Pemulihan Hati yang Terluka

Publish

22 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
114
Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Pemulihan Hati yang Terluka

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Ungkapan, “Mencegah sakit lebih baik daripada mengobati” sangat bagus kita jadikan pengingat. Mencegah perselingkuhan lebih baik daripada menyatukan kembali suami istri yang terluka hatinya karena perselingkuhan. Lebih berat lagi, jika kemaksiatan itu sampai mengakibatkan perceraian. 

Perselingkuhan pasti menimbulkan rasa sakit di hati yang luar biasa mendalamnya. Ada ungkapan, “Luka hati sukar diobati”. Bahkan, ada lagi ungkapan, “Luka hati dibawa sampai mati”. 

Di dalam “Pencegahan dan Penangkalan Penuhanan Nafsu” yang dipublikasi di Suara Muhammadiyah online, 18 Desember 2025 telah diuraikan bahwa faktor kuatnya akidah merupakan pencegah dan penangkal terhadap penuhanan nafsu apa pun. Muslim mukmin yang kuat akidahnya mempunyai daya cegah dan tangkal terhadap berbagai ujian kehidupan. 

Salah satu ujian baginya adalah nafsu seksual pada lawan jenis yang bukan pasangan sendiri. Penuhanan nafsu seksual dapat membutakan mata hati. Istri sendiri lebih cantik, tetapi terpikat pada  perempuan (istri laki-laki) lain dan menjadi pebinor. Suami sendiri lebih ganteng, kaya, berpangkat, dan berjabatan tinggi, tetapi terpikat pada laki-laki (suami orang) lain dan menjadi pelakor.  

Hal itu tidak terjadi pada orang-orang yang kuat akidahnya. Mereka lulus ujian dengan predikat cum laude, bahkan, suma cum laude. Sebaliknya, orang-orang yang lemah akidahnya gagal total. Keluarga yang telah dibina lebih dari 20 tahun pun dapat berantakan.

Kita perhatikan kembali hasil penelitian Khairul Fajri dan Mulyono (Universitas Muhammadiyah Surabaya) tentang penyebab perselingkuhan. Pada umumnya perselingkuhan terjadi pada anggota keluarga yang (1) kurang memiliki kualitas keagamaan yang mantap, (2) lemahnya dasar cinta, (3) komunikasi yang kurang lancar dan kurang harmonis, (4) sikap egois dari masing-masing, (5) emosi yang kurang stabil, dan (5) kurang mampu membuat penyesuaian diri. 

Pencegahan dan penangkalan terhadap perselingkuhan sesungguhnya dapat dilakukan dengan becermin diri. Dari kelima penyebab perselingkuhan sebagaimana ditemukan oleh Khairul Fajri dan Mulyono, kita bertanya pada diri kita misalnya pada butir mana kita lemah. Jika butir (1), pencegahan dan penangkalam kita lakukan dengan menguatkan iman dan takwa. 

Jika kelemahan terdapat pada butir (2), kita lakukan pencegahan dan penangkalan dengan memperbaiki dasar cinta. Suami istri perlu belajar saling mencintai. Dasarnya bukan kecerdasan intelektual semata, melainkan juga ketulusan dengan berharap memperoleh berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan, harapan memperoleh berkah tersebut harus menjadi dasar utama.

Pendek kata, setelah menikah, kita menutup rapat-rapat pintu masuk “cinta liar”. Jika reunian atau kumpul-kumpul temu kangen dengan teman menjadi pintu masuk “cinta liar” itu, kita batasi atau kita hindari. Jika medsos pun menjadi pintu masuk, kita batasi atau kita hindari. Agar penutupan pintu masuk itu dapat berjalan dengan baik, kejujuran pada diri sendiri tentang kelemahan kita, menjadi modal utama.

Allah Pemberi Hidayah

Sejarah kehidupan manusia sejak zaman jahiliah hingga sekarang menjadi pelajaran berharga bagi kita. Umar bin Khattab mempunyai masa lalu yang sangat buruk. Keburukannya luar biasa: pezina, pemabuk, pembunuh, dan sederet keburukan yang lain. Namun, dia memperoleh hidayah sehingga menjadi sangat baik. Dia menjadi sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang gagah berani membela Islam. Dia menjadi khalifah yang sangat memperhatikan rakyatnya. Dia sangat menghormati hak orang lain meskipun berbeda agama.

Tidak ada seorang pun yang menduga bahwa dia akhirnya menjadi sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang sehebat itu. Berkenaan dengan itu, kita dapat memetik pelajaran bahwa hidayah dapat diberikan oleh Allah Subḥanahu wa Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Namun, kita diwajibkan berdoa dan berikhtiar agar memperoleh petunjuk, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Kita diberi tuntunan berdoa mohon petunjuk. Berikut ini merupakan salah satunya.

اللَّهُمَّ إِنِي أَسْأَلُكَ الهُدَى، وَالتُّقَى، وَالعفَافَ، والغنَى

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu; petunjuk, ketakwaan, kesucian kehormatan, dan kekayaan (jiwa).” 

(HR Muslim, HR at-Tirmidzi, dan HR Ibnu Majah)

Sementara itu, di dalam surat az-Zumar (39):53

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Berdasarkana ayat tersebut, muslim mukmin diperintahkan agar tidak berputus asa atas rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Dia Maha Pengampun. Dengan demikian, sangat mulia kiranya jika kita senantiasa membuka pintu maaf.

Pengakuan Bersalah dan Perbaikan Diri

Di antara pelaku perselingkuhan ada yang sadar akan kesalahannya dan bertobat. Kesadaran itu muncul dari diri sendiri. Dia mengakui kesalahannya, berjanji dengan sungguh-sungguh tidak mengulangi, mewujudkan janji itu, dan melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Di antara mereka ada yang sampai menghukum dirinya sendiri misalnya dengan membatasi secara ekstrem pergaulannya. Gawai pun tidak lagi digunakannya. Pendek kata, semua pintu masuk “cinta liar” ditutupnya rapat-rapat.

Di sisi lain ada orang yang memerlukan bantuan orang lain untuk menyadari kesalahannya. Bantuan itu dapat berupa nasihat dan keteladanan. Kesadaran suami istri untuk saling meminta dan memberikan maaf lalu sepakat mempertahankan keutuhan keluarga baru timbul setelah memperoleh nasihat dari orang tua, ustaz, sahabat, atau orang kepercayaan yang lain. 

Ada pelaku selingkuh yang baru sadar bahwa anggapan dirinya hebat dan siap menanggung risiko apa pun tidak terbukti. Dia depresi. 

Ada juga yang strok. Makin terpuruk dia ketika dalam keadaan seperti itu, justru ditinggalkan oleh perempuan selingkuhannya. Namun, masih ada kesempatan bertobat  baginya karena istri sahnya dengan lapang dada memaafkannya dan mau menerimanya kembali. Dengan harapan dapat menjadi pintu surga baginya, istri sahnya mau merawatnya meskipun hatinya telah dirobek-robek.

Ada laki-laki pelaku selingkuh yang ketika menjelang sadar dari operasi yang dijalaninya, akibat kecelakaan lalu lintas, dia justru menyebut nama perempuan selingkuhannya, padahal orang yang setia menjaganya adalah istri sahnya. Tambahan lagi, sesungguhnya istri sahnya itulah yang telah berpuluh-puluh tahun mendampingi dalam suka dukanya. Istri sahnya itu pula yang berjasa sangat besar terhadap kesuksesan kariernya. 

Akibatnya sangat fatal. Setelah mengetahui bahwa suaminya berselingkuh, istri sahnya menggugat cerai. Akhirnya, perceraian pun benar-benar terjadi dan istri menutup rapat-rapat pintu maaf.

Masih ada lagi. Pelaku selingkuh yang tidak mau menerima nasihat. Bahkan, dinasihati atau tidak sama saja, tidak berubah. Telinga dan hatinya tertutup. Perilakunya itu sama dengan perilaku orang kufur yang dijelaskan di dalam surat al-Baqarah (2):6 dan 7 berikut ini. 

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

“Sesungguhnya, orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.”

Nasihat teman, pimpinannya di kantor tempat bekerja, bahkan, nasihat orang tuanya pun, dianggap “angin lalu.”  Orang mengatakan, "Dinasihati melalui telinga kanan, keluar lewat telinga kiri. Malahan, dinasihati lewat telinga kanan, keluar lewat telinga kanan juga." Dengan kata lain, nasihat itu mental. 

خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌࣖ

“Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada pelihatan mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.”

Na’uzubillah!


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Amalia Irfani Berbanggalah para guru dipenjuru ibu Pertiwi, profesi yang dipilih sebagai ruan....

Suara Muhammadiyah

23 November 2023

Wawasan

Oleh: Abdul Rohman, Mahasiswa Institut Agama Islam Al Ghuraba Jakarta Menteri koordinator bidang Po....

Suara Muhammadiyah

17 December 2024

Wawasan

Keutamaan dan Etika Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Oleh: Tito Yuwono, Ph.D, Dosen Teknik Elektro UI....

Suara Muhammadiyah

4 May 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Gaza telah, tengah dan terus diserang. Orang-orang menyaksikan ketakutan yang s....

Suara Muhammadiyah

17 November 2023

Wawasan

Memuliakan Tamu KondanganOleh: Mohammad Fakhrudin/Warga Muhammadiyah Magelang   Topik kajian ....

Suara Muhammadiyah

26 April 2025