Qurban Bentuk Pengorbanan, Kesetiaan dan Kasih Sayang
Ika Sofia Rizqiani, S.Pd.I., M.S.I, Dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan di Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian UMMI, Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan PDA Kab. Sukabumi, Mahasiswa Doktoral PAI UMM
Kata Qurban menurut etimologi berasal dari bahasa Arab Qaruba – Yaqrabu - Qurbanan, yang artinya dekat, mendekat atau pendekatan. Maksudnya yaitu Dalam konteks ibadah, qurban berarti suatu bentuk amalan atau persembahan yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah), dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya. Secara istilah (terminologis), qurban adalah : “Penyembelihan hewan tertentu pada hari Idul Adha 10 Dzulhijjah dan hari-hari tasyriq (11–13 Dzulhijjah) sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam syariat.”
Ibadah qurban adalah ibadah yang berawal ketika Nabi Ibrahim AS mendapatkan perintah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, dengan cara disembelih. Ujian tersebut semata-mata untuk mengetahui apakah cinta dan sayang Nabi Ibrahim kepada anaknya melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT.
Berbekal keimanan yang tinggi, kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim pun melaksanakan perintah yang disampaikan Allah melalui sebuah mimpi. Mendengar pernyataan ayahnya, dengan penuh ketegaran jiwa dan kesabaran, Nabi Ismail yang masih kecil itu menjawab pertanyaan ayahnya yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an surah Ash-Shaffaat ayat 102.
…ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
Dari sepenggal kisah ayat di atas, kita akan dapati beberapa pelajaran yang sangat berharga, yakni:
Pertama, qurban mengajarkan tentang arti sejati dari pengorbanan. Ketika seseorang memilih untuk menyembelih hewan qurban, ia mengorbankan sebagian dari harta yang telah diberikan Allah kepadanya. Ini mencerminkan ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah, serta rasa syukur atas segala karunia yang diberikan-Nya. Pengorbanan ini mengajarkan umat Muslim tentang pentingnya melepaskan hal-hal yang berharga bagi diri sendiri demi ketaatan kepada Allah SWT. pelajaran ini menginspirasi untuk menjadi lebih dermawan, mengorbankan waktu, tenaga, harta untuk membantu sesama, berkontribusi pada masyarakat, dan mendukung kegiatan amal.
Kedua, Qurban juga mengajarkan tentang kesetiaan dan keteguhan hati. Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya (Nabi Ismail AS) sebagai bentuk pengorbanan, Ibrahim dengan tulus mematuhi perintah Allah meskipun sangat berat bagi dirinya. Meskipun pada akhirnya Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba, kesetiaan dan keteguhan hati Ibrahim menjadi inspirasi bagi umat muslim untuk menghadapi cobaan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah. Pelajaran ini mengingatkan kita bahwa setiap pengorbanan yang kita lakukan akan diuji, namun dengan kesetiaan kepada nilai-nilai yang benar, kita akan meraih keberkahan dan kesuksesan.
Ketiga, qurban juga mengajarkan tentang nilai-nilai solidaritas, kasih sayang dan kepedulian sosial. Daging qurban dibagikan kepada yang membutuhkan sebagai bentuk berbagi rezeki dan peduli terhadap sesama. Praktik ini mengingatkan umat Muslim akan pentingnya membantu mereka yang kurang beruntung, memperkuat tali persaudaraan, dan membangun masyarakat untuk berempati.
Perintah Ibadah Qurban
Allah berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢
Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!(QS. Al-Kautsar : 2)
Ibnu Taimiyyah ra menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar:
“Allah memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”
Berqurban termasuk salah satu syi’ar Islam sebagai bentuk kepedulian sosial dan termasuk ketaatan yang paling utama. Ia adalah syi’ar keikhlasan dalam beribadah kepada Allah semata, dan realisasi ketundukan kepada perintah dan larangan-Nya. Allah SWT berfirman :
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. Al-Hajj : 32).
Qurban mengajarkan kita untuk berkorban demi kebaikan yang lebih besar, baik dalam konteks hubungan dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia.
Keutamaan Ibadah Qurban
1. Pahala Besar di Sisi Allah
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada amalan yang dilakukan oleh manusia pada hari raya kurban, yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan (berkurban). Sesungguhnya, hewan kurban itu pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku-kukunya. Dan sungguh, sebelum darah kurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima di sisi Allah. Karenanya, lapangkanlah jiwa kalian untuk melakukannya.” (HR at-Tirmidzi).
Ibadah yang paling utama pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih hewan untuk qurban karena Allah. Sebab pada hari kiamat nanti, hewan itu akan mendatangi orang yang menyembelihnya dalam keadaan utuh seperti di dunia, setiap anggotanya tidak ada yang kurang sedikit pun dan semuanya akan menjadi nilai pahala baginya.
2. Tanda Ketaatan dan Kepatuhan
Ibadah qurban merupakan bentuk nyata dari ketaatan terhadap perintah Allah, sebagaimana dalam Al-Qur’an:
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."(QS. Al-Hajj: 37).
3. Satu Helai Bulu = Satu Kebaikan
Hadist dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW ditanya : "Ya Rasulullah, apakah qurban itu?" Beliau menjawab, "Itu adalah sunnah bapak kalian, Ibrahim." Mereka bertanya, "Apa yang akan kami peroleh darinya?" Beliau menjawab, "Setiap satu helai bulu mendapatkan satu kebaikan." Mereka bertanya, "Bagaimana dengan bulu-bulu yang halus?" Beliau menjawab, "Setiap helai bulu halus pun mendapatkan satu kebaikan." (HR. Ibnu Majah no. 3117).
Selain Qurban kita juga dianjurkan melaksanakan puasa Arafah. Puasa Arafah adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu sehari sebelum Hari Raya Idul Adha. Ibadah ini sangat dianjurkan bagi kaum Muslimin yang tidak sedang menunaikan haji.
Diriwayatkan dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: "Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang."(HR. Muslim no. 1162)
Mari kita jadikan ibadah qurban sebagai wujud ketaatan dan cinta kita kepada Allah. Karena bukan besar kecilnya hewan yang dinilai, tapi ketulusan hati dalam berqurban yang akan mengantarkan kita lebih dekat kepada-Nya. Dan sempurnakan semangat pengorbanan dengan berpuasa Arafah. Satu hari berpuasa, dua tahun dosa diampuni. Jangan lewatkan kesempatan emas ini untuk lebih dekat dengan ampunan dan ridha Allah SWT.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Tidak ada Tuhan selain Allah, Zat yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan segala pujian. Di tangan-Nyalah segala kebaikan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (HR Ahmad & Tirmidzi)