Yusuf Al Qaradhawi dan Tradisi Menulis Surat

Publish

10 January 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
2000
Syekh Prof Dr Yusuf al-Qaradawi. Doc. Istimewa

Syekh Prof Dr Yusuf al-Qaradawi. Doc. Istimewa

Oleh: Donny Syofyan

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Pada 26 September 2022, ulama terkenal, tokoh Ikhwanul Muslimin dan pendiri International Union of Muslim Scholars (IUMS) Sheikh Yusuf Al Qaradhawi meninggal pada usia 96. Saat beliau wafat, akun resmi organisasi mengumumkan berita di Twitter (kini X), diikuti dengan pengumuman yang sama di IUMS Twitter. "Dunia Islam telah kehilangan salah satu cendekiawan yang paling tulus dan berbudi luhur," tambah IUMS. Beliau dikenal sebagai ulama yang sangat produktif, sampai wafat Al-Qaradhawi telah menulis dan menerbitkan lebih dari 120 buku. Fiqih Shalat ini adalah karya terakhir beliau sebelum wafat, yang  menunjukkan seorang ulama yang rabbani yang dengan ilmunya bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dia terkenal karena programnya, Al-Shari`ah wa al-Hayah (Syariah dan Kehidupan), disiarkan di Al Jazeera dan ditonton sebanyak 40-60 juta di seluruh dunia pada 2009.

Al Qaradhawi sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia, bahkan jauh sebelumnya pernah bertemu dengan Allah yarham M. Natsir, Ketua DDII. Menyangkut produktivitas menulis Al Qaradhawi adalah jagoannya dan tak perlu diperdebatkan. Tapi yang banyak yang tidak menyadari bahwa Al-Qaradhawi masih menjaga kebiasaan uniknya sebagai salah satu strategi dakwah beliau, yakni menulis surat kepada banyak pihak, tokoh, dan sebagainya.  

Pada 2018 Al-Qaradawi pernah menulis surat yang memilukan kepada putrinya, Ola, yang telah ditahan di sel isolasi di penjara Mesir sejak 2017. Dia mengatakan bahwa Ola menderita kematian yang lambat di penahanan. Sheikh Al-Qaradhawi menunjukkan bahwa putrinya telah menghabiskan satu tahun penuh di sel isolasi di salah satu penjara terburuk di dunia. "Selama waktu ini, Ola telah diperlakukan dengan sangat buruk dan telah kehilangan hak-haknya yang paling mendasar," tulisnya. Akhirnya putrinya dibebaskan pemerintah Mesir pada 2021.

Menyangkut status patung Budha Bamiyan di Afghanistan, Al-Qaradhawi mengirim surat kepada pimpinan Taliban bahwa status patung Buddha Bamiyan yang dibangun oleh orang-orang terdahulu yang datang sebelum Islam adalah bagian dari warisan sejarah. Ketika kaum Muslimin memasuki Afghanistan pada tahun 1 Hijriyah, patung-patung itu sudah ada di sana dan tidak dihancurkan. Dia mengimbau saudaranya Taliban untuk menimbang kembali keputusan mereka untuk menghancurkan patung-patung itu sebab bakal mendatangkan dampak negatif. Sayangnya dua patung itu tetap dileburkan Taliban. 

Masih banyak dan tak terhitung lagi pelbagai surat yang beliau tulis, di samping buku-bukunya yang terus saja diproduksi meski usia sudah semakin menua. Kebiasaan menulis surat ini sejatinya memperlihatkan bahwa beliau menjaga keseimbangan antara adab dan intelektulitas. Beberapa waktu lalu, seorang ustadz bernama Sufyan Baswedan, yang mengaku sebagai dai Salafi, menuduh Al-Qaradhawi bukanlah ulama yang punya ilmu. Dia menyebut Al-Qaradhawi tak perlu diambil ilmunya. Tak pelak, pernyataan ini menimbulkan kehebohan di sejumlah kalangan umat Islam di medsos. Tapi sejatinya menunjukkan jurang yang menganga lebar antara intelektualitas dan adab.

Beda halnya dengan Al-Qaradhawi, dia lebih suka menulis, berdialog, menulis surat dan bahkan bertemu langsung. Dia paham secara tekstual maupun historis bahwa para ulama tak pernah saling menjelekkan, Buya Hamka memilih berqunut di kala shubuh ketika menjadi imam di kalangan jamaah warga NU, atau sikap ulama top Salafi allahyarham Syekh bin Baz yang mengakui keluasan ilmu Al- Qaradhawi terlepas perbedaan antara keduanya. Bagi mereka, kebenaran dan pendapat adalah hal yang berbeda, dan hanya ketika mereka mengeksplorasi pengetahuan dan asumsi di balik pemikiran sendiri, mereka dapat menyesuaikan pendapat tersebut lewat sikap-sikap toleran tanpa harus mengorbankan keyakinan sendiri. Ulama paripurna mengerti tentang integrasi antara ilmu dan adab.

Tradisi menulis surat yang dilakukan Al-Qaradhawi, meski tampak sederhana, menginspirasi banyak tokoh dan intelektual Muslim lainnya. Jonathan Brown— seorang tokoh Muslim, profesor sejarah dan pakar hadits di salah satu universitas di Amerika. Dia menulis disertasi tentang kanonisasi shahih Bukhari—pernah menulis surat kepada tahanan di hotel prodeo. Awalnya dia ragu apakah dia berbuat hal yang benar menulis surat kepada seseorang yang bersalah. Jangan-jangan orang nanti mengasosiasikannya dengan penjahat. Dia sempat takut melakukannya. 

Dia yakin hanya karena seseorang masuk penjara bukan berarti dia menjadi manusia tanpa atau kehilangan hak. Kalau Anda berbuat salah, apakah Anda ingin teman-teman Anda menjauhi Anda atau memperlakukan Anda dengan kasih dan simpati. Dalam surat itu dia hanya menulis hal-hal kecil; saya memikirkanmu, kemarin saya membaca buku bagus dan ingin berbagi denganmu. Ternyata tanggapan dari tahanan itu luar biasa. Salah satu darinya mengakui bahwa menerima surat bagi tahanan ibarat memenangkan lotre (winning the lottery). Banyak hal-hal yang kita anggap kecil saat dilakukan tapi dampaknya dalam dan luar biasa buat orang lain.

Al-Qaradhawi adalah pemikir besar abad ini dengan sekian wajah; ulama, pemikir, aktivis, penulis, penyair (terkadang beliau menulis sajak), dan lain-lainnya. Di atas segalanya, beliau adalah pendakwah yang tak pernah mengklaim kaveling surga untuk pengikut sendiri dan memfatwakan kelompok Islam lainnya sebagai golongan sesat. Baginya, dakwah adalah upaya berkelanjutan (istimrariyah) sebagai bagian dari ilmu, cara berdakwah (uslub) dan adab.*


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Hadlarah

Kepastian Waktu dalam 25 Tahun Judul               : 25 Tahun Ka....

Suara Muhammadiyah

6 May 2024

Hadlarah

Mengaji untuk Ketenangan Hati Oleh: Mohammad Fakhrudin Muslim mukmin pada bulan Ramadhan sanga....

Suara Muhammadiyah

25 March 2024

Hadlarah

Oleh: Benni Setiawan Dosen Universitas Negeri Yogyakarta Hadir bermanfaat. Tampaknya kata itu tepa....

Suara Muhammadiyah

23 February 2024

Hadlarah

Oleh: Nur Fajri Romadhon, Mahasiswa Fakultas Hukum UI dan Kader Muhammadiyah Hari-hari ini banyak w....

Suara Muhammadiyah

28 October 2024

Hadlarah

Malu sebagai Benteng Iman Oleh: Miqdam Awwali Hashri Dalam suatu hadits, disebutkan yang artinya &....

Suara Muhammadiyah

16 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah