Peringati Hari Guru Nasional, Haedar Nashir: Guru sebagai Panggilan Pengkhidmatan

Publish

25 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
87
Haedar Nashir. Foto: Medkom PP Muhammadiyah

Haedar Nashir. Foto: Medkom PP Muhammadiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setiap tahun peringatan Hari Guru Nasional selalu memberikan makna yang terdalam. Selain sosoknya yang mulia sebagai pembawa suluh kecendekiaan bagi generasi penerus bangsa. Tetapi, di sisi lain, guru juga masih dihadapkan dengan aneka sengkarut permasalahan.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, permasalahan guru di Indonesia masih tersentral pada aspek kesejahteraan. Di mana penghasilan guru sendikit, bahkan di banyak tempat menjadi sukarelawan.

Kurun terakhir perhatian pemerintah mulai baik antara lain melalui program sertifikasi, meski belum sepenuhnya baik dan merata. Apalagi sampai ke peningkatan kesejahteraan guru swasta, meski sama-sama bekerja dan berkhidmat untuk mencerdaskan bangsa. 

“Usaha mencerdaskan kehidupan bangsa sejatinya tidak mengenal negeri dan swasta. Di kawasan-kawasan tertentu ketika lembaga pendidikan negeri atau yang diselenggarakan pemerintah belum berdiri, justru di situ lembaga swasta khususnya organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah hadir untuk mencerdaskan bangsa. Dengan kemandirian dan masih banyak bermodal seadanya. Karenanya menjadi tidak nasionalis guru-guru negeri yang mengajar di swasta ditarik kembali, penanda kebijakan politik pendidikan yang diskriminasi,” jelasnya pada Senin (25/11).

Kini guru akan ditingkatkan lagi kesejahteraannya. Semoga dapat terpenuhi. “Maklum meski dipatok konstitusi anggaran pendidikan 20 persen, kenyataannya dana APBN tersebar di seluruh instansi dan terserap besar ke daerah atas mandat otonomi. Jadi tidak terpusat di Kementerian Pendidikan pada pemerintahan pusat, baik untuk pendidikan dasar menengah maupun tinggi. Menteri baru, harapan baru, meski tak semudah membalik tangan para guru,” harapnya.

Bicara guru sebenarnya bukan berhenti di kesejahteraan. Tapi juga tentang kualitas dan pengabdian untuk membangun negeri. Khususnya meningkatkan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi tanggung jawab bersama. 

“Guru memiliki sejarah panjang mencerdaskan kehidupan bangsa, hatta di kala serba keterbatasan. Itulah era guru pejuang seperti kisah heroik guru Laskar Pelangi,” tuturnya.

Haedar juga menekankan bahwa kesejahteraan harus terus diagendakan untuk ditingkatkan, namun mesti disertai dan dilandasi pengkhidmatan para guru sendiri. Ketika kesejahteraan ditingkatkan maka kemampuan dan pengabdiannya pun mesti meningkat secara signifikan. 

“Jangan sampai terjadi stagnasi dan kesenjangan orientasi. Kesejahteraan guru ditingkatkan tapi kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Sebab sampai saat ini Human Development Index (HDI) serta Daya Saing Bangsa Indonesia ternyata masih di bawah enam negara tetangga. Inilah agenda bersama memajukan pendidikan Indonesia,” terang Haedar.

Selain itu, Haedar juga mengungkapkan bahwa agenda pendidikan dan peningkatan guru tentu lebih menyeluruh. Lebih dari sekadar kesejahteraan dan hal-hal administrasi instrumental. Tapi juga dan tidak kalah penting soal panggilan dan pengkhidmatan. Agar terjadi keseimbangan antara kesejahteraan dan kualitas pendidikan Indonesia ke depan.

“Menjadi guru itu sejatinya sebuah panggilan (calling) untuk mendidik anak negeri menuju pencerdasan kehidupan bangsa. Seperti para pejabat publik, mengejar sejahtera tidak akan ada habisnya bila tanpa panggilan untuk berkhidmat majukan negeri. Tidak sedikit pejabat di negeri ini sudah sejahtera bahkan berkemakmuran. Tapi di antara mereka masih dahaga korupsi dan gratifikasi. Hingga ada yang menyimpan uang haram di rumahnya sampai satu triliun rupiah. Sungguh ngeri dan mungkin hanya ada di negeri ini,” tegas Haedar.

Karenanya panggilan pengkhidmatan menjadi pendidik anak bangsa niscaya diletakkan di atas segalanya. Dengan segala penghormatan tinggi kepada para guru. Disertai usaha meningkatkan kesejahteraan guru lebih-lebih di daerah terdepan, terjauh, dan tertinggal. 

“Guru tetaplah hadir sebagai panggilan pengkhidmatan. Menjadi sosok teladan bangsa yang digugu dan ditiru. Menjadi pendidik sejati yang mengantarkan anak-anak negeri menjadi tuan di negerinya sendiri. Selamat Hari Guru! Salam hormat tertinggi kami untuk para pendidik anak negeri nan sejati,” tandasnya. (Adam/Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PALANGKARAYA, Suara Muhammadiyah - Lembaga Amil zakat, infak dan sedekah Muhammadiyah (LazisMu) Kali....

Suara Muhammadiyah

23 January 2024

Berita

TEMANGGUNG, Suara Muhammadiyah - Dinamika pendidikan yang menuntut gebrakan kreatif dalam mengikuti ....

Suara Muhammadiyah

11 January 2024

Berita

TTS, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah melalui kolaborasi yang dibangun antara Majelis Pemberd....

Suara Muhammadiyah

22 February 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Fakultas Farmasi dan Sains (FFS) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMK....

Suara Muhammadiyah

29 May 2024

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah — Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr Abd Rakh....

Suara Muhammadiyah

19 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah