Semarak Milad Muhammadiyah ke-113 di Palopo: Kini Saatnya Bersyukur, Berkumpul, lalu Bergerak Maju
Oleh: Haidir Fitra Siagian, Wakil Ketua LP2M PWM Sulsel/Dosen UIN Makassar
Setiap tahun, warga Muhammadiyah di seluruh Indonesia memperingati Milad atau hari lahir organisasi yang didirikan KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Milad ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi menjadi momentum penting untuk bersyukur, berkumpul, dan memperkuat kembali semangat dakwah serta kerja-kerja sosial Muhammadiyah.
Selama lebih dari satu abad, organisasi ini telah memberi kontribusi besar melalui sekolah, rumah sakit, panti asuhan, program sosial, serta gerakan dakwah yang terus tumbuh dari waktu ke waktu.
Tahun ini, warga Muhammadiyah Sulawesi Selatan akan berkumpul dalam jumlah besar di Kota Palopo untuk mengikuti Milad ke-113 tingkat wilayah. Kota Palopo, yang dikenal sebagai Bumi Sawerigading, dipilih sebagai pusat kegiatan.
Besok, ribuan warga Muhammadiyah diperkirakan akan memadati kota ini—mulai dari kader, simpatisan, hingga berbagai ortom dan amal usaha. Antusiasme ini menunjukkan bahwa Milad tidak hanya dipandang sebagai agenda tahunan, tetapi juga sebagai ruang silaturahmi besar yang memperkuat rasa kebersamaan.
Di lapangan, panitia lokal telah bekerja keras mempersiapkan acara ini. Saya sendiri melihat bagaimana adik-adik Angkatan Muda Muhammadiyah dan para mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah bahu-membahu menata lokasi dan merapikan perlengkapan.
Juga menyiapkan logistik, dan memastikan semua kebutuhan acara berjalan dengan baik. Semangat mereka mencerminkan karakter Muhammadiyah: bekerja ikhlas tanpa banyak bicara, dan menjadikan dakwah sebagai amal nyata.
Dalam sebuah percakapan, seorang rekan dosen pernah bertanya kepada saya, “Mengapa Muhammadiyah harus merayakan Milad setiap tahun? Apa urgensinya?” Ia berkata begitu karena hanya melihat berita seremonial Milad, tanpa mengikuti kegiatan lain yang menyertai acara tersebut.
Padahal, Milad bukan hanya acara pidato dan panggung, tetapi rangkaian kegiatan yang menyentuh masyarakat. Karena itu, sebagai bagian dari panitia Milad tingkat wilayah, saya ingin menjelaskan beberapa alasan mengapa Milad penting untuk terus diperingati.
Pertama, Milad adalah bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Syukur bukan hanya ucapan, tetapi diwujudkan dengan menjaga dan memperkuat amanah yang sudah ada. Muhammadiyah telah berjalan lebih dari 113 tahun, dengan berbagai tantangan yang tidak mudah.
Jika tanpa pertolongan Allah, tentu perjalanan panjang ini tak mungkin terjadi. Karena itu, Milad menjadi pengingat bahwa keberlanjutan gerakan ini tidak boleh dianggap biasa.
Kedua, Milad menjadi kesempatan untuk menghidupkan kembali teladan KH. Ahmad Dahlan.
Pendiri Muhammadiyah ini adalah sosok yang berani memperbarui cara berpikir umat, menguatkan pendidikan, dan menggerakkan masyarakat dengan pendekatan yang sederhana namun berdampak.
Lewat Milad, kita diajak kembali mengingat semangat keikhlasan, keberanian, dan kerja nyata beliau, agar nilai-nilai itu tetap diteruskan oleh generasi sekarang.
Ketiga, Milad adalah saat yang tepat untuk muhasabah atau evaluasi.
Muhammadiyah memiliki banyak amal usaha dan program dakwah, tetapi semua itu perlu dievaluasi secara berkala. Kita harus bertanya: apakah layanan pendidikan kita sudah berkualitas?
Apakah rumah sakit dan panti asuhan kita sudah memberi pelayanan terbaik? Apakah dakwah kita sudah menyentuh kebutuhan masyarakat? Dengan muhasabah inilah Muhammadiyah dapat terus berkembang dan tidak terjebak dalam rutinitas.
Keempat, Milad menguatkan kembali visi Islam Berkemajuan.
Sebuah pandangan khas Muhammadiyah yang menekankan bahwa Islam harus hadir sebagai agama yang mencerahkan, mencerdaskan, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Melalui Milad, komitmen ini kembali ditegaskan agar seluruh warga Muhammadiyah memahami bahwa dakwah hari ini harus adaptif, bijak, dan membuka ruang bagi ilmu pengetahuan serta kemajuan peradaban.
Kelima, Milad seharusnay memperkuat ukhuwah dan kebersamaan. Kehadiran ribuan warga Muhammadiyah dari berbagai daerah ke Palopo menunjukkan kuatnya rasa persaudaraan dalam gerakan ini.
Silaturahmi seperti ini penting untuk menjaga kekompakan, mempererat jaringan antarwilayah, dan membangun kolaborasi yang lebih luas.
Keenam, Milad selalu diiringi dengan kegiatan sosial yang bermanfaat.
Disinilah yang membedakan Milad Muhammadiyah dengan peringatan lainnya. Milad tidak berhenti pada ceramah dan panggung, tetapi diwujudkan dalam bentuk layanan kesehatan gratis atau percuma, santunan sosial, penyuluhan pendidikan, bahkan kegiatan kemanusiaan.
Dengan begitu, Milad menjadi bukti bahwa dakwah Muhammadiyah selalu berorientasi pada kemaslahatan masyarakat luas.
Pada akhirnya, Milad Muhammadiyah adalah momentum yang tepat untuk memperbarui semangat gerakan, menguatkan barisan, dan meneguhkan kembali tujuan dakwah pencerahan.
Semoga Milad ke-113 ini bukan hanya menghadirkan keramaian di Palopo, tetapi juga memberi energi baru bagi seluruh warga Muhammadiyah untuk terus melanjutkan perjuangan mulia ini. Wallahu'alam.


