Teknologi Belum Hapus Kesenjangan Sosial, Pakar UMY Soroti Ketimpangan Inovasi

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
96
Dok Istimewa

Dok Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Kemajuan teknologi di era Society 5.0 telah membawa transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Namun, belum semua pihak merasakan dampak positifnya secara merata. Hal ini disoroti oleh Guru Besar UMY bidang Ekonomi Politik Internasional, Prof. Dr. Faris Al-Fadhat, M.A., dalam sesi keynote speech pada International Conference of Community Service (ICCS), Kamis (7/8), di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian International Conference on Sustainable Innovation (ICoSI) UMY yang berlangsung sejak Rabu (6/8), dan membahas berbagai solusi inovatif dan terlokalisasi untuk menjawab tantangan global, termasuk kesenjangan sosial dan ekonomi.

Dalam paparannya, Prof. Faris menekankan bahwa perkembangan teknologi tidak selalu identik dengan pemerataan. Meski menciptakan efisiensi dan inovasi, struktur sosial dan ketimpangan ekonomi cenderung stagnan.

“Bahkan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, struktur sosial kita nyaris tidak berubah dalam 200 tahun terakhir. Data World Inequality Report menunjukkan bahwa 10% populasi terkaya dunia masih menguasai lebih dari 55% kekayaan global, sementara 50% populasi lainnya berada dalam posisi yang tertinggal,” ungkap Faris.

Dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIPOL UMY ini juga mengakui bahwa teknologi telah membawa kemudahan luar biasa dalam kehidupan, mulai dari sektor pertanian, pendidikan, hingga kesehatan. Ia mencontohkan petani di Jawa Barat yang kini bisa mengatur irigasi dan suhu lahan hanya melalui ponsel, serta anak-anak di Filipina yang tetap dapat mengakses pendidikan meski terdampak pandemi COVID-19.

Namun, ia mengingatkan bahwa di balik kemajuan itu, akses terhadap teknologi masih sangat timpang. Ia mengkritisi arah investasi yang lebih banyak dikendalikan oleh korporasi besar, yang cenderung mengedepankan akumulasi modal ketimbang kebutuhan masyarakat.

“Perusahaan besar berinvestasi dalam teknologi bukan karena peduli pada pemberdayaan masyarakat, tetapi karena melihat potensi keuntungan jangka panjang. Inilah mengapa sektor teknologi kini menjadi ladang emas baru bagi para pemilik modal,” jelasnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Prof. Faris menawarkan tiga pendekatan agar teknologi bisa berperan lebih adil dalam masyarakat, yakni pertama, demokratisasi akses teknologi, agar semua lapisan masyarakat dapat memanfaatkannya. Kedua, penciptaan lapangan kerja baru sebagai respons atas pekerjaan lama yang tergantikan oleh otomatisasi; dan ketiga, regulasi yang berpihak pada masyarakat, untuk memastikan teknologi menjadi alat pemberdayaan, bukan pemisah.

Ia menekankan pentingnya peran negara dan komunitas dalam mengarahkan inovasi agar tidak hanya menjadi mesin produksi kapital, tetapi juga alat pembebasan sosial.

“Teknologi itu netral, tetapi dampaknya sangat ditentukan oleh siapa yang mengendalikannya dan untuk tujuan apa. Jika tidak diregulasi dengan adil, teknologi justru dapat memperdalam jurang sosial dan ekonomi,” pungkasnya. (ID)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

KLATEN, Suara Muhammadiyah - Universitas ‘Aisyiyah Surakarta adalah amal usaha ‘Aisyiyah....

Suara Muhammadiyah

28 April 2025

Berita

OKUTIM, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) OKU Timur menyelenggarakan Saf....

Suara Muhammadiyah

31 March 2024

Berita

SOLO, Suara Muhammadiyah - Ustaz Furqon Hasbi, Lc. M.A. mengajak ratusan siswa SMP Muhammadiyah Prog....

Suara Muhammadiyah

8 February 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Kita segera akan memasuki tahun 1446 Hijriyah. Kedatangan tahun bar....

Suara Muhammadiyah

24 May 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) meraih 'Bronze Winner' pengharg....

Suara Muhammadiyah

27 February 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah