ASAHAN, Suara Muhammadiyah – Menjelang libur Ramadhan dan Idul Fitri 1446 H, Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non-Formal (PNF) PDM Asahan menggelar pengajian bagi guru Muhammadiyah jenjang SMP, SMA, dan SMK. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 180 pendidik dan tenaga kependidikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Asahan. Pengajian berlangsung di Masjid Taqwa Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kisaran Timur, Asahan, pada Jumat, 21 Maret 2025.
Pengajian ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Asahan setiap bulan Ramadhan. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menambah wawasan keagamaan serta mempererat silaturahmi antar guru, tenaga kependidikan, dan Majelis Dikdasmen.
Hadir dalam kegiatan ini Korbid Bidang Majelis Dikdasmen dan PNF, Mukhtar, S.Pd., yang juga menjadi penceramah, serta Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF, Prianda Pebri, M.Pd. Turut hadir para kepala sekolah jenjang SMP, SMA, dan SMK Muhammadiyah beserta guru dan tenaga kependidikan.
Dalam sambutannya, Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Asahan, Prianda Pebri, M.Pd., mengapresiasi kehadiran para guru dan tenaga kependidikan dalam pengajian tersebut. Ia mengajak seluruh peserta untuk memperbanyak rasa syukur di bulan Ramadhan.
"Di bulan Ramadhan ini, mari kita perbanyak syukur. Sebagai umat beriman, menjalankan ibadah puasa adalah kewajiban yang harus kita tunaikan karena merupakan rukun Islam keempat," ujarnya.
Sementara itu, dalam tausiahnya, Ustadz Mukhtar, S.Pd. menekankan bahwa Ramadhan adalah sistem yang menghubungkan berbagai aspek kehidupan seorang Muslim.
"Bulan Ramadhan memiliki sistem yang menyatukan komponen-komponen kehidupan seorang Muslim. Jika salah satu komponen terputus, maka akan mengganggu keseimbangan ibadah, termasuk dalam menjalankan puasa," jelasnya.
Ia juga menegaskan pentingnya menyambut Ramadhan dengan gembira, sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa orang yang bergembira menyambut Ramadhan akan dijauhkan dari api neraka.
Selain itu, Ustadz Mukhtar mengingatkan bahwa ibadah puasa harus disertai dengan ibadah lainnya agar mendapatkan keberkahan, seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, serta memperbanyak sedekah.
"Orang yang hanya menahan lapar dan haus tanpa memperbanyak ibadah lain, puasanya tidak akan sempurna. Nabi telah mengingatkan bahwa banyak orang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain rasa lapar dan dahaga," paparnya.
Ia juga menjelaskan tentang malam Lailatul Qadar yang terdapat di sepuluh malam terakhir Ramadhan, khususnya pada malam-malam ganjil.
"Salah satu tanda Lailatul Qadar adalah jatuh pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir Ramadhan, yakni malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29," terangnya.
Ustadz Mukhtar juga menyampaikan bahwa perempuan yang sedang haid tetap dapat memperoleh keberkahan Lailatul Qadar dengan memperbanyak zikir, membaca Al-Qur'an tanpa menyentuh mushaf secara langsung, dan berdoa.
Di akhir tausiahnya, ia menekankan pentingnya sahur sebagai waktu penuh keberkahan.
"Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang bersahur. Sahur juga mendekatkan kita pada shalat Subuh berjamaah, yang penuh dengan keutamaan," pungkasnya.
Kegiatan pengajian ini menjadi momentum berharga bagi para guru Muhammadiyah di Asahan untuk meningkatkan ketakwaan, mempererat ukhuwah Islamiyah, serta menyambut bulan suci Ramadhan dengan penuh kesyukuran.