YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pemanfaatan energi panas bumi akan menjadi alternatif yang sangat baik di masa yang akan datang, bahkan di masa kini bila sudah dimanfaatkan dengan maksimal. Energi fosil yang biasa digunakan saat ini sudah semakin berkurang, merusak lingkungan, terlebih emisi gas yang dikeluarkan dapat menipiskan lapisan ozon.
Sekian besar pengaruh penggunaan energi fosil selama ini berdampak pada pemanasan global oleh karena lapisan ozon yang semakin menipis. Oleh karena itu, pemanfaatan energi panas bumi sebagai alternatif sudah harus dimulai dari saat ini sebagai persiapan untuk menghadapi kemungkinan besar habisnya cadangan energi fosil di dunia.
Hal tersebut diungkap oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, S.H., MM., dalam Kajian Akademik yang diselenggarakan oleh Majelis Akademik dan Riset Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Spanyol, Sabtu (23/09).
Seminar yang bertajuk “Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Kebijakan Pemanfaatan Panas Bumi di Indonesia Berbasis Keadilan Ekologis” ini dimoderatori oleh Muhammad Annas, Ketua Majelis Tabligh PCIM Spanyol.
Professor Ayu yang juga Visiting Professor di University of Basque Country, Spanyol ini juga menyoroti potensi panas bumi Indonesia yang sangat besar sudah seharusnya untuk bisa dikembangkan kedepan. Namun, ia dengan tegas menyebut banyak hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi. Salah satunya adalah partisipasi masyarakat dalam pembentukan kebijakan yang berkaitan dengan panas bumi. Hal ini dikarenakan pemanfaatan panas bumi bersinggungan dengan berbagai kepentingan dan faktor-faktor yang perlu dilindungi seperti Abiotik, Biotik, dan Culture.
Acara diskusi yang dibuka dengan sambutan dari Ketua PCIM Spanyol, Yordan Gunawan, yang menyebut bahwa panas bumi adalah sumber daya alam yang penting untuk Indonesia, mengingat kebutuhan jangka panjang akan energi di Indonesia masih bergantung pada sumber daya alam yang tidak terbaharui.
Diskusipun semakin menghangat, karena dihadiri pula oleh Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Dr. Fahmy Radi, Pengamat Hukum Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Nasrullah dan lebih dari sembilan puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia dan manca negara. Fahmy dalam tanggapannya menyebut bahwa harus ada Langkah implementatif dalam memberikan keleluasaan bagi khalayak ramai untuk bisa memberikan perannya dalam masalah kebijakan akan panas bumi di Indonesia.
Sementara Nasrullah sendiri menyampaikan opininya mengenai pemanfaatan Sumber daya alam yang harus dititikberatkan pada kepentingan masyarakat sebagaimana amanat dari UUD 1945 yang tercantum dalam Pasal 33. Sehingga kebijakan yang diciptakan dapat memenuhi rasa keadilan, khususnya keadilan ekologis yang juga sesuai dengan keadilan sosial sebagaimana yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Ketua Majelis Akademik dan Riset, Khalifany Ash Shidiqi menyebut bahwa Kajian Akademik ini merupakan bagian dari program kerja yang tak terpisahkan dari program besar PCIM Spanyol sendiri. “InshaAllah diskusi ini akan dilakukan setiap bulannya dengan mengundang para pakar di bidangnya”, tutup pria yang akrab disapa Asdi ini.
