BANTUL, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah yang lahir pada 1912 telah menjelma menjadi gerakan Islam yang berusia lebih dari satu abad. Hingga kini, Muhammadiyah tidak pernah berhenti berdakwah di akar rumput.
"Berusaha mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya," tutur Ari Anshori.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015–2022 dalam acara Syawalan dan Silaturahmi Anggota MPK PP Muhammadiyah, Rabu (23/4), di Padepokan Paryanto, Puntodewo, Wirokerten, Banguntapan, Bantul.
Seiring berjalannya waktu, pada abad kedua ini, Muhammadiyah dihadapkan pada tantangan besar untuk membangun Indonesia yang adil, makmur, dan bahagia. "Berdasarkan nilai-nilai Islam yang kaffah," tambahnya.
Untuk mewujudkan cita-cita itu, Muhammadiyah berpegang pada konsep Rizki & Perbekalan, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM), serta prinsip-prinsip syari’ah sebagai landasan utama gerakan.
Dalam konsep Rizki & Perbekalan, Muhammadiyah mengambil spirit dari QS Hud ayat 6, dengan komitmen mendorong kemandirian ekonomi melalui usaha dan kerja keras yang halal. "Sejalan dengan prinsip syari'ah," sebutnya.
Muhammadiyah juga menekankan pentingnya perencanaan ekonomi berbasis syari’ah, seperti zakat, infak, dan wakaf, untuk menciptakan kesejahteraan yang merata. "Perbekalan bersifat kasat mata, sedangkan rezeki bersifat kasat mata dan tidak kasat mata," jelasnya.
Selain itu, melalui konsep MADM, Muhammadiyah berupaya menerapkan prinsip syari’ah dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
"Muhammadiyah melalui berbagai program sosial dan ekonomi berupaya merealisasikan keberkahan ini dalam kehidupan nyata," tutur Ari, yang kini menjadi Dewan Syariah Majelis Pendayagunaan Wakaf PP Muhammadiyah. (Cris)