Peta dan Kartografi di Dunia Islam

Publish

28 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1637
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Peta dan Kartografi di Dunia Islam

Oleh: Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Dosen FAI UMSU dan Kepala Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Kartografi (Arab: ‘Ilm al-Khara’ith) adalah studi, seni, dan konstruksi tentang pembuatan peta (Arab: al-kharithah). Dalam praktiknya, Kartografi menggabungkan berbagai aspek dan atau faktor yaitu sains, estetika, dan teknik. Di era modern, Kartografi sangat terkait dengan geografi, spasial, dan topografi. Dalam kenyataannya, dunia Islam sejak berabad-abad silam sejatinya telah memiliki telaah dan sumbangan signifikan di bidang ini, dimana pada awalnya sangat sederhana namun seiring waktu terus berkembang dan mengarah sempurna. 

Dr. Abdul Al al-Mun’im asy-Syami dalam karyanya yang berjudul “Juhud al-Jughrafiyyin al-Muslimin fi Rasm al-Khara’ith” (Juhud Para Geografer Muslim Dalam Konstruksi Peta) menyatakan ada ratusan karya tulis tentang peta, gambar, dan dokumen geografis milik para geografer Muslim. Hal ini tentu masih diluar dari karya-karya (manuskrip peta) dan dokumen geografi para geografer Muslim yang kini terhitung hilang maupun punah. Karya dan sumbangan para geografer Muslim ini tentunya sangat luar biasa dan membanggakan.

Di era modern, keberadaan peta (dan globe) dengan segenap desain-artistik, keterangan posisi, keterangan lokasi dan koordinat tampaknya merupakan kebutuhan umum manusia, terutama di kalangan akademik, militer dan pelaut. Namun pertanyaan unik yang patut diajukan terkait konstruksi peta dan Kartografi di peradaban Islam ini adalah, bagaimana peta itu dibuat dan Kartografi berkembang? Apa yang melatari para geografer Muslim membuat peta dan globe? Apa urgensi peta itu sendiri kala itu?, dan segenap pertanyaan lainnya. Jawaban dari sejumlah pertanyaan ini tentu memerlukan pemikiran dan telah panjang lagi komprehensif. Para peneliti dan pengkaji geografi (dan astronomi) patut menelusurinya.

Dalam praktiknya, ada dua metode konstruksi dan perumusan peta dan Kartografi yang berkembang di kalangan geografer Muslim di peradaban Islam. Pertama, konstruksi peta diawali dengan menelaah, menukil, dan lalu mengonstruksi ulang konsep dan pemikiran para geografer pra-Islam, khususnya tradisi geografi Yunani, lalu dilakukan revisi, kreasi dan inovasi, dan lalu konstruksi ulang tanpa mengabaikan sumbangan para geografer pra Islam tersebut. Praktik ini antara lain banyak dilakukan oleh para ilmuwan (geografer) Muslim seperti Al-Khawarizmi, Az-Zuhri, Al-Idrisi, dan geografer lainnya. 

Kedua, seiring mulai lengkap dan bertambahnya informasi tentang peta dan Kartografi, para geografer Muslim beranjak melakukan konstruksi teknologis peta dan Kartografi yang benar-benar baru, berbeda, dan orisinil yang tidak terpengaruh sama sekali dengan konstruksi peta dan Kartografi pra-Islam. Ini setidaknya dimulai sejak abad ke-4 H/10 M. Dalam perkembangannya, konstruksi peta dan Kartografi jenis ini oleh sejumlah geografer Muslim dikenal dengan “Atlas Islam”.

Lalu, apa saja faktor yang menyebabkan teknologi konstruksi pembuatan peta dan Kartografi ini berkembang di peradaban Islam? Dr. Abdul Al al-Mun’im asy-Syami menyebutkan ada beberapa faktor, antara lain: pertama, konstruksi dan pembuatan peta berkembang melalui transfer informasi, kajian geografi, dan telaah peta-peta produk pra-Islam, baik dalam bahasa asli pra-Islam maupun melalui karya-karya terjemah (Arab) terkait. Ini antara lain banyak dilakukan oleh para ilmuwan geografi Muslim seperti Al-Kindi, Al-Mas’udi, dan lain-lain. 

Kedua, konstruksi dan pembuatan peta berkembang melalui pengaruh tabel-tabel astronomi (dikenal juga dengan ‘zij’) dan karya-karya terkait tentangnya. Faktanya, wawasan astronomi dan matematika ikut mendorong berkembangnya konstruksi peta dan kartografi di peradaban Islam. Pengaruh tabel-tabel astronomi (zij) paling nyata dan signifikan antara lain ditunjukkan oleh Abu Raihan al-Biruni (w. 440 H/1048 M) dalam karyanya “al-Qanun al-Mas’udi Fi al-Hai’ah wa an-Nujum” (Undang-Undang Mas’ud Tentang Astronomi dan Bintang), yaitu pada bab yang ke-10 tentang penentuan lintang dan bujur berbagai wilayah (fi itsbat athwal al-buldan wa ‘urudhuha). 

Dalam tabel-tabel (zij) dalam buku ini tertera nama-nama wilayah (negeri) dan koordinatnya (lintang dan bujur). Demikian lagi dalam karya Abu Raihan al-Biruni yang lain yaitu “Tahdid Nihayat al-Amakin li Tashih Masafat al-Masakin” (Penentuan Batas Tempat Guna Verifikasi Jarak Lokasi), secara cukup detail Al-Biruni menentukan dan menjelaskan bagaimana para geografer Muslim silam menentukan jarak (al-masafat) dengan diantaranya menukil dari Ptolemeus (astronom Yunani terkenal) maupun para astronom dan geografer Muslim.

Ketiga, melalui praktik navigasi (al-malahah) dan pemandu laut. Seperti diketahui, laut merupakan transportasi elit di zaman silam, dimana dalam kenyataannya hilir mudik para pelaut memberi kontribusi dalam pembuatan peta. Geografer Muslim Al-Maqdisi secara gamblang menyebutkan bahwa praktik navigasi telah berkembang pesat, sehingga darinya dilakukan pengkajian dan pada akhirnya mendapat gambaran letak dan posisi dari lautan. Berbagai praktik dan informasi ini ditelaah dan bandingkan, dan pada akhirnya menginisiasi dan memberi inspirasi pembuatan peta dan melahirkan Kartografi.

Keempat, melalui ekspedidi geografis para pelaut dan penjelajah dunia. Ekspedisi yang dilakukan para geografer Muslim, baik secara resmi (diutus oleh raja dan atau penguasa) maupun ekspedisi pribadi, dan dengan tujuan bermacam-macam (penelitian, perdagangan, maupun ekspedisi semata). Secara praktis hal ini memberi sumbangan terhadap konstruksi peta dan Kartografi. Ibn Fadhlan misalnya tercatat pernah melakukan ekspedisi ke berbagai wilayah dunia seperti Turki, Khazr, Rusia, dan Sisilia pada tahun 309 H/921 M-310 H/922 M. 

Selanjutnya Ibn Fathimah pernah melakukan ekspedisi ke barat Afrika. Lalu Ibn Salim al-Aswani pada abad ke-4 H/10 M melakukan ekspedisi ke Sudan dan lembah Nil. Lalu tak kalah penting Ibn Batutah (sang penjelajah dunia paling terkenal) yang tercatat pernah menjelajah berbagai pelosok dunia. Lalu Yahya bin al-Hukm al-Ghazal (w. 250 H/864 M) yang mendeskripsikan pantai Eropa Utara-Barat, dimana dia melakukan perjalanan ke Normandia pada tahun 230 H/845 M. Sekali lagi berbagai informasi dan praktik ekspedisi ini menjadi inspirasi dan kontribusi dalam pembuatan peta dan konstruksi Kartografi dunia Islam dan memberi inspirasi konstruksi peta dan Kartografi modern.[]  

Sumber: Majalah SM 6 Tahun 2021


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Cita-cita Haji Hisyam Terwujud Setelah 43 Tahun: Inilah Universitas Muhammadiyah Pertama Oleh: Mu&r....

Suara Muhammadiyah

11 October 2023

Khazanah

Al Ghazali dan Inkoherensi (Bagian ke-1) Oleh: Donny Syofyan Kata-kata seperti aljabar, algoritma,....

Suara Muhammadiyah

6 November 2023

Khazanah

Begini Cara Pak Kasman Memahami Perempuan dalam Islam Oleh Mu’arif Sebenarnya, Kasman Singod....

Suara Muhammadiyah

25 September 2023

Khazanah

Pelajaran Berharga dari Kisah Para Nabi: Tinjauan Buku Lessons from the Stories of the Quran Oleh: ....

Suara Muhammadiyah

8 November 2024

Khazanah

Pemikiran Hasan Al-Banna (Bagian ke-1) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas ....

Suara Muhammadiyah

4 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah