KARANGANYAR, Suara Muhammadiyah - Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat mengatakan, hijrah tidak sekadar dipahami sebatas perpindahan tempat satu ke tempat yang lain, tetapi lebih mengarah pada perpindahan keadaan dan kondisi.
"Walaupun keadaan itu tidak harus pindah tempat. Jika pun Anda berpindah tempat, tapi pada satu tempat yang bahkan jauh dari Allah , itu tidak disebut sebagai hijrah," katanya saat Tabligh Akbar Jambore Nasional Relawan Muhammadiyah-'Aisyiyah ke-3, Kamis (26/6) di Wonder Park Resort Lawu Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Lebih lanjut, Ustadz Adi menekankan, momentum tahun baru Islam menjadi sangat penting untuk melakukan transformasi. Yakni transformasi menjadi manusia yang jauh lebih baik lagi.
"Kalau belum dapat (menemukan yang terbaik--perubahan diri), maka berhijrahlah. Ajak-ajak temannya. Bapaknya sudah baik, istrinya belum, ajak (berhijrah menjadi yang lebih baik). Anaknya sudah hafal Al-Qur'an, isterinya sudah bisa baca Al-Qur'an, tapi bapaknya belum punya waktu, ajaklah," jelasnya.
Dan, lebih lugasnya, Nabi Muhammad Saw mengajak untuk berhijrah. Terutama, berhijrah dari keburukan menuju kebaikan.
"Nabi mengajak kita. Nabi memanggil kita (untuk berhijrah). Orang yang hijrahnya benar dia mencoba melihat dari atas sampai ujung kaki," ungkapnya.
Spirit hijrah memberikan kesan selama telah berkomitmen menjadi seorang Muslim, berislam, maka buktikan komitmen itu. "Dengan cara selalu menghadirkan suasana yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya," tukasnya. (Cris)