Muslim Mukmin yang Memikirkan dan Memperhatikan Masyarakat

Publish

18 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
61
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Muslim Mukmin yang Memikirkan dan Memperhatikan Masyarakat

Oleh : Mohammad Fakhrudin 

Di dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah Bagian Ketiga yang berjudul Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah A.4 terdapat subjudul Dalam Muamalah Duniawiyah. Butir ke-1 subjudul tersebut adalah “Setiap warga Muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi dan khalifah di muka bumi sehingga memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif dan positif serta tidak menjauhkan diri dari pergumulan kehidupan dengan landasan iman, Islam, dan ihsan dalam arti berakhlak karimah.” Rujukan butir ke-1 tersebut adalah Al-Qur’an surat al-Baqarah (2):30; Shad (38):27; al-Qashash (28):77; HR al-Bukhari, Muslim, Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad Ibn Hambal.

Berpandangan dan Bersikap Aktif dan Positif

Sebagai abdi dan khalifah di muka bumi, muslim mukmin harus memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif dan positif. Dengan berpandangan dan bersikap aktif dan positif, kita dapat berbuat yang terbaik bagi masyarakat.
 
Pandangan dan sikap yang demikian kiranya menjadi rujukan butir ke-1 dari 6 butir perilaku hidup bermasyarakat sebagaimana terdapat di dalam Himpunan Putusan Tarjih Jilid 3 (hlm.458), yakni “Seorang muslim ikut memikirkan dan memperhatikan baik dan buruknya masyarakat.” 

Parameter Baik-Buruknya Masyarakat

Dengan memperhatikan maksud dan tujuan Muhammadiyah, kita dapat menentukan baik-buruknya masyarakat menurut Muhammadiyah. Di dalam Bab III pasal 6 dijelaskan bahwa maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 

Bagi Muhammadiyah, masyarakat Islam yang sebenar-benarnya kiranya tidak berarti bahwa semua anggota masyarakat wajib beragama Islam. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya tidak berarti pula bahwa umat Islam harus mempunyai pemahaman yang sama dengan Muhammadiyah. Hal yang lebih mendasar lagi adalah bahwa Muhammadiyah tidak akan pernah mengklaim bahwa hanya pemahaman Muhammadiyah yang benar secara mutlak. 

Berkenaan dengan pandangan dan sikap yang demikian, Muhammadiyah menegakkan prinsip “ummat wasatha”, yaitu masyarakat pertengahan atau moderat yang memiliki peran sebagai “syuhada ‘ala al-nas” sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah (2):143),

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ 

“Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”

Praktik-Baik Muhammadiyah

Menurut Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, kualifikasi umat yang baik adalah “ummatan wasathan”. Beliau menjelaskan bahwa “wasath” paling tidak mengandung lima pengertian. Berikut ini adalah ringkasan penjelasannya yang dipublikasi di MUHAMMADIYAH.OR.ID.YOGYAKARTA.

Dengan merujuk kepada pendapat Imam Al Qurtubi, beliau menjelaskan bahwa pengertian pertama dari “ummatan wasathan” adalah umat yang terbaik. Sifat terbaik itu dapat dimaknai juga sebagai sebuah keindahan yang tampak jelas. Selanjutnya, beliau memberikan ilustrasi sebagai berikut. Sesuatu yang menggambarkan “wasathiyah” itu seperti “oase” di tengah gurun yang memang sangat “observable” dan sangat “noticeable.”

Pengertian yang kedua dijelaskannya dengan merujuk kepada Ibnu Katsir, “wasatha” bermakna sangat baik. Pengertian ini dikemukakannya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa di dalam Al-Qur'an surat Ali ‘Imran (3):110. 

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ 

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” 

"Baik" dalam konteks ini memiliki penekanan dalam sisi unggul atau berkeunggulan dan “leading” dibandingkan dengan yang lain. 

Pengertian yang ketiga “ummatan wasathan” adalah umat yang adil. Dalam konteks diskursus keilmuan, adil dapat bermakna objektif.

Sementara itu, adil dalam konteks hukum bermakna bahwa hukum ditetapkan berdasarkan aturan sesuai dengan prinsip bukan karena ada tekanan dari pihak lain; objektif, bukan dengan subjektif suka tidak suka.

Pengertian “wasathan” yang keempat adalah seimbang. Dengan merujuk kepada Tafsir Ibnu Katsir, beliau menyebut keseimbangan dalam konteks ini adalah tidak condong hanya kepada salah satu sisi, baik dari material maupun spiritual. Muslim pertengahan selalu menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.

Pengertian kelima, “wasatha” bersifat tidak ekstrem: moderat dalam beragama, tidak berlebih-lebihan dalam berperilaku. Jadi, “wasatha” itu menghindari sikap ekstrem, sikap yang berlebih-lebihan, baik dalam berperilaku, pengambilan keputusan, maupun dalam pelaksanaan berbagai amalan termasuk dalam ibadah.

Tidak Sekadar Wacana

Muhammadiyah dalam kehidupan bermasyarakat aktif bergerak untuk kebaikan masyarakat dengan berbagai amal usaha. 

Di bidang pendidikan Muhammadiyah menyelenggarakan pendidikan sejak pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Hebatnya lagi, tidak hanya Muhammadiyah yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, tetapi juga ‘Aisyiyah. Dalam hal ini tidak hanya masyarakat Islam yang diberi kesempatan untuk menjadi insan cerdas dan berakhlak mulia, tetapi juga masyarakat non-Islam. Sungguh prestasi yang wajib kita syukuri karena ada 18 perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang Terakreditasi Unggul. 

Di bidang Kesehatan, Muhammadiyah mendirikan rumah sakit umum yang melayani masyarakat umum. Bahkan, cukup banyak rumah sakit yang dikelola oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (pimpinan Muhammadiyah tingkat kecamatan). Sama halnya dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi, penyelengggaraan rumah sakit pun dilakukan oleh ‘Aisyiyah.

Di bidang ekonomi, amal usaha Muhammadiyah makin berkembang. Berikut ini merupakan contoh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) yang sukses mengelola program atau amal usaha ekonomi:

PCM Sunggal Medan sukses dalam gerakan koperasi

PCM Kinali Pasaman Barat sukses dalam budi daya sarang burung walet (pendapatan bersih setiap bulannya Rp150 juta), pengelolaan usaha show room motor, bengkel motor, usaha benkel kayu. 

PCM di Metro Lampung sukses dalam pengelolaan Swalayan dan BMT.

PCM Leuwiliang sukses dalam pengelolaan Koperasi Syariah/BMT Khoiru Ummah (6 cabang)

PCM Limpung Batang sukses dalam pengelolaan Swalayan ” Toko Kita” (2 di PCM Limpung dan 12 toko binaannya)

PCM Babat Lamongan sukses dalam pengelolaan BMT dan Usaha Properti Perumahan “Islamic Residen“.

PCM Sruweng sukses dalam pengelolaan Rest Area, gerakan angkringan, budi daya ikan hias, dll.

PRM Gading sukses dalam pengelolaan Usaha Pengelolaan Parkir dan Toko-MU yang menginspirasi lahirnya 11 minimarket dalam Bimbingan PRM Gading.

PRM Keji Muntilan sukses dalam pengelolaan pabrik kayu lapis

PRM Sendangharjo Lamongan sukses dalam pengelolaan Toko Serbaada, budi daya melon emas, penyewaan traktor, budi daya kambing, kendaraan antarjemput siswa dll

PRM Pandes Plered Bantul sukses dalam pengelolaan usaha properti dan pembinaan 60 warganya yang berwirausaha.

PCM Cileungsi sukses dalam pengelolaan toko swalayan ”SunMart”, Digital Printing, Pabrik Mur (kerja sama, dengan PT BUKAKA”, Bengkel Mobil, juga dengan toko besi dan bahan bangunan.

PCM Prambanan sukses dalam pengelolaan Toko Grosir "Hasbuna”, dan minimarket, toko bangunan, budi daya lele, pabrik roti, toko perlengkapan muslim, guest house.

(Sumber: Suara Muhammadiyah online. 23 November 2020)

Kiranya sangat jelas bagi kita bahwa Muhammadiyah telah mengamalkan kelima pengertian “ummatan wasathan” sebagaimana telah dikemukakan oleh Abdul Mu’ti. Tentu sekarang bukti bahwa Muhammadiyah ikut memikirkan dan memperhatikan baik-buruknya masyarakat makin bertambah. Muhammadiyah telah, sedang, dan terus memikirkan dan memperhatikan baik-buruknya masyarakat.

Insyaallah!


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Ibrah dari Perang Badar (2) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Ma....

Suara Muhammadiyah

4 September 2024

Wawasan

Toleransi Dibalik Narasi Moderasi Beragama Oleh Badru Rohman, Kokam Solo Raya Dalam konteks keIndo....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Wawasan

Oleh: Wildan Farih Musthafa *) Hidup dalam Gelombang Informasi    Saat ini, kita hidup di....

Suara Muhammadiyah

11 June 2025

Wawasan

Oleh: Agusliadi Massere Cara menjalani kehidupan dan untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai harapa....

Suara Muhammadiyah

22 January 2024

Wawasan

Berdakwah dengan Santun Oleh: Suko Wahyudi. PRM Timuran Yogyakarta  Dakwah merupakan manifest....

Suara Muhammadiyah

17 July 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah