Pemuda Ideal dalam Al-Qur’an
Asman Budiman, Kabid RPK DPD IMM Sulawesi Tenggara
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023 penduduk Indonesia yang mencapai 280 juta jiwa, 66,3 juta diantaranya di dominasi oleh anak-anak muda. Tahun 2045 Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi, dengan pemuda-pemudi menjadi kategori usia yang produktif dan mampu membawa suatu bangsa mengalami kemajuan yang pesat. Pemuda yang masih memiliki spirit dan idelaisme yang besar menjadi modal utama untuk tampil sebagai leader dalam memimpin kemajuan bangsa ini.
Menjadi seorang leader atau pemimpin tentunya harus mempunyai visi yang progresif, pengalaman yang mumpuni, ahli di bidangnya dan sebagainya. Akan menjadi modal awal dalam sebuah kepemimpinan. Belajar dan terus mengasah diri adalah salah satu cara untuk meningkatkan softskill calon pemimpin. Kata Tan Malaka, kita haruslah rela beberapa kali terbentur, terbentur, barulah terbentuk. Kata tersebut mengandung makna, menjadi seorang yang hebat patutlah melewati step by step proses yang akan dilalui.
Proses yang dilalui tanpa memperhatikan alurnya akan menghasilkan seorang pemuda karbitan yang tidak memiliki banyak pengetahuan untuk dijadikan sebagai teladan dalam kepemimpinan. Nabi Muhammad saw sendiri telah menyindir orang-orang yang memberikan sebuah perkara yang bukan pada ahlinya, justru akan menimbulkan persoalan dikemudian hari. Olehnya itu menyambut bonus demografi yang akan di dapatkan oleh negara kita, dibutuhkan karakteristik pemuda yang ideal. Sebagaimana pada Al-Qur’an surah Al Anbiyah ayat 60 menjelaskan karakteristik pemuda ideal tersebut.
Karakteristik Pemuda Ideal
قَالُوا۟ سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبْرَٰهِيمُ
“mereka berkata: kami mendengar ada seorang pemuda yang mencelah berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim (Q.S. Al Anbiyah: 60)”. Ayat ini menjelaskan, bagaimana seorang pemuda yang bernama Ibrahim telah menunjukkan kegigihannya untuk melawan kedzaliman dan pengingkaran terhadap kebenaran yang telah diberikan kepadanya (Islam).
Ibrahim sendiri dengan gigih menyebarkan nilai-nilai ajaran tauhid ditengah masyarakat yang masih banyak menyembah berhala (paganisme). Tantangannya tidaklah mudah, sebab Ibrahim sedang melawan keyakinan yang telah lama hidup dan menjadi laku masyarakat Babilonia saat itu. Kata Ian Douglas Wilson bahwa agama adalah alat penggerak masa yang efektif, melakukan tindakan yang diangap merendahkan keyakinannya. Sehingga apa yang dilakukan oleh Ibrahim adalah tindakan melawan keyakinan masyarakat Babilonia.
Itulah kemudian yang membentuk Ibrahim muda, menjadi sosok pemuda yang memiliki idealitas yang patut kita jadikan contoh. Karakteristik pemuda ideal yang tercantum dalam ayat tersebut bisa dikategorikan sebagai berikut.
Pertama pemuda ideal yang memiliki keberanian. Pada aspek ini, keberanian menjadi poin utama untuk menjadi karakteristik seorang pemuda. Kebenaran tetap harus ditegakkan walaupun dunia akan runtuh. Keberanian adalah sikap tidak merasa takut untuk melakukan Tindakan yang merisaukan akan kemungkinan terburuknya. Aristoteles sendiri mengatakan bahwa awal dari sebuah kebijaksanaan ialah kemampuan menaklukkan rasa takut.
Apa yang dilakukan oleh Ibrahim adalah sebuah perlawanan untuk menaklukkan rasa takut. Rasa takut yang dimaksud ialah, takut terhadap siksa Allah Swt atas tidakmampuan kita dalam menyiarkan agama Allah serta menebarkan kebenaran ajaran tauhid.
Selanjutnya pemuda ideal yang kedua ialah cinta ilmu pengetahuan. Hadis Nabi diatas yang menjelaskan untuk memberikan suatu perkara kepada ahlinya adalah agar setiap persoalan yang mendapatkan jalan keluar berdasarkan pengetahuan. Al-Qur’an sendiri banyak menyebut pentingnya penggunaan ilmu pengetahuan, salah satunya untuk mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
Seorang yang cinta ilmu pengetahuan akan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sumber peradaban manusia. Manusia tidak akan mampu berkembang dan maju jika ilmu pengetahuan tidak menjadi instrument yang penting di dalamnya.
Ketiga ialah pemuda yang memiliki moral. Moral sangat erat kaitannya dengan tingkahlaku seseorang, sehingga perlu mengariskan instrument yang mampu menjadikan moral sebagai landasan utama seorang pemuda. Moral sendiri akan membawa kepada kesadaran individu untuk melakukan kebaikan.
Seorang yang memiliki ahklak akan mengetahui aspek normative tindakan yang harus dilakukan. imanuel Kant sendiri mengartikan ahklak sebagai aspek yang membedakan antara baik dan buruk yang ada di dalam diri seseorang tanpa pembatasan. Sehingga dengan itu, seorang pemuda akan mengetahui batas-batas yang harus dilakukan.
Keempat adalah pemuda yang memiliki etos kerja yang baik dan konsisten terhadap apa yang dilakukan. nur Cholis Majid sendiri mengartikan etos kerja adalah hasil kepercayaan seorang muslim bahwa bekerja memiliki kaitan dengan tujuan hidupnya untuk mendapatkan keridhaan Allah Swt. Etos kerja inilah yang menjadi dasar seorang pemuda untuk mampu mencapai visi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan.
Pelbagai pekerjaan akan menjadi ideal jiak etos kerja ditanamkan untuk menjadi sebuah instrument dalam meraihnya. Kaitannya dengan amal perbuatan, semua yang dikerjakan untuk senantiasa diniatkan untuk Allah Swt.
Pemuda Masa Depan Bangsa
Sebagaimana data diatas, pemuda memiliki tanggungjawab yang besar ke depannya untuk memajukan bangsa ini. kedepan pemuda harus mampu memanfaatkan bonus demografi, bukan sebaliknya justru menjadi beban. Agar tidak menjadi beban, yang patut dilakukan adalah mengembangkan sumber daya manusia, mengasah diri agar selalu maju dari segi berpikir dan bertindak.
Merujuk apa yang dikatakan oleh Soekarno ia hanya membutuhkan 10 pemuda untuk menguncang dunia, memiliki arti bahwa tidak perlu banyak orang utnuk merubah dunia cukup 10 orang yang memiliki kualitas dan visi untuk memajukan bangsanya itulah mereka yang akan meraih kemajuan.