Iman dan Amal Shaleh dalam Konteks Keindonesiaan

Publish

10 December 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
164
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Iman dan Amal Shaleh dalam Konteks Keindonesiaan

Oleh:  Suko Wahyudi, PRM Timuran

Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki kekayaan budaya yang berpadu dengan nilai-nilai agama. Dalam konteks keindonesiaan, konsep iman dan amal shaleh menjadi pilar penting yang menghubungkan spiritualitas dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dua hal ini tidak hanya menjadi nilai moral individual tetapi juga berkontribusi besar dalam membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan sejahtera.

Secara sederhana, iman adalah keyakinan yang kokoh terhadap keberadaan Allah dan ajaran-Nya. Dalam Islam, iman melibatkan keyakinan terhadap enam rukun iman, yang meliputi kepercayaan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, nabi-nabi-Nya, hari akhir, serta takdir baik dan buruk.

Sementara itu, amal shaleh adalah perwujudan dari iman dalam bentuk tindakan positif yang memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Amal saleh mencakup berbagai aspek, mulai dari ibadah ritual seperti shalat dan puasa hingga kontribusi sosial seperti membantu sesama, menjaga lingkungan, dan mengupayakan keadilan.

Bukanlah wajahmu menghadap ke timur atau ke barat, tetapi wajah yang baik adalah wajah yang beriman kepada Allah, hari kiamat, malaikat, kitab, dan nabi-nabi, serta menunaikan zakat dan memberi makanan kepada orang miskin. (Al-Baqarah [2]: 177)

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil. (An-Nisa’ [4]: 58)

Iman dan amal shaleh memiliki hubungan yang sangat erat dan saling melengkapi dalam kehidupan seorang Muslim. Iman dan amal shaleh bukanlah dua hal yang terpisah, tetapi keduanya merupakan dua aspek yang saling mempengaruhi dan mendukung satu sama lain dalam mencapai kebaikan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl [16]: 97)

Menurut Prof. Yunahar Ilyas, iman dan amal shaleh tidak dapat dipisahkan. Iman yang benar tanpa amal shaleh akan menjadi tidak sempurna, begitu pula amal shaleh tanpa iman yang benar akan kehilangan makna. Keduanya harus berjalan beriringan, karena amal shaleh adalah buah dari iman yang mendalam dan iman yang sejati hanya dapat terbukti melalui perbuatan baik.

Keterkaitan antara iman dan amal shaleh ditegaskan dalam Al-Qur'an. Dalam banyak ayat, seperti dalam Surat Al-Asr, Allah menyebutkan bahwa iman dan amal saleh adalah dua elemen kunci bagi manusia agar terhindar dari kerugian di dunia dan akhirat.

Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. (Al-Ashr  [103]:  1-3)

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan etnis, keindonesiaan adalah tentang bagaimana berbagai nilai budaya dan agama saling bersinergi. Dalam konteks ini, iman dan amal shaleh memiliki peran yang  sangat  strategis.

Iman, bagi masyarakat Indonesia, tidak hanya menjadi urusan pribadi tetapi juga membentuk cara pandang terhadap kehidupan bersama. Pancasila, sebagai dasar negara, menjadikan “Ketuhanan yang Maha Esa” sebagai sila pertama. Ini menunjukkan bagaimana spiritualitas dan iman menjadi fondasi utama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Secara lebih mendalam, sila pertama Pancasila menggarisbawahi bahwa Indonesia sebagai negara tidak hanya didirikan atas dasar politik dan hukum, tetapi juga berdasarkan nilai-nilai spiritual yang diterima bersama oleh seluruh masyarakat. Hal ini menciptakan landasan moral dan etika yang bersumber pada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang membimbing masyarakat untuk hidup bersama dalam damai, adil, dan harmonis, meskipun beragam agama dan kepercayaan dianut.

Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, berbuatlah kebajikan kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan jauh, teman sejawat, orang yang sedang dalam perjalanan dan hamba sahaya yang kamu miliki. (An-Nisa’ [4]: 36)

Keimanan yang kuat diharapkan mampu mendorong setiap individu untuk menjaga kerukunan, saling menghormati, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Namun, tantangan modernisasi dan globalisasi sering kali menggoyahkan nilai-nilai ini. Konsumerisme, individualisme, dan materialisme menjadi tantangan nyata yang dapat melemahkan keimanan seseorang jika tidak diimbangi dengan pemahaman agama yang mendalam.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara paling dermawan di dunia. Budaya gotong royong, tolong-menolong, dan berbagi merupakan bentuk nyata dari amal shaleh yang telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat.

Contoh konkret amal shaleh dalam keindonesiaan terlihat dalam respons masyarakat terhadap bencana alam. Ketika gempa, banjir, atau bencana lainnya terjadi, masyarakat Indonesia cenderung bahu-membahu memberikan bantuan, baik dalam bentuk materi maupun tenaga. Ini mencerminkan bagaimana nilai agama dan budaya saling melengkapi dalam mendorong amal shaleh sebagai solidaritas sosial.

Namun, tantangan muncul ketika amal shaleh lebih sering dipahami sebagai tindakan karitatif semata. Dalam konteks pembangunan, amal shaleh juga perlu diarahkan pada upaya yang lebih strategis dan berkelanjutan, seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan pelestarian lingkungan.

Tantangan Implementasi

Salah satu tantangan terbesar dalam menerapkan nilai iman dan amal shaleh di Indonesia adalah politisasi agama. Agama sering kali dijadikan alat untuk kepentingan politik, yang berpotensi memecah belah masyarakat. Akibatnya, nilai-nilai keimanan yang sejatinya mendorong persatuan malah disalahgunakan untuk menciptakan polarisasi.

Iman yang seharusnya murni dan tidak terikat oleh kepentingan duniawi sering kali terkontaminasi oleh politisasi agama. Ketika agama digunakan untuk tujuan politik, fokus individu bisa beralih dari pencarian kebenaran dan kedekatan dengan Tuhan menjadi sekadar pembelaan terhadap kepentingan kelompok atau partai tertentu.

Hal ini menimbulkan sikap fanatisme dan intoleransi, yang bertentangan dengan ajaran agama tentang cinta kasih, keadilan, dan perdamaian. Iman yang dikotori oleh politisasi agama berisiko menjadi dangkal, karena lebih didasarkan pada identitas sosial daripada penghayatan spiritual.

Amal shaleh, yang seharusnya lahir dari ketulusan hati, juga terancam kehilangan esensinya dalam konteks politisasi agama. Misalnya, kegiatan sosial atau ibadah bersama dapat berubah menjadi alat propaganda politik. Ketika amal shaleh dilakukan dengan motivasi politik, nilainya menjadi semu di hadapan Tuhan.

Lebih jauh, politisasi agama dapat menciptakan diskriminasi dalam amal shaleh. Hanya kelompok tertentu yang mendapatkan manfaat, sementara yang lain dikesampingkan karena perbedaan pandangan politik. Ini bertentangan dengan ajaran agama yang menekankan keadilan dan kepedulian terhadap sesama tanpa syarat.

Tidak jarang amal shaleh dipahami secara sempit, hanya sebatas ritual atau tindakan tertentu. Padahal, amal shaleh memiliki cakupan yang luas, termasuk menjaga keadilan sosial, memberantas kemiskinan, dan melindungi lingkungan. 

Dalam ajaran agama Islam, amal shaleh mencakup tindakan yang bermanfaat bagi masyarakat, termasuk upaya untuk memperbaiki kondisi sosial dan lingkungan. Menjaga keadilan sosial berarti memastikan setiap individu mendapatkan hak yang adil, tanpa diskriminasi. Memberantas kemiskinan adalah tanggung jawab sosial untuk mengurangi kesenjangan antara yang kaya dan miskin, serta memberi kesempatan yang lebih besar kepada mereka yang kurang beruntung. Sedangkan menjaga lingkungan mencerminkan kepedulian terhadap keberlanjutan hidup di bumi, yang juga merupakan bagian dari tanggung jawab moral kepada sesama dan generasi mendatang.

Dalam konteks keindonesiaan, pemahaman ini harus diperluas agar amal shaleh tidak hanya berdampak sesaat, tetapi juga memberikan kontribusi jangka panjang bagi masyarakat.

Modernisasi dan globalisasi membawa pengaruh besar pada cara masyarakat memahami nilai-nilai agama. Di satu sisi, teknologi dan informasi memperkuat akses terhadap ajaran agama. Di sisi lain, arus konsumerisme dan budaya asing sering kali melemahkan komitmen terhadap nilai-nilai iman dan amal shaleh.

Strategi Memperkuat Iman dan Amal Shaleh di Indonesia

Untuk menghadapi tantangan tersebut, perlu ada langkah strategis yang melibatkan berbagai pihak, baik individu, masyarakat, maupun pemerintah.

Pertama, Pendidikan Berbasis Nilai. Pendidikan adalah kunci untuk menanamkan nilai-nilai iman dan amal shaleh sejak dini. Kurikulum di sekolah perlu menekankan pentingnya keseimbangan antara ibadah ritual dan kontribusi sosial. Selain itu, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat juga harus menjadi tempat pertama bagi anak-anak untuk belajar tentang iman dan amal shaleh.

Kedua, Pemberdayaan Komunitas. Komunitas keagamaan memiliki peran strategis dalam mendorong amal shaleh yang berdampak luas. Program-program seperti pemberdayaan ekonomi umat, pelatihan keterampilan, dan kegiatan sosial lainnya perlu terus digalakkan.

Ketiga, Pemanfaatan Teknologi. Di era digital, teknologi dapat menjadi alat untuk memperkuat keimanan dan mendorong amal shaleh. Aplikasi keagamaan, ceramah daring, dan kampanye sosial berbasis media digital dapat digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai positif secara luas.

Keempat, Kolaborasi Antar  Ormas  Islam. Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, memiliki beragam organisasi kemasyarakatan Islam (ormas Islam) yang lahir dari semangat untuk memperkuat nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Ormas-ormas seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad, dan lainnya memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, dan dakwah. Namun, dalam perjalanan sejarah, tantangan yang dihadapi bangsa ini mengharuskan adanya sinergi lebih erat antar ormas Islam untuk membangun iman dan amal shaleh secara kolektif.

Kolaborasi antar ormas Islam menjadi penting untuk mengatasi perbedaan pandangan dalam beberapa aspek fiqih atau metode dakwah yang seringkali menjadi penyebab fragmentasi di kalangan umat. Semangat ukhuwah Islamiyah perlu menjadi landasan agar ormas-ormas ini dapat bersatu dalam misi bersama, yaitu meningkatkan kualitas keimanan masyarakat dan mempraktikkan amal shaleh yang bermanfaat bagi umat dan bangsa.

Bukan Sekadar Konsep Spiritual

Iman dan amal shaleh bukan sekadar konsep spiritual, tetapi juga memiliki dampak nyata dalam membangun masyarakat Indonesia yang lebih baik. Dalam konteks keindonesiaan, kedua nilai ini menjadi jembatan antara agama dan budaya, mendorong individu untuk berkontribusi pada kebaikan bersama.

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya. (Al-Maidah [5]: 2)

Namun, untuk menjadikan iman dan amal shaleh sebagai pilar utama kehidupan bermasyarakat, perlu ada upaya kolektif untuk menghadapi tantangan modernisasi, memperkuat pendidikan, dan mendorong aksi nyata yang berkelanjutan. Dengan demikian, iman dan amal shaleh tidak hanya menjadi bagian dari identitas keagamaan, tetapi juga solusi untuk berbagai masalah sosial yang dihadapi bangsa.

Di tengah kompleksitas dunia modern, mari kita jadikan iman sebagai kekuatan batin dan amal shaleh sebagai langkah nyata untuk mewujudkan keindonesiaan yang damai, adil, dan sejahtera.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Meraih Gelar Kehormatan  Oleh : Dr. Amalia Irfani, M.Si., Dosen IAIN Pontianak/Sekretaris LPP ....

Suara Muhammadiyah

5 August 2024

Wawasan

Hijrah Kontemporer, Hijrah Transformatif (2): Meneladani Jejak Informatika Muhammad saw Oleh: Sonny....

Suara Muhammadiyah

17 September 2024

Wawasan

Menjadi Perempuan Berdaya dan Pembelajar Sepanjang Hayat Menjaga Kekokohan Peri Kehidupan Bangsa M....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Wawasan

Pendidikan Perdamaian Atasi Kekerasan Oleh: Rizki Putra Dewantoro Pendidikan memainkan peran krusi....

Suara Muhammadiyah

26 October 2023

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (4) Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Saputra Pada I....

Suara Muhammadiyah

29 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah