Urgensitas dan Metode Internalisasi Keislaman dalam Pelajaran Sains
Oleh: Tito Yuwono, Ph.D, Dosen Teknik Elektro UII Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman
Nilai keislaman dan tauhid hendaknya tidak diajarkan di mata pelajaran tauhid saja, namun juga diajarkan di mata pelajaran sains juga. Dalam belajar sains, peserta didik tidak hanya memahami konteks ilmiah fenomena sains saja, namun juga memaknai bahwa mempelajari ilmu tersebut merupakan bagian ibadah serta manivestasi eksistensi dan kebesaran Allah s.w.t., Rabb pencipta dan penguasa alam. Sehingga akan menambah keimanan dan kedekatan kepada Allah s.w.t.
Pembelajaran Sains tanpa memasukkan nilai-nilai keisalaman akan berdampak negatif dalam banyak hal. Diantaranya adalah:
1. Ilmu menjadi sekuler dan terpisah dari agama dan keimanan
Ketika ilmu menjadi sekuler dan terpisah dari keimanan, maka ketika mempelajari sains dan teknologi kering dari nilai spiritual. Padahal ilmu yang dimiliki manusia ini merupakan pemberian Allah s.w.t. Allah s.w.t berfirman dalam Surat Al-‘alaq ayat 5:
عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.:
Tidak sampainya pemahaman ini akan mendatangkan sikap sombong dan takabur ketika memiliki secuil ilmu. Dan menggunakan ilmu yang dimiliki bukan untuk kemaslahatan tapi untuk kerusakan.
2. Hilangnya nilai moral dalam sains
Pemisahan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai keislaman akan berdampak pada hilangnya nilai moral dalam sains. Ilmu digunakan untuk destruktif/perusakan seperti pemusnahan manusia, perusakan dan eksploitasi alam dan sebagainya.
3. Mengaburkan tujuan ilmu
Dalam Islam, tujuan ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah s.w.t serta memanfaatkan ilmu tersebut untuk kemaslahatan bagi manusia maupun alam. Jika nilai Islam dihilangkan maka ilmu akan kehilangan orintasi spiritual. Orientasi ilmu menjadi materialistik.
Maka di sekolah-sekolah sangat perlu memasukkan nilai keislaman dalam sains, sehingga akan memperkuat keimanan siswa.
Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan kontekstualisasi islami maupun pendekatan nilai.
Pendekatan kontekstualisasi islami adalah dengan mengaitkan konsep sains dengan Alquran maupun hadis.
Sebagai contoh, ketika membahas berkaitan dengan proses hujan, maka bisa dikaitkan dengan Surat Annur ayat 43 dan Al-Baqarah ayat 21 dan 22.
Dalam Surat Annur ayat 43, Allah s.w.t berfirman:
لَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزْجِى سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُۥ ثُمَّ يَجْعَلُهُۥ رُكَامًا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن جِبَالٍ فِيهَا مِنۢ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَيَصْرِفُهُۥ عَن مَّن يَشَآءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِۦ يَذْهَبُ بِٱلْأَبْصَٰرِ
Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 21 dan 22, Allah s.w.t berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Dengan mengaitkan fenomena sains dengan Al-Quran maka ketika belajar sains akan bertambah iman kepada Allah s.w.t serta bertambah dekat dan rajin ibadah. Hal ini karena pembelajaran sains sampai kepada Allah s.w.t
Terkadang untuk sains tertentu sulit mengaitkan fenomena sains dengan Alquran maupun hadis. Maka pendekatan nilai perlu dilakukan. Baik nilai secara umum maupun nilai secara khusus. Nilai secara umum, misalkan ilmu yang kita dapat ini adalah dari Allah s.w.t sebagaimana dalam Surat Al’alaq ayat 5. Juga motivasi bahwa ilmu yang kita dapat kita gunakan untuk kemaslahatan seperti dalam hadis. Rasulullah s.a.w bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Imam Ahmad)
Contoh lain, jika kita ingin belajar teknik-teknik untuk menghemat energy, maka kita sampaikan landasan nilai dalam Al-Quran berkaitan dengan larangan untuk berbuat mubadzir. Allah s.w.t berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 27:
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
Artinya: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Sehingga ketika kita melakukan rekayasa-rekayasa penghematan energy ada landasan spiritualnya.
Demikian tulisan ringan ini, semoga menginspirasi untuk selalu bersemangat internalisasi tauhid atau keislaman dalam pembelajaran sains, sehingga menambah keimanan siswa maupun guru.
Wallahu a’lamu bishshowab.


