Idul Adha di PRM Tirtonirmolo Barat, Tekankan BANTUL, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tirtonirmolo Barat, Kasihan, Bantul menggelar Shalat Idul Adha 1446 H di Halaman Pondok Pemuda Ambarbinangun, Jumat (6/6). Tampak dalam pelaksanaanya, berlangsung sangat meriah, dihadiri dua ribuan jamaah yang antusias mengikuti rangkaian salat Idul Adha.
“Pemandangan seperti ini sudah biasa bukan kali ini saja, baik salat Idulfitri maupun salat Iduladha di lokasi ini selalu meriah dengan jamaah yang melimpah,” kata Sofriyanto, Ketua PRM Tirtonirmolo Barat sebelum dimulai Shalat Idul Adha.
Sofriyanto mengatakan, pada tahun ini, panitia melakukan terobosan terbaru. Yakni secara teknis, mencetak buku panduan yang berisi panduan Idul Adha mencakup naskah khutbah.
“Termasuk sosialisasi kegiatan PRM/PRA dan iklan produk usaha yang bekerja sama dengan para pelaku usaha di kampung kita dan sekitarnya untuk berpromosi melalui buku panduan tersebut,” tuturnya.
Buku panduan tersebut laris manis saat Shalat Idul Adha. Bahkan diungkapkan Sofri, buku tersebut sampai ada jamaah yang tidak mendapatkan. “Buku panduan tersebut yang dicetak sebanyak 2.000 eksemplar habis dibagi kepada jamaah non anak-anak bahkan menurut laporan masih banyak yang tidak mendapatkan buku tersebut,” urainya.
Sementara, Shalat Idul Adha dipimpin oleh Nayif Fairuza, Staf Pengajar di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Ia mengatakan, momen Iduladha, terdapat dua peristiwa penting dalam kehidupan kita sebagai umat Islam. Pertama, pada tanggal 9 Zulhijjah, seluruh jama’ah haji dari penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah, mereka berkumpul untuk melaksanakan wukuf sebagai bagian dari rukun ibadah haji.
“Pada saat itu, tidak ada perbedaan pangkat dan jabatan, tidak ada pula status dan kedudukan, tidak ada perbedaan mana rakyat mana bangsawan, dan tidak pula yang berkulit putih dan berkulit hitam. Semua sama dihadapan Allah Swt. yang membedakan hanyalah derajat takwa,” ulasnya.
Kedua, Momen peringatan Iduladha tidak dapat kita pisahkan dari pengorbanan yang dijalankan oleh Nabi Ibrahim. Nayif menyebut, Nabi Ibrahim juga memiliki posisi yang istimewa dengan beragam predikat yang diberikan oleh Allah. Yaitu Nabi Ibrahim sangat disayang oleh Allah. “Oleh karenanya ia berjuluk Khalillulah (kekasih Allah),” terangnya.
Kemudian, Nabi Ibrahim adalah manusia pilihan terbaik, Al-Musthafa (yang terpilih). Juga, salah satu Nabi yang dijuluki Ululazmi. “Karena keteguhan hati yang dimilikinya,” imbuhnya.
Di sinilah kalau diresapi lebih mendalam, banyak sekali pelajaran berharga dari Nabi Ibrahim. Nayif membentangkan, pertama, Nabi Ibrahim mengajarkan agar memurnikan keimanan kepada Allah, termasuk dengan mengasah logika untuk meneguhkannya. “Kesadaran tauhid ini bahkan sudah dimiliki oleh Nabi Ibrahim ketika masih belia,” katanya.
Kedua, hubungan yang tidak baik antara Ibrahim dengan ayahnya karena ayahnya dan pengikutnya merupakan penyembah berhala bahkan sampai Nabi Ibrahim diusir oleh ayahnya.
“Namun demikian, Nabi Ibrahim sebagai anak tetap menghormati dan mendoakan ayahnya. Episode ini mengajarkan kepada kita, dalam kondisi apapun, sikap santun kepada orang tua tetap harus dijaga. Kita dilarang membentak dan meremehkan mereka,” tegasnya.
Ketiga, Nabi Ibrahim sangat menghargai anaknya, Nabi Ismail. Dialog Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika diperintah Allah untuk disembelih menggambarkan itu semua. Meski Nabi Ibrahim jelas diperintah oleh Allah, namun tidak serta merta menyembelih Nabi Ismail.
“Sangat demokratis. Nabi Ibrahim menganggap Nabi Ismail yang saat itu menginjak dewasa yang telah siap memilih, sebagaimana diceritakan pada QS Ash- Shaffat ayat 102,” tandasnya. (Cris)