SOLO, Suara Muhammadiyah - Ketua Majelis Pendidikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surakarta, Dr. Mohamad Ali, M.Pd. mengajak kepada guru dan tenaga kependidikan (GTK) di SMP Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Surakarta untuk bersama mengembangkan lembaga pendidikan yang berkualitas sehingga bisa melahirkan generasi yang unggul dan berkemajuan.
Hal itu disampaikan Dr. Mohamad Ali dalam workshop guru dan tenaga kependidikan (GTK) di ruang Ahmad Dahlan SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta, Senin (18/12/2023). Acara tersebut diikuti 34 guru dan tenaga kependidikan.
Dalam pemaparannya, Dr. Mohamad Ali mengajak kepada peserta workshop untuk merefleksikan pengembangan lembaga Perguruan Muhammadiyah Kottabarat ke depan. Ia menjelaskan tiga konsep antara lain, mindset, motivasi, dan manifestasi dalam kinerja. Menurutnya, cara berpikir seseorang akan menentukan motivasi dalam bekerja. Motivasi tersebut akan menentukan kualitas kinerja.
“Mari kita bangun lembaga ini dengan standar pelayanan yang tinggi agar reputasi lembaga bagus. Saya berharap lembaga ini mampu menjadi salah satu lembaga yang mampu melahirkan generasi berkualitas,” ungkapnya.
Berbicara tentang pelayanan prima, Direktur PT speaking.id, Sara Neyrhiza memaparkan kiat-kiat bagaimana memberikan pelayanan prima kepada stakeholder, siswa dan orang tua. Sara Neyrhiza memulai pemaparannya dengan memberikan pengertian bahwa manusia itu makhluk cctv. Artinya, apa yang dilakukan manusia sekarang, penilaiannya dapat naik dan turun dengan cepat karena ulasan atau review dari media sosial. “Pelayanan buruk yang melahirkan ketidakpuasan akan berakibat buruk jika menjadi viral di media sosial,” jelasnya.
Guru dan tenaga kependidikan diharapkan mampu memberikan pelayanan prima kepada stakeholder. Pelayanan prima itu apa yang didapatkan melebihi yang diharapkan. Untuk itu, pelayanan prima perlu komunikasi efektif.
“Kita harus memahami tujuan komunikasi apakah informatif, edukatif, persuasif, dan inspiratif. Level komunikasi disesuaikan dengan tujuan tersebut. Kenali konsumen, pahami demografi, psikografi, dan geografi. Kenali juga karakter konsumen,” paparnya.
Akhir sesi, Sara Neyrhiza mengajak kepada peserta wokshop untuk melakukan hal harus dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada stakeholder seperti senyum, salam, sapa. Kemudian menanyakan kebutuhan, menawarkan bantuan, mendengarkan konsumen, berusaha memahami maksud, dan memberikan solusi. Namun, kita harus menghindari cuek dan cemberut, membuat konsumen menunggu terlalu lama, dan melempar pertanyaan ke orang lain karena tidak bersedia menjawab. (aryanto/diko)