Oleh: Fathin Robbani Sukmana
Beberapa Waktu lalu Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) melakukan pengukuhan Pimpinan Pusat di Jakarta, kebetulan saya hadir dalam acara tersebut yang menurut saya cukup sederhana untuk organisasi skala nasional namun juga sangat bermakna.
Pengukuhan kali ini, PP IPM mengambil tema Era Baru : Generasi Emas Berkemajuan Pelajar Muhammadiyah yang tentunya menjadi sebuah harapan bahwa IPM Periode ini sebagai pembuka gerakan baru organisasi pelajar tersebut.
Saya melihat, komposisi struktur PP IPM kali ini cukup beragam, tak heran tagline generasi emas melekat di periode ini, karena tidak hanya terdiri dari aktivis, namun ada beberapa dari kalangan akademis, pemikir ikatan hingga praktisi di segala bidang.
Saya melihat dengan seksama sambutan Ketua Umum Demisioner Nashir Effendi serta Ketua Umum baru PP IPM Riandy Prawita yang membawa mimpi besar agar kader-kader pelajar bisa memaksimalkan geraknya setelah purna dari IPM.
Namun pertanyaannya apakah IPM (tidak hanya Pimpinan Pusat) siap melakukan itu semua? Bagaimana IPM akan bergerak? Sedangkan apa yang dirumuskan di Muktamar pada Agustus 2023 lalu menurut saya tidaklah maksimal.
5 Fokus Isu Generasi Emas IPM
Dalam buku materi Muktamar IPM, membawa diksi era baru IPM, di dalamnya berisi materi yang sangat mudah dipahami oleh seluruh pelajar, hingga agenda aksi yang sangat mudah dipahami oleh kawan-kawan pelajar pada umumnya.
Namun saya menilai fokus materi Muktamar yang membawa diksi era baru hanya pengembangan internalisasi saja, jika era baru IPM difokuskan pengembangan internal, saya kira IPM sudah memasuki era barunya beberapa tahun silam hanya ditambahkan dengan realitas kemajuan teknologi dengan adanya chat GPT.
Tentu saya tidak menyalahkan atas perumusan materi tersebut, namun jika IPM tetap menggunakan Tanfidz Muktamar Medan, gerakan perubahan yang disampaikan pada saat pengukuhan hanya mimpi belaka, padahal struktur PP IPM sudah sangat hebat dan pantas mendeklarasikan diri sebagai generasi emas berkemajuan.
Akan tetapi, ada beberapa fokus isu yang tertinggal yang menyebabkan IPM harus merumuskan kembali fokus isu yang akan dijalankan, tidak hanya pengembangan internal saja jika memang ingin menjadi generasi emas.
Isu yang pertama IPM harus pikirkan adalah isu Islam kontemporer. Tidak salah IPM harus memahami aktualisasi Islam Berkemajuan yang sudah dirumuskan dengan hebat oleh Ayahanda Muhammadiyah.
Tapi IPM juga perlu mencoba untuk mengantarkan kader-kadernya agar bisa mengusai isu Islam Kontemporer. Mengapa demikian? Arus informasi keislaman saat ini melebihi kapasitasnya, makanya tidak jarang, pelajar mengambil dari media sosial walaupun sumbernya belum jelas dari mana.
IPM perlu ambil peran dalam menyelesaikan persoalan pelajar masa kini seperti kesehatan mental hingga persoalan generasi sandwich dengan nilai-nilai keislaman, maka dari itu penting bagi kader IPM menguasai isu Islam Kontemporer dan menafsirkannya agar pelajar tidak tersesat dalam mencari pemikiran agama.
Agar tidak kaku, penyampaian soal Islam Kontemporer bisa menggunakan metode pendakwah masa kini yang disalurkan melalui media sosial, tidak hanya melalui ceramah dan duduk di masjid. Tapi ceramah di masjid dan majelis juga jangan sampai hilang.
Kedua, IPM jangan lupa untuk mengeksplorasi isu-isu pendidikan yang ada di Indonesia. Jika kita melihat sejarah, semenjak Ujian Nasional menjadi syarat kelulusan di era Mendikbud M. Nuh, IPM adalah salah satu organisasi pelajar yang vokal menolaknya.
Saat ini, dari era Mendikbud Muhadjir Efendy hingga Mas Menteri Nadiem UN sudah dihapuskan dan diganti oleh assament. Bahkan gagasan merdeka belajar yang sudah lebih dari 20 Episode berhasil mewarnai dunia pendidikan.
Lalu IPM akan bubar setelah UN dihapuskan? Tentu tidak, IPM perlu didorong agar melakukan riset dan eksplorasi untuk dapat ikut memperbaiki sistem pendidikan saat ini, agar pendidikan di Indonesia dapat berubah dan maju.
Setidaknya, jika kader-kader IPM dapat memahami isu-isu pendidikan dan melakukan analisa persoalan pendidikan di masa yang akan datang, IPM bisa melakukan perubahan pola pikir bahwa belajar untuk bekerja menjadi belajar untuk berinovasi.
Isu ketiga ialah kreativitas dan inovasi, saat ini perkembangan teknologi sangat cepat dan pesat, bahkan salah satu produknya sempat dibahas di materi Muktamar IPM, ya Chat GPT, begitu mudah dan justru menjadi partner baik dalam mencari sumber, tapi pernah terpikir enggak kita bisa membuatnya? Padahal Indonesia dipenuhi berbagai Inovasi tapi sayang belum banyak terpublikasi.
Kalau kita lihat di Indonesia kreativitas dan inovasi masih dipandang sebelah mata, mereka yang membuat inovasi untuk manfaat orang banyak, kalah viral dengan orang-orang yang lebih terkenal dan kurang bermanfaat. IPM harus bisa hadir untuk membawa pelajar yang membawa inovasi menjadi diketahui orang banyak.
IPM sebagai organisasi pelajar perlu mengembangkan ]isu kreativitas dan inovasi global, dari budaya riset yang sudah berjalan hingga bisa berkontribusi dalam perkembangan inovasi seluruh bidang dan tidak hanya teknologi.
Namun fokus IPM harus berbeda, Inovasi yang dihasilkan harus membawa kebermanfaatan pada pelajar dan masyarakat, jangan sampai dengan adanya inovasi, justru pelajar menjadi terlena dan menggusur hal lain yang sudah ada. Contohnya hadirnya social commerce membuat pedagang di pasar sepi dari pembeli. Nah, bagaimana caranya IPM melakukan inovasi akan tetapi tidak membuat pedagang sepi dari para pembeli justru dapat mempermudah mereka berjualan?
Keempat, IPM harus mulai hadir untuk menyelam di isu-isu kebijakan publik di Indonesia bukan hanya dalam isu kepemiluan, pelajar dan anak. Hari ini, semua kehidupan kita hampir bersinggungan dengan berbagai kebijakan.
Sulitnya generasi muda mendapatkan akses untuk belajar di tempat yang berkualitas karena dikalahkan oleh orang yang berduit, itu merupakan habbits dari kebijakan. Ada lagi sulitnya lapangan kerja hingga orang yang berinovasi dihajar habis oleh orang berduit karena mengganggu pasar mereka.
Makanya IPM perlu kembali hadir berkontribusi dalam membangun Indonesia, hadir dalam isu-isu ibu kota baru, hadir dalam isu ekonomi hingga sosial budaya. Untuk apa? Tentunya membela kepentingan pelajar dan masyarakat.
Terakhir adalah isu internasional, IPM belum banyak berkontribusi di sana. Bagaimana mau mendirikan Pimpinan Cabang Istimewa, dikenal saja belum kok. Nah mulai dari hal kecil, misalnya mempopulerkan nomeklatur IPM ke dalam bahasa Inggris.
Lalu diskusi isu-isu internasional, seperti isu kepemudaan di G20 Indonesia yang berbicara tentang hidup di planet selain bumi, hingga isu anak muda di masa depan harus IPM lakukan. Agar IPM mulai dilirik oleh dunia internasional.
Menjadi Arah Mata Angin Pelajar
Jika IPM ingin melakukan perubahan dengan target berkontribusi besar menjadi bagian Indonesia Emas 2024, IPM harus bisa menjadi arah mata angin pelajar. Di mana kelima isu di atas bisa dilakukan dalam waktu 10 tahun ke depan.
IPM sudah memiliki paradigma yang sangat bagus yaitu Gerakan Pelajar Berkemajuan, namun perlu direfleksikan apakah GPB sesuai dengan visi Indonesia Emas 2024 dengan isu yang sudah lampau? Itulah yang harus dipikirkan Pimpinan IPM saat ini.
Sangat disayangkan, jika personil PP IPM banyak yang memiliki keahlian dan profesionalitas di lima isu di atas, tentu akan mubadzir jika anak-anak muda Muhammadiyah itu hanya berdiam diri tanpa memikirkan perubahan.
IPM harus mencoba mendobrak kebiasaan agar menjadi perubahan. Misalnya IPM yang hanya diskusi-diskusi tanpa dipublikasikan secara serius, mulai melakukan publikasi dari hasil pemikiran diskusi tersebut dan diterjemahkan ke dalam bahasa internasional.
Lalu Perkaderan yang biasa mengembangkan kualitas ideologis kader, ditambahkan materi taktis agar kader-kader IPM memiliki kemampuan yang tersertifikasi. Tidak perlu kelima isu dikuasai oleh satu kader, akan tetapi satu kader diarahkan sesuai minatnya untuk menguasai satu isu sampai tiga isu sehingga bisa berkembang pesat.
Tak hanya itu, IPM juga harus membentuk kader yang memiliki kesungguhan untuk fokus pada studi yang dimiliki dan dikaitkan antara program studi yang diambil dengan lima fokus isu tersebut sehingga mereka bisa menguasai isu secara kaffah baik dari pendidikan formal maupun kaderisasi di IPM.
Terakhir, IPM jika sudah melakukannya, saya yakin di 2024, generasi emas akan benar-benar terwujud, alumni IPM menjadi pemimpin yang dapat melakukan inovasi dari segi ilmu pengetahuan untuk bermanfaat untuk masyarakat dan berlandaskan keimanan sehingga dapat menjadi arah mata angin pelajar Indonesia.
Lalu pertanyaannya, beranikah IPM mengubah paradigmanya dan menggarap lima isu yang saya tawarkan di atas untuk menyongsong Indonesia Emas 2045 dan melakukan perubahan? Saya yakin pasti berani asal ada keseriusan dan konsistensi dari kader-kader IPM yang sedang memimpin.
Demi Pena dan Segala yang Dituliskannya
Fathin Robbani Sukmana, Penulis yang pernah singgah di LAPSI PP IPM