JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti memastikan bahwa penjurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Bahasa kembali diberlakukan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dilakukan guna menunjang program Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang merupakan pengganti Ujian Nasional (UN) sebagai alat ukur capaian pembelajaran siswa yang akurat. Karena dianggap terburu-buru, kebijakan ini pun menuai atensi publik, termasuk dari kalangan pakar dan sastrawan muda daerah.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Bahasa Indonesia UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto, Abdul Wahid BS, menyampaikan dukungannya. “Kalau benar akan ada lagi Jurusan Bahasa Indonesia di SMA, itu hal bagus bagi anak bangsa, sebab akan banyak pilihan bidang keahlian sejak awal di SMA. Selain itu, Gerakan Literasi Bahasa dan Sastra Indonesia akan lebih nyata.
Hal senada disampaikan Sastrawan Muda Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas, Aditya Setiawan.
“Bagi saya, kembalinya jurusan bahasa di SMA sangat bagus, mengingat perkembangan digitalisasi sangat pesat, apalagi dengan teknologi Artificial Intelligence (AI). Bisa jadi, jurusan bahasa Indonesia di SMA menjadi jantungnya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah,” tegas Adit.
“Kembalinya jurusan bahasa Indonesia bisa mengembalikan martabat bahasa nasional. Dengan mencintai bahasa Indonesia secara utuh, meningkatkan minat membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara baik", ujar Aditya menambahkan.
Adapun tantangan pembelajaran bahasa, ungkap Aditya Setiawan diataranya yaitu perkembangan teknologi. "Tantangan paling kuat adalah perkembangan teknologi AI yang semakin pesat dan cerdas. Sebagai perantara pembelajaran bahasa Indonesia, pengajar harus pandai mengatur anak didik agar tidak mentah-mentah memanfaatkan teknologi," pungkasnya.
Semoga dukungan tersebut menambah energi dalam meningkatkan kecintaan anak-anak terhadap bahasa Indonesia. (WK)