Beras Mentari, Icon Kedaulatan Pangan dan Simbol Persatuan
Oleh: Wahyudi Nasution, MPM PP Muhammadiyah dan Ketua Panitia Jamnas JATAM I Kebumen
Beras Mentari menjadi ikon kedaulatan pangan sekaligus simbol pemersatu Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM). Kehadiran varietas ini bukan sekadar jawaban atas kebutuhan pangan, melainkan penanda arah baru bagi gerakan petani yang ingin berdaulat atas hasil keringatnya sendiri. Di tengah krisis pangan global, hadirnya Beras Mentari adalah kabar gembira sekaligus tonggak penting bagi perjuangan kemandirian pangan bangsa.
Beras Mentari lahir dari wakaf intelektual tiga peneliti dan pemulia padi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto: Prof. Totok Agung DH, Dr. Agus Riyanto, dan Dr. Dyah Susanti. Pada event Jambore Nasional (Jamnas) JATAM di Kebumen tanggal 19–21 September 2025, ketiganya mewakafkan inovasi tersebut kepada Muhammadiyah yang diterima langsung oleh Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, Dr. M. Nurul Yamin. Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, hadir membuka Jamnas JATAM dan memberi nama varietas padi baru itu MENTARI. Mentari, matahari, adalah simbol Muhammadiyah sekaligus simbol kehidupan yang sangat lekat dengan aktivitas pertanian.
Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) menyambut wakaf intelektual ini dengan penuh kesadaran bahwa kemandirian pangan hanya bisa dibangun melalui kolaborasi. Ilmu dari kampus, iman yang menggerakkan jamaah, dan semangat gotong royong petani bersatu dalam satu gerakan. Beras Mentari menjadi titik temu antara dunia riset, dunia tani, dan dunia dakwah—tiga kekuatan yang bila dipadukan akan melahirkan perubahan besar.
Lebih dari itu, Beras Mentari bukan hanya komoditas. Ia adalah simbol persatuan, tanda bahwa jamaah bisa bergerak bersama, dan bukti bahwa Muhammadiyah hadir dengan solusi konkret bagi bangsa. Dengan Beras Mentari, petani tidak lagi diposisikan sekadar penghasil bahan mentah, melainkan menjadi subjek utama yang berdaulat atas benih, hasil panen, dan distribusi pangan.
Pada akhirnya, Beras Mentari adalah ajakan untuk kembali percaya pada kekuatan sendiri. Jika umat mampu bersatu, jika ilmu dan iman bertemu, maka kedaulatan pangan bukan sekadar wacana, tetapi kenyataan yang bisa diwujudkan. Inilah warisan intelektual dan spiritual yang harus dijaga, disebarkan, dan diwariskan bagi generasi mendatang.
Oleh karena itu, JATAM membuka kesempatan bagi para peneliti lainnya yang berniat mewakafkan karya intelektualnya untuk bersama-sama mewujudkan daulat pangan bangsa. Fastabiqul-khairat, berlomba-lomba lah dalam kebajikan.