“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tentram.” (Qs. Ar-Ra’d:28)
KUDUS, Suara Muhammadiyah - Pengajian rutin Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) dengan luring dibuka oleh Dr. Sukarmin, M.Kep., Sp.KMB. Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Kudus, dan menghadirkan pembicara Hj. Lintal Muna, M.Ag. dengan moderator Fifi Endah Irawati, S.E., M.M. Kemudian, Lintal Muna yang juga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah menyampaikan materi tentang ‘Peranan Hati dan Lidah Dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam Perspektif Islam ”, yang dihadiri Pengurus Badan Pembina Harian, Dosen dan Tenaga Kependidikan UMKU.
Sedangkan Lintal Muna menjelaskan bahwa ada 5 (lima) peranan hati dalam Islam sebagai berikut :
Pertama, Pusat Keimanan (tempat keimanan), sebagaimana firman Allah yang artinya “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tentram”. (Qs. Ar-Ra’d:28)
Kedua, Penentu Amal perbuatan, sebagaimana hadits yang artinya "Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati" (HR. Bukhari dan Muslim). Hati merupakan Pusat kendali spiritual dan emosional yang menentukan arah kehidupan baik atau buruknya amal perbuatan dan hubungan dengan Tuhan serta sesama manusia.
Ketiga, Sebagai wadah niat, Islam menekankan pentingnya niat, “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya” (HR. Bukhori dan Muslim)
Keempat, Pusat penyucian diri, Hati yang bersih menjadi sarana mendekatkan diri pada Allah SWT. Penyucian diri adalah proses penting untuk mencapai keshalehan, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (Qs. Asy-Syuara:88-89).
Kelima, Tempat penyakit spiritual, Contoh : iri, dengki, ujub dan sombong.
Menjaga hati dari penyakit-penyakit hati adalah bagian dari ibadah, sebagaimana firman Allah yang artinya “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya dan mereka mendapat azab yang sangat pedih karena mereka selalu berdusta”. (Qs. Al-Baqarah:10)
Lintal Muna menjelaskan kembali bahwa falsafah hati ada 6 (enam) sebagai berikut : hati ibarat : Raja, Anggota tubuh ; tentaranya, dengan hati ; kita bisa mengenal Allah SWT, kita bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT, kita bisa menyusuri jalan menuju Allah SWT, dan kita bisa kembali kepada Allah SWT.
Lintal Muna menegaskan bahwa hati ada 3 (tiga) menurut Imam Ghozali;
1. Hati yang sehat dan bercahaya, hati orang yang ikhlas dan beriman
2. Hati yang sakit, hatinya orang yang iri, dendam, marah dan lainnya
3. Hati yang mati, hatinya orang-orang yang ingkar pda Allah SWT dan Rasulnya.
Lintal Muna menegaskan kembali bahwa Cara membersihkan hati dan lisan dalam Islam sebagai berikut :
1. Berdzikir, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tentram.” (Qs. Ar-Ra’d:28)
2. Sering membaca Al Qur’an, “Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian”. (QS. Al-Isro’:82)
3. Sholat dengan khusyu’, “Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Qs. Al-Ankabut:45)
4. Silaturrahmi, “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturahmi” (HR. Bukhori dan Muslim)
5. Menjaga wudhu, “Barangsiapa yang membaguskan wudhu keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya sampai keluar dari bawah kukunya.” (HR. Muslim)
6. Bersedekah, "Dan sedekah akan memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” (HR. At-Tirmizi)
7. Mengingat dosa dan kematian, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (Qs. Ali Imron:185)
8. Selalu mengadu kepada Allah SWT, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. (Qs. Al-Fatihah:5)
9. Positif thinking, husnudhon (berbaik sangka), sikap berpikir positif dan positif terhadap orang lain, situasi, atau takdir yang dialami, dengan menghindari prasangka buruk dan berusaha memahami dari sudut pandang yang lebih baik dan bijaksana. Sikap ini tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada diri sendiri dan terutama kepada Allah SWT, yang bertujuan membawa ketenangan jiwa, keharmonisan hubungan, serta memperkuat keyakinan dan takwa kepada Allah SWT.
10. Berpikir sebelum bicara, “Selamatnya manusia dengan menjaga lisan”
11. Berusaha berkata baik atau diam, “Barang siapa yang beriman pada Allah SWT. Dan hari akhir maka berucaplah yang baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim)
(Supardi)