlanjutan, tetapi juga upaya mengamalkan nilai Islam tentang pemberdayaan umat. Pengembangan mocaf dapat menjadi langkah nyata untuk meningkatkan taraf hidup petani singkong, mengurangi ketimpangan ekonomi, dan mendorong produk halal lokal yang sehat dan berkah.

Singkong: Bahan Pangan Lokal yang Melimpah dan Mudah Dibudidayakan

Singkong, atau ketela pohon, adalah tanaman yang mudah dibudidayakan dan tumbuh subur di berbagai daerah di Indonesia. Singkong juga dikenal tahan terhadap kondisi iklim yang ekstrem, menjadikannya bahan pangan yang cocok untuk dikembangkan di banyak wilayah beriklim tropis seperti Indonesia.

Sebagai bahan baku utama tepung mocaf, singkong menjadi komoditas lokal yang melimpah dan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan pada impor gandum.

Mocaf dan Visi Swasembada Pangan

Dalam visi swasembada pangan, mocaf dapat menjadi solusi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada gandum impor.

Singkong sebagai bahan baku utama mocaf, adalah tanaman lokal yang mudah dibudidayakan, tahan cuaca ekstrem, dan memberikan hasil panen yang melimpah. Dengan mengadopsi kebijakan keberpihakan pada mocaf, Indonesia dapat mendukung swasembada pangan berbasis lokal yang lebih berkelanjutan dan resilien.

Seperti yang diungkapkan Presiden Prabowo dalam berbagai kesempatan, kemandirian pangan harus dimulai dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang mudah diakses dan bernilai ekonomis tinggi.

Mocaf memiliki potensi besar untuk mendukung visi tersebut, dengan menyediakan alternatif tepung yang lebih murah dan sehat dibandingkan terigu impor.

Peran Muhammadiyah dalam Pengembangan Mocaf

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang peduli pada kemandirian masyarakat telah menunjukkan kontribusinya dalam pengembangan mocaf. Salah satu contohnya adalah pendampingan petani singkong di Banjarnegara.

Dalam program ini, Muhammadiyah membantu petani mengembangkan produksi singkong berkualitas untuk diolah menjadi mocaf. Hasilnya, mocaf dari Banjarnegara tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik, tapi juga telah menembus pasar ekspor, seperti Jepang dan Eropa.

Pendampingan ini meliputi pelatihan budidaya singkong organik, teknologi pengolahan mocaf, hingga strategi pemasaran produk. Muhammadiyah juga mendorong lahirnya koperasi petani yang memperkuat posisi tawar mereka di pasar. Langkah ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga menjadikan mocaf sebagai komoditas lokal yang kompetitif di pasar global.

Dukungan Pemerintah

Kebijakan subsidi bagi mocaf, seperti halnya gandum, adalah langkah strategis yang sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Subsidi ini dapat diberikan melalui:

Hulu: Bibit unggul, pendampingan petani singkong, dan insentif agribisnis.

Industri: Bantuan teknologi pengolahan mocaf bagi UMKM.

Hilir: Promosi produk berbasis mocaf di pasar domestik dan internasional.

Pengembangan mocaf tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga memuliakan ajaran Islam tentang keberpihakan pada masyarakat kecil. Singkong, yang sering dipandang sebelah mata, memiliki potensi besar menjadi solusi strategis dalam menghadapi tantangan pangan global.

Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan Muhammadiyah, kita dapat mengoptimalkan potensi lokal ini untuk mendukung swasembada pangan dan pemberdayaan ekonomi umat. Mari kita dukung gerakan berbasis kearifan lokal ini sebagai wujud nyata dari upaya membangun Indonesia yang mandiri, berdaulat, dan berkeadilan. 

 

*Penulis adalah ketua Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Semarang, Sekretaris MPKSDI PDM Kota Semarang

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Hijrah Kontemporer, Hijrah Yang Transformatif (Bagian I): Memberdayakan Aset Informasi Persyarikatan....

Suara Muhammadiyah

8 July 2024

Wawasan

Gelar Pendidikan dan Penghormatan Oleh: Amalia Irfani, Dosen IAIN Pontianak/LPPA PWA Kalbar Tidak ....

Suara Muhammadiyah

24 July 2024

Wawasan

Penyakit Lever dan Penyakit Hati Oleh: Mohammad Fakhrudin Manusia memperoleh hidayah naluri, panca....

Suara Muhammadiyah

4 July 2024

Wawasan

Sulthanan-Nashira sebagai Pakaian Politik Islam Oleh: Adrian Al-fatih, Kader Muhammadiyah Sulthana....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Wawasan

Kesempatan Berbuat Baik  Oleh: Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar  Selalu ada ruan....

Suara Muhammadiyah

3 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah