Rahasia Waktu: Antara Makna, Ingatan, dan Keabadian

Publish

6 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
99
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Rahasia Waktu: Antara Makna, Ingatan, dan Keabadian

Oleh: Ratna Arunika, Anggota LLHPB PWA Jawa Timur

Kahlil Gibran menggambarkan waktu sebagai kesatuan spiritual yang utuh, “Sang waktu sebagaimana hakekat cinta, tiada mengenal batas ukuran dan tidak dapat dibagi. Tetapi apabila ada keharusan dalam pikiran untuk membagi sang waktu kedalam ukuran musim demi musim, maka biarkanlah tiap musim ,merangkul musim lainnya serta biarkanlah masa kini memeluk masa lampau dengan kenangan.”

Waktu tidak hanya hidup dalam diri manusia sebagai ingatan pribadi, tetapi juga berdenyut dalam kisah dan keyakinan kolektif umat manusia menjelma dalam mitos, legenda, dan ajaran spiritual. Jika memori adalah cara individu menghidupkan masa lalu, maka mitos adalah cara suatu peradaban menghidupkan waktu bersama.

Mitologi waktu adalah sistem kepercayaan kuno yang memaknai waktu bukan sekedar urutan jam atau hari, tetapi sebagai entitas sakral, hidup, dan memiliki kekuatan morat atau spiritual. Dalam banyak peradaban seperi Mesir, Yunani, Hindu, Jawa hingga Babilonia waktu dianggap sebagai makhluk kosmik. Di Yunani, waktu dikenal sebagai l Kronos (dewa yang melahap anak-anakanya) simbol dari waktu yang memakan segalanya.

Dalam tradisi Hindu dan Jawa dikenal dengan Batara kala, sosok yang melambangkan kekuatan waktu yang menelan dunia, tetapi juga mengatur keseimbagan kosmos. Dalam kepercayaan Jawa dan Bali, waktu juga dikaitkan dengan sistem weton yang menentukan dino becik atau ala ayuning dino. Mitologi – mitologi ini menciptakan pola pikir bahwa waktu tidak netral, dan waktu adalah kekuatan yang tak bisa dilawan. Ia membawa kelahiran, kematian, musim tanam, musim panen, siang, ataupun malam.

Penguasa waktu, pemenang kehidupan

Dalam tradisi jawa konsep ini disebut dengan cokro manggilingan, roda kehidupan yang berputar tanpa henti. Sejarah berputar dalam siklus yang tak berujung. Manusia sering kembali ke pola yang sama

Mereka yang memahami putaran ini akan bijak menghadapi hidup. Ia tak terlalu sombong di kala puncak, dan tak putus asa di kala jatuh. Karena ia tahu, semua hanyalah bagian dari lingkaran waktu. Cokro Manggilingan mengajarkan bahwa menjadi “penguasa waktu” bukan berarti mengendalikan detik dan jam, melainkan menguasai diri dalam setiap perubahan. Tidak jumawa saat berada di puncak kehidupan dan tidak gagap saat roda kehidupan bergerak ke bawah. Sejarah berputar dalam siklus yang tak berujung. Manusia sering kembali ke pola yang sama seperti musim yang datang dan pergi. Waktu memberi kesempatan agar kita memperbaiki pelajaran hidup yang belum sempurna di waktu sebelumnya.

Penguasa waktu adalah takdir atau kekuatan ilahi yang mengatur jalannya kehidupan. namun meskipun manusia tidak bisa mengehentikan atau merubah waktu sesuka hati, kita tetapi manusia bisa memberi makna pada waktu yang dimiliki dengan cara hidup yang biak, bijak, dan bermanfaat. Manusia tidak bisa menunda datangnya masa depan, tapi bisa mempersiapkan diri menghadapinnya.

Pandangan ini mirip dengan teori sejarah siklik seperti yang dijelaskan oleh Oswald Spengler dalam bukunya The Decline of the West (1918). Spengler percaya bahwa sejarah manusia berputar dalam siklus , ada masa kejayaan, lalu kemunduran, lalu kebangkitan lagi.
Dengan kata lain, tidak ada kekuasaan yang abadi, karena waktu akan selalu “mengatur ulang” segalanya

Siapa penguasa waktu, kata pepatah, “dialah pemenang kehidupan.” Bukan karena ia mampu menghentikan waktu, melainkan karena ia mampu hidup selaras dengannya — tidak tenggelam dalam masa lalu, tidak terjebak dalam masa depan, dan tidak abai terhadap masa kini.

Efek keterbatasan waktu

Kesadaran bahwa waktu terbatas dan setiap detik yang berlalu membawa kita mendekat pada akhir, menciptakan tekanan eksistensial sekaligus memicu pertumbuhan batin. Time anxiety, perasaan akan waktu terlalu cepat berlalu, dan kita belum cukup “hidup”. Fenomena ini membuat seseorang perfeksionis, bekerja berlebihan, sulit menikmati masa kini, merasa bersalah karena waktu terbuang percuma. Namun kecemasan ini juga memicu kesadaran hidup yang lebih tajam, kareana hanya yang terbataslah yang berharga.

Waktu membawa perubahan, dan perubahan membawa kehilangan. kita kehilangan masa muda, orang-orang yang dicintai, bahkan versi diri yang dulu. Setiap kehilangan menegaskan tidak ada yang abadi. Tetapi dalam kehilangan tersimpan pelajaran tentang keterikatan dan penerimaan.

Keterbatasan waktu membangkitkan motivasi dan memberikan makna. Ketika seseorang menyadari bahwa hidup tidak abadi, maka ia terdorong untuk menggunakan waktu dengan lebih bermakna, memperbaiki diri, dan mengejar tujuan yang lebih tinggi. Disebut juga dengan time perspective motivation, kesadaran akan kefanaan menjadi motivasi untuk kehidupan yang bermakna.

Dalam perspektive islam, kesadaran akan keterbatasan waktu menjadikan seorang muslim mengingat kematian bukan untuk takut, melainkan untuk sadar. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan (kematian).” (HR. Tirmidzi)

Waktu dan kesempatan

Waktu adalah kesempatan, filsuf seperti Seneca dalam On the Shortness of Life menyatakan waktu adalah satu-satunya hal yang tidak bisa dikembalikan. Psikologi melihatnya sebagai window of opportunity. Dalam bahasa Yunani kuno waktu disebut dalam dua makna, Chronos dan kairos. Chronos adalah waktu kronologis seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan ataupun tahun. sedangkan Kairos adalah waktu yang bermakna, momen tepat untuk bertindak, untuk berkata, untuk memilih. Banyak kisah besar — baik dalam sejarah maupun kehidupan pribadi lahir karena seseorang mengenali kairos-nya.
Sebaliknya, banyak penyesalan muncul karena kita tidak hadir ketika waktu memanggil. Banyak yang hidup dalam chronos, tapi sedikit yang memahami Kairos.

Sejatinya hidup yang bermakna bukan diukur dari panjangnya waktu, melainkan dari kualitas momen yang dijalani dengan keasadaran setiap detiknya bisa menjadi kesempatan, jika kita hadir sepenuhnya di dalamnya.

Waktu ibarat pedang, seperti yang disampaikan oleh Imam Syafii sebuah simbol bahwa waktu bisa menjadi sebuah daya atau sesuatu yang berbahaya. Hal tersebut mengingatkan bahwa hidup adalah pertarungan melawa kelalaian, jika waktu tidak disibukan dengan kebaikan maka akan disibukan dengan kebatilan. Dalam Islam, keseimbangan dalam menghadapi perubahan waktu diajarkan melalui sabda Rasulullah ﷺ:

“Gunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.” (HR. Hakim)

Kesempatan tidak datang dua kali. Maka yang bijak adalah mereka yang mampu melihat waktu bukan sebagai musuh, tapi sebagai ladang amal dan kasih.

Konsep Islam tentang Waktu

Dalam Islam, waktu memiliki dimensi sakral. Ia bukan milik manusia, melainkan milik Allah. Setiap detik adalah bagian dari takdir-Nya. konsep ajal mengajarkan bahwa hidup bersifat terbatas dan terukur. Ajal berarti batas waktu yang telah ditetapkan Allah bagi segala sesuatu baik kehidupan manusia, makhluk hidup, maupun fenomena dunia. Segala sesuatu dialam semesta tunduk pada “ajal” nya masing-masing.

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ 

“Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya telah tiba, maka mereka tidak dapat meminta penundaan maupun percepatan sesaat pun.”
(QS. Al-A’raf [7]: 34)

Waktu adalah durasi dan juga menjadi cermin kefanaan. Kita berlari melawan waktu, seolah ia musuh yang harus dikalahkan. Padahal Allah telah berfirman:

وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ اَرَادَ اَنْ يَّذَّكَّرَ اَوْ اَرَادَ شُكُوْرًا

“Dan Dia-lah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi siapa yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.”
(QS. Al-Furqan [25]: 62)

Waktu adalah kesempatan atau peluang, dan modal spiritual karena manusia tidak memiliki apapun selain waktu yang dapat digunakan untuk mendekat kepada Allah. Pentingnya memanfaatkan setiap momen dengan amal kebajikan. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda: 
“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya.”
(HR. Tirmidzi)

Waktu hanyalah ciptaan Allah, tunduk kepada kehendak-Nya. Waktu tidak punya kekuatan mistik, dan tidak ada hari yang membawa sial atau mujur, yang membawa berkah adalah amal manusia dan ketentuan Allah. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:

“Janganlah kalian mencaci waktu, karena sesungguhnya Allah-lah (yang mengatur) waktu itu.” (HR. Muslim)

Islam memandang waktu sebagai cermin takwa. Siapa yang mengisinya dengan zikir, ilmu, dan amal saleh, dialah yang akan memperoleh keberkahan. Maka setiap detik bukan sekadar lewat — ia adalah saksi yang mencatat arah hati kita. Allah bersumpah dengan waktu dalam Surah Al-‘Asr

 “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh.” (QS. Al-‘Asr).

Ayat ini bukan sekadar peringatan, tapi ajakan untuk menghargai kairos — waktu yang diisi dengan iman dan amal. sebuah isyarat bahwa waktu begitu agung hingga dijadikan saksi atas nasib manusia. Barangsiapa menyia-nyiakannya, ia merugi. Barangsiapa memaknainya, ia menemukan keberkahan.

Waktu adalah konsep yang kompleks dan multidimensi, dipahami melalui filsafat, psikologi, mitologi, dan agama. Ia bukan sekadar pengukuran detik atau jam, tapi makna yang membentuk pengalaman manusia. waktu tidak hanya berdetak di luar diri, tetapi juga berdenyut di dalam kesadaran.

Secara filosofis dan mitologis, tidak linear. Fisika relativitas Einstein menunjukkan waktu relatif, tapi dalam pengalaman manusia, waktu terasa berputar melalui pola berulang seperti pergantian musim ataupun generasi. Waktu bukan hanya sesuatu yang kita lewati, tetapi sesuatu yang menguji siapa kita.

Setiap manusia diberi waktu yang sama, 24 jam dalam sehari, tetapi cara menggunakannya menunjukkan tingkat kebijaksanaan kita. Waktu menguji bagaimana kita mengambil keputusan, menunda keinginan, bertahan dalam kesulitan, dan memahami makna kehilangan. Ia menyaring jiwa manusia, menguji keteguhan hati, kesabaran dan istiqamah. Waktu bisa menjadi musuh atau sahabat, tergantung bagaimana kita menatapnya. Dalam perjalanan panjang manusia, waktu bukan hanya ukuran umur, melainkan ruang bagi makna, cinta, dan pengabdian.

Dalam pandangan segitiga kerucut waktu Stepen Hawking, waktu adalah strutur sebab akibat dari masa lalu, masa kini, dan masa depan. Apa yang kita jalani hari ini adalah sebuah pantulan dari apa yang sudah kita perbuat di masa lalu. Dan apa yang kita kerjakan hari ini hasilnya akan tampak pada masa depan kita. Sama halnya saat kita melihat pendar cahaya bintang, sejatinya yang kita lihat adalah cahaya dari masa lalu. Demikian pula hidup kita adalah pantulan masa lalu, dari pilihan, dan pengalaman hidup yang telah kita lalui.

Mungkin benar kata penyair: “Kita tidak memiliki waktu, kitalah yang dimiliki oleh waktu.” Namun, di atas segalanya, waktu sejatinya adalah anugerah. Setiap detik adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik, lebih sadar, dan lebih dekat kepada Tuhan.

Pada akhirnya, waktu bukan sekadar apa yang berlalu, melainkan apa yang kita isi. Sebab ketika segala yang fana sirna, hanya amal dan kebaikanlah yang akan bertahan melintasi batas waktu, menuju keabadian.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

UM Bandung Menjadi Tuan Rumah Milad ke-113 Muhammadiyah: Cahaya yang Tak Pernah Padam Oleh: Dr. H. ....

Suara Muhammadiyah

3 November 2025

Wawasan

Anak Saleh (24) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

2 January 2025

Wawasan

Menuju Kesiapan Hidup Berumah Tangga Oleh: Teguh Pamungkas, Penyuluh Keluarga Berencana Perwakilan ....

Suara Muhammadiyah

5 April 2024

Wawasan

Salafisme Versus Muhammadiyah, Puritanisme Historis Versus Moderat Berkemajuan Oleh: Fokky Fua....

Suara Muhammadiyah

18 May 2024

Wawasan

Kemana Kiblat Perguruan Tinggi Kita?  Oleh: Saidul Amin, University Muhammadiyah Malaysia (UMA....

Suara Muhammadiyah

4 January 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah