PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Bertempat di Gedung Serbaguna SMK Muhammadiyah Kajen, Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMK Muhamka mengadakan Pelatihan Jurnalistik yang berlangsung pada Ahad, 4 Mei 2025. Pelatihan ini mengangkat tema "Melawan Apatis, Menjadi Kritis: Jurnalisme Pelajar untuk Indonesia".
Peserta dalam pelatihan ini adalah kader-kader IPM Kajen yang berjumlah lebih dari 50 siswa. Mereka umumnya merupakan siswa kelas 10 dan 11 di sekolah yang memiliki Motto Islami, Kompeten, dan Berdaya Saing. Adapun tujuan dari terselenggaranya pelatihan ini menurut Muhamad Ghiffary Azhar selaku ketua pelaksana adalah untuk membekali para kader IPM Kajen terkait skill menulis dan pengetahuan seputar jurnalistik. Agar kedepannya mereka diharapkan memiliki skill yang dapat bermanfaat di era globalisasi.
Hadir dalam acara tersebut, Diko Ahmad Riza Primadi, M.Pd, Wartawan Majalah Suara Muhammadiyah yang terjdwal sebagai pemateri dalam acara yang dimulai pada pukul 9 pagi itu.
Mas Diko (sapaan akrabnya) menjelaskan banyak hal mengenai jurnalisme. Ia menerangkan tentang bagaimana awal mula dirinya mengenal dunia jurnalistik, yakni ketika berada di bangku perkuliahan pada tahun 2016. Pada waktu itu ia masuk sebagai salah satu dari reporter Koran Kampus Bestari UMM. Dari pengalaman inilah yang kemudian membawanya terus menekuni jurnaliseme di majalah Islam tertua-Suara Muhammadiyah yang berkantor pusat di Kota Yogyakarta.
Dalam pelatihan tersebut Mas Diko mengawalinya dengan motivasi, "Menulis adalah tentang panggilan peradaban dan jurnalisme adalah panggilan tugas mulia," ujarnya penuh semangat.
Kemudian, pria yang merupakan sarjana pendidikan matematika itu melanjutkan penjelasan teori mengenai jurnalisme, mulai dari mengenal apa itu jurnalisme, cara kerja jurnalistik, hingga motivasi untuk mulai menulis. Para peserta pelatihan terliha sangat mencermati penjelasan dari Mas Diko, pembawaannya yang santai dan humoris membuat peserta tidak bosan dengan penjelasannya.
Lalu pelatihan dilanjutkan dengan sesi praktik menulis berita. Setiap kelompok yang terdiri dari tiga peserta diberikan tugas untuk melakukan wawancara dan menulis berita yang relevan, mulai dari mewawancarai pedagang kaki lima, satpam sekolah, pemilik usaha playstation, hingga pemilik warung makan.
Pada sesi ini, para peserta sangat bersemangat untuk mencari berita, hingga ada salah satu peserta yang mewawancarai seorang pemilik usaha playstation yang dulunya adalah seorang wartawan, "Kamu melakukan wawancara ini ada surat tugasnya tidak? Punya ID Card atau tidak? Setidaknya kalau mau wawancara dipersiapkan segala sesuatunya," ujar sang pemilik rental playstation dengan suara tegas kepada siswa yang hendak mewawancarainya.
Dari kejadian tersebut seperti memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa menjadi seorang jurnalis tidak sesimpel henya melakukan wawancara, menulis berita, mengedit berita, ternyata tidak. "Menjadi jurnalis haruslah memiliki persiapan yang matang sebelum melakukan wawancara, mulai dari mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, membuat janji dengan narasumber terkait kapan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara, meminta surat tugas dari kantor, dan segala keperluan teknis lainnya juga harus dipersiapakan secara matang," ujar Mas Diko kepada peserta.
Rangkaian pelatihan pun diakhiri dengan sesi foto bersama antara peserta dengan pemateri, serta penyerahan serifikat dan kenang-kenangan. (fahri)