YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Suara Muhammadiyah (SM) merayakan milad ke-109. Usia panjang bagi sebuah media, yang menjadi perhatian khusus Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi. Disebutkan, sejak awal kelahirannya tahun 1915 sampai sekarang, kebertahanan dan capaian yang ditorehkan SM karena punya spirit dan etos tinggi.
“SM menemukan perjalanan tidak mudah. Sejak tahun 1915 sampai sekarang bisa bertahan karena tahan ujian, tahan tantangan, dan tahan gelombang pasang-surut,” urainya saat Tasyakuran Milad ke-109 SM, Rabu (14/8) di SM Tower Malioboro Yogyakarta.
Haedar mengingatkan, satu-persatu, media-media Islam telah gulung tikar. Kini, hanya tersisa Majalah SM yang tetap bertahan dengan kokoh. Sehingga, Haedar meminta untuk berefleksi atas kebertahanan media Persyarikatan rintisan KH Ahmad Dahlan dan Haji Fachroddin tersebut.
“Dulu memang kami membayangkan agar bisa bertahan, yang memang SM harus punya usaha. Akhirnya kini terwujud. Dulu tidak membayangkan, hanya toko buku kecil yang sekarang menjadi Suryamediata,” ungkapnya.
Usaha SM ke depan, lanjut Haedar, harus berkembang lebih besar. “Kuncinya pada sikap kita untuk selalu berani mengambil tantangan,” tegasnya. Bahkan, dalam konteks bekerja di amal usaha Muhammadiyah, memerlukan mindset baru. Perwujudannya dengan menjadi wirausaha, di mana sudah dimulai sejak awal berdiri Muhammadiyah pada tahun 1912.
“Maka, dulu di kota di mana Muhammadiyah maju itu perintisannya mesti di tempat-tempat di mana bisnis dan wirausaha hidup,” sebutnya.
Tentu menjadi seorang wirausaha harus punya etos tinggi. Dan praktiknya jangan sering menggerutu. “Kalau tidak berkeringat, dia tidak akan mendapatkan. Maka, dulu di tradisi orang Muhammadiyah di mana wirausaha hidup, pegawai negeri tidak laku,” bebernya. Bekerja di swasta, Haedar memastikan taraf hidup bekecukupan, jika orang di dalamnya punya etos tinggi.
“Perusahaan akan maju jika kita maju. Dan kita maju karena perusahaan maju. Maka rata-rata, perusahaan tidak akan berkembang karena memang orang-orang di dalamnya tidak punya mental dan inner dinamic untuk selalu bekerja keras, pantang menyerah, berani menghadapi gelombang baru, dan tidak cengeng,” tuturnya.
Haedar mengajak generasi baru SM untuk mengubah mindset. Berpikirnya harus kreatif, inovatif, dan adaptif. Lebih penting lagi, selalu bekerja keras seraya berikhtiar hatta menjalankan segala aktivitas dalam kehidupan, terutama wirausaha. “Orang yang akan sukses itu mereka yang kerja keras. Pasti semangat hidupnya tinggi,” jelasnya.
Hidup di Muhammadiyah, sambung Haedar, harus bermakna. Artinya, senantiasa berbuat baik kepada sesama tanpa diskriminatif. Lebih lanjut, pada saat bersamaan harus membangun kebersamaan untuk memajukan SM di masa depan. “Harus ada semangat kolektivitas yang membuat SM maju. Kalau semangat kolektivitas tumbuh, akan ada sikap positif dalam hidup kita,” tandas Pemimpin Redaksi SM tersebut. (Cris)