Suara Muhammadiyah - Canberra, ibu kota Australia yang berada di Wilayah Ibu Kota Australia (Australian Capital Territory/ACT), mencatat sejarah baru dalam perjalanan dakwah Persyarikatan Muhammadiyah di Benua Selatan. Untuk pertama kalinya, seorang perempuan berdarah Bugis Pangkep, Annie Megarezki Upton, resmi dilantik sebagai Ketua Pimpinan Ranting Istimewa Aisyiyah New South Wales untuk periode 2024–2026.
Annie, yang telah menjadi warga negara Australia, menjadi tokoh pertama dari kalangan diaspora Indonesia yang memimpin organisasi otonom Muhammadiyah di Negeri Kanguru. Ia menggantikan Lisma Dyawati Fuaida, seorang dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini tengah menempuh program doktoral di Western Sydney University.
Prosesi pelantikan berlangsung khidmat di Wisma KBRI Canberra, dihadiri oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, Prof. Mukhamad Najib, bersama komunitas diaspora Indonesia di Australia, termasuk para pelajar yang sedang menempuh pendidikan di sana.
Annie adalah lulusan Pondok Pesantren IMMIM Putri di Kecamatan Minasate’ne, Kabupaten Pangkep. Ia membawa semangat Islam serta nilai-nilai budaya Bugis yang kuat ke tanah rantau, sejalan dengan jejak nelayan Bugis-Makassar yang ratusan tahun lalu pertama kali membawa Islam ke Australia. Meskipun telah menjadi warga negara Australia, kecintaannya pada dakwah dan pengabdian kepada umat tetap menjadi bagian penting dari hidupnya.
Sebelum menetap di Sydney, Annie sempat tinggal di Brisbane, tempat ia mulai aktif dalam komunitas Muhammadiyah setempat. Selama berada di sana, kontribusinya melampaui partisipasi biasa; ia menjadi inspirasi bagi banyak perempuan untuk terlibat dalam kegiatan dakwah dan sosial.
“Alhamdulillah, hari ini beliau diberi amanah untuk memimpin organisasi perempuan Muhammadiyah dan melanjutkan risalah dakwah Islam berkemajuan di Australia,” ujar Haidir Fitra Siagian, salah satu tokoh Muhammadiyah yang hadir secara daring.
Sebelum berhijrah ke Australia, Annie pernah bekerja sebagai Sekretaris Rektor Universitas Muslim Indonesia Makassar, saat itu dijabat oleh Prof. Abdurrahman A. Basalamah. Ia kemudian menetap di Australia bersama suaminya, yang merupakan warga negara Australia.
Dalam sambutannya, Annie mengungkapkan rasa syukurnya atas kepercayaan yang diberikan. Ia berkomitmen memperkuat peran perempuan dalam dakwah Islam yang inklusif, adaptif, dan sesuai dengan tantangan zaman. “Ini adalah amanah besar. Semoga saya dapat melayani organisasi ini dengan baik serta menjembatani nilai-nilai Islam berkemajuan dengan realitas di Australia,” ungkapnya.
Annie juga pernah tercatat sebagai peraih peserta terbaik dalam Baitul Arqam Internasional 2022 di Muhammadiyah Australia College, Melbourne. Selain aktif di organisasi, Annie juga terlibat dalam kegiatan sosial, baik lokal maupun internasional, termasuk melalui KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Sydney). Ia percaya bahwa peran perempuan dalam dakwah bukan sekadar sebagai pendamping, melainkan juga sebagai motor penggerak perubahan.
Kisah hidup Annie Megarezki Upton mencerminkan semangat globalisasi dakwah Islam, di mana tradisi dan modernitas berpadu secara harmonis. Islam sebagai rahmatan lil 'alamin hadir untuk membawa kasih sayang, kedamaian, dan manfaat bagi seluruh makhluk di alam semesta, dengan menekankan keadilan, toleransi, serta kesejahteraan universal. Annie menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai Islam dapat tetap hidup dan berkembang, melampaui batas geografis dan budaya. ***