Sejarah Kemajuan Islam

Publish

8 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
813
Foto Istimewa

Foto Istimewa

SEJARAH KEMAJUAN ISLAM 

Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.

Nabi Muhammad bersama kaum muslimun selama 23 tahun di Makkah dan Madinah berhasil membangun peradaban berkemajuan yang dilambangkan dengan Al-Madinah Al-Munawwarah. Suatu peradaban berkemajuan yang cerah dan mencerahkan berbasis pada Ad-Din atau agama. Bukan peradaban duniawi semata, tetapi peradaban yang lahir dari Wahyu Ilahi dan menyinari alam semesta dalam risalah rahmatan lil-‘alamin.  

Islam di era Nabi kala itu hadir dengan mengukir sejarah baru peradaban yang bersifat transformasi multidimensional yang maju atau modern. Bangsa Arab yang jahiliyah diubahnya menjadi berperadaban mulia.  Penolakan bangsa Arab yang jahiliyah kala itu antara lain karena Islam terlalu modern (berkemajuan) untuk masyarakat Arab yang tribal  atau primitif sebagaimana temuan para ahli seperti Robert N Bellah, Bernard Lewis, Hodgson,  dan lain-lain. Islam merupakan din al-hadlarah, agama peradaban berkemajuan. 

Perjuangan Islam pasca Nabi dilanjutkan oleh kaum muslimun di bawah Kekhalifahan Utama (Khulafau Al-Rasyidun) yaitu Abu Bakar Ash-Shiddieq, Umar Ibn Kahttab, Utsman Ibn Affan, dan Ali Bin Abi Thalib, radhiallahu ‘anhum. Setelah itu peradaban Islam meluas dan Islam menjadi agama peradaban dunia selama sekitar tujuh abad lebih lamanya pada era Kekahalifahan atau Dinasti Umayyah, Abassiah, Fatimiah, dan Usmaniah. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan mencapai puncaknya di Era Kejayaan Islam, ketika Barat saat itu tertidur lelap. 

Era Kejayaan Islam

Era Kejayaan Islam terjadi pada masa Kekhalifahan Umayyah (661-750 M) terutama pada ekspansi Islam ke berbagai kawasan di luar jazirah Arabia. Masa kekuasaan Islam di Iberia dimulai sejak Pertempuran Guadalete, ketika pasukan Umayyah pimpinan Thariq bin Ziyad mengalahkan orang-orang Visigoth yang menguasai Iberia. Awalnya Al-Andalus merupakan provinsi dari Kekhalifahan Umayyah (711-755), lalu berubah menjadi sebuah keamiran (756-929), sebuah kekhalifahan sendiri (929-1031), dan akhirnya terpecah menjadi "taifa" atau "Muluk ath-Thawaif" dalam bahasa Arab yaitu kerajaan-kerajaan kecil (1031-1492). Pada akhirnya  Kristen berhasil merebut kembali Iberia dari tangan umat Islam dalam proses yang disebut Reconquista (secara harfiah berarti "penaklukkan ulang"). Al-Andalus umumnya tidak merujuk kepada Iberia secara umum, tetapi kepada daerah-daerah yang dikuasai para Muslim pada zaman dahulu (Wikipedia, 2023). 

Pada 1236, benteng terakhir umat Islam di Spanyol, Granada menyatakan tunduk kepada Fernando III dari Kastilia, dan menjadi negara bawahan Kastilia, hingga pada 1492 Muhammad XII menyerah sepenuhnya kepada Los Reyes Católicos (Kerajaan Katolik Spanyol) yang dipimpin oleh Fernando II dari Aragon dan Isabel I dari Kastilia. Sedangkan kekuasaan Islam di Portugal berakhir pada 1249 dengan ditaklukkannya Algarve oleh Afonso III. Kekalahan penguasa Muslim kemudian diikuti oleh Inkuisisi Spanyol disertai penganiayaan dan pengusiran terhadap kaum Muslim dan Yahudi di Spanyol (Wikipedia, 2023). 

Kemajuan Islam  di  Andalusia  melahirkan monumen sejarah istana Al-Hamra serta Perpustakaan dan Madrasah di Granada, Masjid dan Perpustakaan Cordoba di Cordoba, serta peninggalan sejarah lainnya di Sevilla dan beberapa daerah di kawasan Spanyol bagian Selatan. Pada  masa  itu  didirikan  lembaga-lembaga keilmuan  sebagai   pusat  pembelajaran  ilmu  pengetahuan, kebudayaan,  dan  pendidikan  Islam.

Zaman Kejayaan Islam atau  Keemasan Islam atau Islamic Golden Age berlanjut mencapai puncaknya pada era Khilafah Abasiyyah (750-1517 M/132-923 H). Peradaban Islam sempat jatuh di Baghdad tahun 1258 M, setelah itu bangkit kembali. Pada era ini lahir  para filsuf, ilmuwan, dan insinyur dari Dunia Islam yang menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi sendiri. Puncak kemajuan Islam terjadi lebih luas di era Abbasiah.

Pada era kemajuan Islam itu menurut Hodgson (2002), kaum muslimun berada pada tingkat berbudaya tinggi sebagai bagian dari “The Venture of Islam”, suatu kerangka kerja Islam berbasis iman dan sejarah yang membangun peradaban Islam. Kekhalifahan Islam bahkan saat itu mencapai tingkat “Kekhalifahan Tinggi” (High Califate) dalam rentang waktu tahun 692-945, yang membedakan dari kekhalifahan sebelumnya dari era Abu Bakar  sampai Muawiyah. Perkembangan ilmu-ilmu syariah, falsafah, ilmu kalam, sastra, dan sains berkembang pada era ini. 

Hodgson menegaskan, betapa bersatunya umat Islam saat itu dalam setting budaya dan historisnya, suatu kesatuan yang mengatasi segala macam keanekaragaman rasial dan kultural dari pemeluknya. Karena itu,   ketika terjadi disintegrasi dalam dunia Islam akibat imperialisme Barat, kenyataan tersebut sangat melukasi dan menimbulkan problem traumatik di kalangan umat Islam. Dalam perkembangan kehidupan umat Islam terdapat fenomena Islamicate, sesuatu yang bercorak Islam, yakni unsur-unsur yang tidak sepenuhnya langsung dari sumber ajaran Islam yang murni  yaitu Al-Quran dan Sunnah Nabi. Ada pula fenomena Islamics atau Islami, yakni unsur-unsur yang langsung merupakan derivasi dari ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi. Keduanya membentuk kebudayaan dan peradaban Islam yang cerah dan mencerahkan kehidupan semesta.

Renesains Islam

Kemajuan atau kejayaan Islam membentang dari Jazirah  Arab sampai Iberia di Andalusia Spanyol dan Portugal, Perancis bagian Selatan, kawasan Balkan, Asia Tengah dan Asia Selatan, sampai Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut Kraemer (2003) era kejayaan itu disebut sebagai era “Renaisans Islam” (Die Rennaisance des Islams) yang bersifat khas. Renaisans Islam berbeda dengan Renaissance Barat Abad Pertengahan, tidak sekadar menghidupkan sains dan filsafat Yunani dan Romawi, tetapi justru mengilhami Renaisans Barat itu sendiri, sekaligus menampilkan warisan humanisme Islam yang meluas (universal). Renaisans Islam meminjam pandangan G. Levy della Vida, menampilkan Masyarakat Islam yang “lebih kosmopolitan daripada Masyarakat Yunani dan Romawi yang pernah ada”. Itulah era kegemilangan kejayaan Islam dalam sejarah peradaban dunia.

Era renaisans Islam merupakan bukti sejarah yang nyata bahwa Islam merupakan agama yang berkemajuan di tangan para pemeluknya yang berjiwa dan berpikiran maju, sehingga Islam menjadi realitas sosiologis yang hadir dalam membangun peradaban dunia. Terbentuknya peradaban Islam yang utama itu tidak lepas dari spirit iman,  ijtihad,  dan tajdid yang menyatu dalam kehidupan umat Islam. Nabi sendiri melalui sebuah hadis memberikan perspektif, bahwa pada setiap kehadiran abad baru datang mujadid yang akan memperbarui paham agama. Maknanya bahwa pada setiap babakan sejarah yang penting dan krusial selalu dibutuhkan pembaruan, sehingga Islam mampu menjawab tantangan zaman. Islam dan umat Islam tidak boleh jumud atau statis, sebaliknya harus dinamis dan progresif. Itulah spirit dan pandangan Islam yang berkemajuan sebagai tonggak peradaban dunia.

Perluasan dan penyebaran Islam oleh Hugh Kennedy (2018) disebut “The Great  Arab Wonauests” atau “Penaklukan Arab Muslim Terbesar”, yang melampaui kejayaan imperium Persia, Bizantium, dan Romawi. Daya jelajahnya melintasi seluruh kawasan geografis yang sangat luas, melahirkan masyarakat muslim yang terbuka. Kennedy mencatat “Keberhasilan penaklukan Muslim adalah produk dari kondisi yang unik dan dakwah tentang keyakinan monoteisme baru yang sederhana. Ada banyak fitur Islam yang telah membuatnya bisa didekati penganut Kristen dan Yahudi. Islam memiliki seorang Rasul, Kitab Suci, bentuk peribadatan yang baku, aturan makan dan makanan, dan hukum keluarga. Ibrahim dan Yesus keduanya adalah Nabi besar dalam tradisi Muslim. Sejak awal, Islam telah mewujudkan dirinya sebagai keyakinan baru, tetapi juga yang mengklaim bahwa ia untuk menyempurnakan dan bukan untuk merusak agama monoteisme lama. Tidak ada yang tak dikenalnya dari, katakanlah, Budhisme. Kesamaan ini, tradisi umum ini, pasti telah membantu sekaligus mendorong terjadinya pemelukan agama batu.”. 

Kemajuan dunia Islam yang berperadaban tinggi itu menurut Tamim Ansary (2010) bukanlah sejarah “pendek” atau “singkat” dan “alegoris” (kiasan) atau “mitos” dari lintasan peradaban dunia sebagaimana pada umumnya narasi para penulis Barat yang lebih menggambarkan kuatnya peradaban Yunani, Romawi, dan Barat modern. Peradaban Islam itu hadir dalam sejarah yang panjang, menyejarah, dan meluas ke seluruh kawasan dunia dengan puncak kejayaan yang tinggi mempengaruhi peradaban dunia. Sejarah kemajuan peradaban Islam itu membentang beberapa ribuan tahun dan meluas ke seluruh benua sebagai sebuah narasi besar tentang sejarah kejayaan Islam di pentas dunia yang tidak kalah dan bahkan memiliki keunggulan unik daripada peradaban Yunani, Romawi, dan Barat modern yang dimulai dari era Nabi Muhammad yang berakhir tahun 632 masehi sampai kejatuhan kekhalifahan Othman tahun 1924. Itulah sejarah kemajuan peradaban Islam yang benar-benar terjadi dan mengubah dunia menjadi peradaban kosmopolitan yang modern berkemajuan!

Sumber: Majalah SM Edisi 10 Tahun 2023


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

MELUASKAN PAHAM AGAMA Tema Salafi telah didiskusikan berulang kali. Tulisan ini tidak hendak menjel....

Suara Muhammadiyah

4 July 2024

Editorial

Islam Berkemajuan sebagai Pandangan Keagamaan Oleh: Prof DR H Haedar Nashir, M.Si. Muhammadiyah me....

Suara Muhammadiyah

28 June 2024

Editorial

Derap Muhammadiyah Berkemajuan Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Setiap kunjungan dan diundang k....

Suara Muhammadiyah

26 October 2023

Editorial

IKHTIAR MENYELAMATKAN SEMESTA Apa jadinya jika negara-negara sponsor Hak-hak Asasi Manusia (HAM) du....

Suara Muhammadiyah

21 December 2023

Editorial

CERDAS DI MEDIA PUBLIK Beberapa minggu terakhir media sosial di tanah air diramaikan dengan ulah &l....

Suara Muhammadiyah

2 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah