YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam acara Innovative Leadership Forum Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) yang diadakan di Suara Muhammadiyah Tower Yogyakarta pada Jumat hingga Sabtu (6-7/10/2023), Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Bambang Setiaji, MSi, menyampaikan materi yang menggugah tentang tantangan dan peluang perguruan tinggi di Era 4.0.
Dalam paparannya, Prof. Bambang Setiaji membagikan konsep yang menarik yang disebutnya sebagai "Jurus Mabuk" yang diyakini sangat relevan dalam mengelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah di era teknologi dan informasi saat ini.
"Jurusan mabuk tidak berarti kita benar-benar mabuk, tetapi ini adalah simbolisasi dari sikap dan pendekatan yang harus kita ambil dalam mengelola perguruan tinggi di era 4.0 ini," kata Prof. Bambang Setiaji.
Lebih lanjut, Prof. Bambang Setiaji juga mengatakan pentingnya perguruan tinggi Muhammadiyah untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, terutama dalam menghadapi tantangan dan peluang di era 4.0.
Dalam konteks ini, "Jurus Mabuk" menjadi panduan untuk memastikan bahwa PTM harus fleksibel, inovatif dan kolaboratif. Semangat itu tetap menjadi pedoman utama dalam setiap langkah dan kebijakan yang diambil oleh perguruan tinggi.
Paparan Prof. Bambang Setiaji di acara Innovative Leadership Forum UMP ini menjadi sumber inspirasi bagi para pimpinan Universitas Muhammadiyah Purwokerto untuk terus berinovasi dan berkomitmen dalam menghasilkan lulusan yang unggul, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan di era 4.0.
Sementara itu, Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc, memberikan pandangan yang inspiratif tentang upaya menuju akreditasi internasional bagi perguruan tinggi, khususnya Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Dalam pemaparannya, Prof. Nurmandi memberikan apresiasi kepada UMP atas pencapaian akreditasi unggulnya, yang membuktikan komitmen dalam meningkatkan mutu dan eksistensi perguruan tinggi.
"Selamat kepada Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah mendapat akreditasi unggul. Ya kita sekarang punya 7 perguruan tinggi unggul," ucapnya dengan bangga.
Prof. Nurmandi juga berbicara tentang pentingnya kolaborasi dan meningkatkan jumlah publikasi dalam perjalanan menuju akreditasi internasional. Ia menekankan UMP harus memiliki mimpi lebih besar untuk naik peringkat dan meraih reputasi internasional yang lebih baik.
"Indikator yang ada di dalam pemeringkatan harus kita adopsi. Sekarang kita punya dua peringkatan yang diakui di dunia, yaitu QS World University Rankings dan THE reputasi (Times Higher Education World Reputation Rankings), dan ada impact ranking juga. Saya kira mulai masuk situ nanti ada yang ngurusi pemerintahan jaminan mutu pemeringkatan," jelas Prof. Nurmandi.
Ia juga mengingatkan bahwa salah satu indikator penting adalah jumlah publikasi yang terindeks. Ia juga menyarankan untuk memotivasi dosen dan peneliti dengan memberikan tugas-tugas penelitian yang lebih berkolaborasi dan melibatkan jaringan internasional. Hal ini akan mendukung peningkatan jumlah publikasi yang diperlukan untuk mendukung akreditasi internasional.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur dan manajemen yang efisien dalam mendukung penelitian dan pengembangan di perguruan tinggi. "Badan perencanaan menjadi lembaga yang sangat powerful dan harus berbasis data," pungkasnya.(tgr)