JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim memberikan apresiasi yang tinggi dan terima kasih atas upaya yang sangat sungguh-sungguh Menlu RI atas pidato yang disampaikan di ICJ hari Jum'at kemarin. Serta yang disampaikan di forum G20 di Rio de Janeiro dan pernyataan-pernyataannya selama ini terkait dengan kebiadaban Israel terhadap warga sipil Gaza dan Palestina.
Ini menggambarkan sikap jenuin pemerintah, rakyat dan bangsa Indonesia terhadap kejahatan yang luar biasa Israel dan pembelaan Indonesia terhadap perjuangan rakyat dan bangsa Palestina. Posisi, peran dan sikap ini telah mendapatkan apresiasi yang tinggi secara internasional. Perjuangan diplomasi Indonesia khususnya yang terkait dengan Palestina seperti ini harus tetap dijaga dan bahkan diperkuat di masa-masa mendatang.
“Bagi saya, tanpa mengabaikan berbagai problem konflik dan kemanusiaan di berbagai wilayah dunia yang lain, Palestina sangat spesial bagi Indonesia. Tidak saja telah berjasa bagi kemerdekaan Indonesia, akan tetapi Palestina hingga saat ini adalah satu-satunya bangsa di dunia yang masih dijajah dan kita tidak boleh membiarkan dan berdiam diri. Bu Menlu kita sangat mengerti itu dan membuktikan secara kongkrit memperjuangkan Palestina melalui berbagai forum,” ungkap Sudarnoto kepada Suara Muhammadiyah, Sabtu (24/2).
Seiring dengan posisi Amerika dan beberapa negara lain yang masih memperlihatkan dukungannya kepada Israel, maka sikap Indonesia yang disampaikan oleh Menlu RI menjadi momentum yang sangat penting mengajak negara-negara lain untuk semakin membuka kesadaran bahwa Israel dan negara-negara mitranya sebetulnya sudah mulai kehilangan dukungan dan lejitimasi moralnya secara internasional. Karena itu, ini adalah kesempatan yang baik untuk secara bersama-sama memberikan takanan kepada Israel melalui berbagai cara antara lain boikot secara menyeluruh, pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel dan pengucilan global terhadap Israel.
Peran-peran kekuatan masyarakat sipil, tokoh lintas agama, akademisi, pers sangat penting untuk memperkokoh tekanan masyarakat internasional dan memperlemah Israel. Dalam pidatonya Menlu antara lain menegaskan bahwa Israel tidak punya niat untuk menghormati apalagi mematuhi kewajiban hukum internasional. Kata Netanyahu “no body will stop us, not the Hague..not anybody else”menjadi isyarat yang sangat kuat bahwa Israel sesungguhnya telah menjadi“musuh bersama” (common enemy) secara apapun bagi masyarakat internasional karena telah menginjak-injak hukum internasional yang seharusnya dijunjung tinggi. Karena itu, harus dilawan. Bagi saya, narasi Israel adalah musuh bersama ini perlu terus digaungkan secara masif dan ekstensif oleh semua kalangan.
ICJ, sebagaimana yang ditegaskan oleh Menlu RI, adalah “a big hope” dan sudah melakukan langkah yang sangat penting mendengarkan tuntutan Afrika Selatan dan melahirkan rekomendasi yang juga penting, meskipun tidak memuaskan berbagai kalangan. Mekanisme hearing terhadap 52 negara termasuk Indonesia di ICJ adalah sangat penting. Dan pernyataan Menlu bahwa ICJ mempunyai otoritas untuk menyampaikan Fatwa Hukum terkait dengan okupasi Israel dengan berbagai akibatnya itu harus didukung secara luas dan dikawal agar nanti ada keputusan penting dan efektif di Sidang Umum PBB untuk menghentikan secara permanen aksi brutal Israel sehingga tak ada genosida dan mengembalikan semua hak-hak warga dan bangsa Palestina sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Kepada masyarakat umum saya menyerukan teruslah berderma memperkuat kepedulian program kemanusiaan melalui lembaga-lembaga yang kredibel dan sah. Bantuan masih sangat dibutuhkan; teruslah kekuatan civil society menggerakan aksi-aksi moral melalui berbagai cara termasuk menebar luaskan narasi “Israel Musuh Bersama;”dan perkuat munajat dan doa kepada Allah. (Riz)