Oleh: Ir Tito Yuwono, MSc, PhD, IPM, Dosen Jurusan Teknik Elektro-UII Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Di lembah sunyi, suara tak terdengar
Ismail kecil, terbaring dengan sabar
Tangan Ibrahim kekasih Allah gemetar
Hati taat dan mantab
Melaksanakan perintah Yang Maha Besar
Berkurban, bukan sekedar darah hewan yang mengalir
Bukan sekedar sapi dan kambing tergilir
Namun tentang jiwa yang pasrah
Tunduk taat pada Yang Maha Kuasa
Mempersembahkan sesembelihan hanya untuk Allah
Dengan membaca basmalah
Memantabkan keyakinan aqidah
Hanya untuk Allah segala ibadah
Kurban adalah sesembelihan suci
Dalam rangkat taat pada Ilahi
Harta akan segera pergi
Taqwalah yang akan abadi
Bekal sesungguhnya ketika kembali
Yaa Rabbi
Kuatkanlah tauhid kami
Lenyapkan taghut-taghut dihati
Terimalah kurban kami
Hari ini kita sudah berada di awal bulan Dzulhijjah. Orang Jawa biasa mengatakan bulan bada besar. Bulan Dzulhijah ini terkumpul banyak ibadah yang disyariatkan yaitu ibadah haji dan badah kurban. Pada 10 hari awal di bulan ini juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti puasa, shodaqoh, dan sebagainya.
Pada tulisan kali ini akan dibincangkan berkaitan dengan nilai-nilai spiritual ibadah kurban. Dengan harapan ketika menjalankan kurban, nilai spiritual ini akan terealisasikan dalam diri maupun masyarakat luas. Bukan sekadar rutinitas tanpa dimaknai dan tanpa terhayati nilainya.
Beberapa hal dari nilai spiritual ibadah kurban adalah:
Ibadah Kurban Jadi Penegas Tauhid
Allah Ta’ala berfirman dalam Qur'an Surat Al-An’am ayat 162:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Kurban merupakan ibadah yang agung. Kurban yang diniatkan semata-mata mentaati perintah Allah Ta’ala ini merupakan penegas tauhid kita kepada Allah. Kita sering mendengar dan melihat masih banyak warga yang melakukan penyembelihan yang diperuntukkan untuk selain Allah, seperti untuk makhluk yang dianggap menguasai laut, sungai, pohon besar dan sebagainya.
Juga sering kita dengar ketika mau memulai projek, mereka menyembelih hewan untuk “danyang” yang bertujuan projeknya tidak diganggu dan sebagainya. Ini semua adalah tindakan menyekutukan Allah Ta’ala dan merupakan bagian dari syirik akbar. Maka ibadah kurban, menyembelih hewan kurban yang diperuntukkan hanya untuk Allah Ta’ala merupakan penegas tauhid kita.
Ibadah Kurban Menujukkan Keikhlasan dan Ketaqwaan
Allah Ta’ala berfirman dalam Qur'an Surat Al-Haj ayat 37:
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ibadah kurban memerlukan harta untuk mendapatkan hewan penyembelihan. Maka hendaknya ibadah kurban ini dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas merupakan memurnikan ibadah kita karena memenuhi perintah Allah Ta’ala. Tidak ada motivasi- motivasi yang lain seperti ingin dipuji tetangga, tidak enak dengan tetangga jika tidak kurban dan lain sebagainya.
Selain itu, kita berkurban disertai dengan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Taat kepada Allah Ta’ala diberbagai aspek kehidupan.
Ketundukan dan Kepasrahan
Allah Ta’ala berfirman dalam Quran Surat Ash-shofat ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Keteladanan Nabi Ibrahim beserta putranya luar biasa. Ketundukan dan kepasarahan yang sempurna terhadap ketaatan kepada Allah Ta’ala pantas untuk dicontoh. Perintah dan ujian Allah Ta’ala yang besar yaitu menyembelih putra kesayangannya Ismail dikerjakan dengan penuh ketundukan dan kepasarahan.
Begitu juga dengan Ismail putranya. Ketika Allah Ta’ala memberikan syariat kepada kita untuk menunaikan ibadah kurban maka kita lakukan dengan ringan hati, sami’na wa atho’na terhadap syariat Allah Ta’ala. Begitu juga dengan perintah-perintah ataupun larangan-larangan agama, kita dengarkan dan kita berusaha untuk tunduk dan pasrah terhadap aturan agama tersebut.
Empati dan Kebersamaan Sosial
Semua syariat yang Allah Ta’ala tetapkan bermasalahat pada diri sendiri dan masyarakat. Demikian juga ibadah kurban ini. Dengan ibadah kurban, kita berbagi daging sesembelihan kepada tetangga dan kerabat, melatih empati dan juga kebersamaan sosial. Kebersamaan ini semakin terasa terlebih frekuensi makan daging kambing maupun daging lembu sangat rendah di Indonesia.
Daging kambing dan daging lembu merupakan makanan spesial. Maka dengan partisipasinya kita ikut berkurban, kita berpartisipasi dalam membangun kebersamaan dan kebahagiaan masyarakat secara kolektif.
Ibadah kurban merupakan ibadah yang agung. Ibadah yang mempunyai dimensi tauhid dan sosial. Ibadah ini merupakan penegas tauhid kita kepada Allah Ta’ala serta tanda ketundukan dan kepasrahan. Sebagaimana ibadah lainnya, ibadah kurban dilakukan dengan keikhlasan dan disertai dengan ketaqwaan dan dilakukan sesuai tuntunan Nabi Saw. Ibadah kurban juga berdimensi sosial, mengasah empati dan jiwa sosial hamba serta memupuk kebersamaan.