BANTUL, Suara Muhammadiyah – Komunitas Stroker (Penyintas Stroke) melakukan jalan kaki sejauh 112 kilometer. Kegiatan ini berlangsung sejak Ahad (10/11) dan berakhir pada Senin (18/11) sebagai momen menyemarakkan Hari Pahlawan dan secara khusus Milad ke-112 Muhammadiyah.
Kegiatan etape pertama dimulai dari kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY Jl Gedongkuning Yogyakarta sampai di Karangkajen tempat dimakamkannya KHA Dahlan, kemudian lanjut lagi ke Masjid Gedhe Kauman, kantor PP Muhammadiyah Jl Cik Di Tiro Yogyakarta dan finish di Toko Flora Jl Kusumanegara, Yogyakarta.
Etape 2 start Toko Flora dan finish Pasar Piyungan. Etape 3 start GCD Patuk Gunungkidul dan finish jembatan Kedung Kembang. Etape 4 start Lava Bantal dan finish Embung Tambakbaya. Etape 5 Monumen Jogja Kembali dan finish Sate Munggur Jl Godean km 7. Etape 6 start SPBU Godean di Ngapak dan finish Sate Ngapak Jl Ngapak km 18 Sumberarum Sleman. Etape 8 start Masjid Solikhin Jl Wates km 14 dan finish Sportorium UMY. Etape 9 start dari UMY dan finish Kampus 4 UAD (Museum Muhammadiyah).
Sebelum berakhir di finish, peserta stroker bertandang ke kediaman Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Dengan dipimpin AR Iskandar, Sekretaris Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Cabang DIY, Haedar bersama isteri, Siti Noordjannah Djohantini (Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah) menyambut begitu hangat rombongan peserta.
Iskandar menyampaikan kegiatan ini dilatarbelakangi dari perjuangan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Semasa hidupnya, kata Iskandar, KH Ahmad Dahlan, telah mengarungi seluruh aspek kehidupan mulai dari agama, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya.
“Saat mudanya, segala sepak terjangnya luar biasa. Dan seluruh aspek kehidupan manusia telah dilaluinya,” ujarnya.
Episode jalan kaki ini memberikan makna ketika ada kemauan seraya ditopang kesungguhan, maka pasti akan ada jalan kemudahan untuk melakukan. “Kalau kita ada kemauan, Insyaallah akan dimampukan oleh Allah,” tuturnya. Ini untuk menepis skeptisme dari segelintir orang yang meragukan kemampuan penyintas stroke menjalani aktivitas yang dianggap sulit sebagaimana orang pada umumnya.
Di samping itu, acara ini juga sebagai refleksi atas nikmat sehat yang diberikan oleh Allah. “Ini untuk mensyukuri nikmat Allah yang luar biasa, yaitu nikmat sehat. Dan itu harus kita syukuri bersama,” katanya.
Pada saat yang sama, Iskandar menyebut perlu adanya perang semesta melawan stroke. “Di dunia, Indonesia peringkat 2. Dan Yogyakarta juga nomor 2 tertinggi di Indonesia,” sambungnya.
Karena itu, Ia berharap, acara ini bisa memberikan mutiara hikmah bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan, khususnya dalam mencegah dan menangani stroke. (Cris)