Kontribusi Umat Islam terhadap Kemajuan Pendidikan

Publish

8 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
219
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Kontribusi Umat Islam terhadap Kemajuan Pendidikan

Oleh: Mohammad Fakhrudin, Warga Muhammadiyah Magelang

Setiap 2 Mei kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Pada 2 Mei 2025 Peringatan Hari Pendidikan Nasional (hardiknas) bertema "Partisipasi Semesta Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua". Berkenaan dengan tema tersebut, mari kita telusuri bagaimanakah kontribusi umat Islam terhadap kemajuan pendidikan nasional?

Hakikat Pendidikan menurut Mendikdasmen

Di dalam pidato Peringatan Hardiknas 2025, Mendikdasmen menyatakan, antara lain, bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah proses membangun kepribadian yang utama, akhlak mulia, dan peradaban bangsa. Secara individual, pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan fitrah manusia sebagai makhluk pendidikan (homo educandum) yang dengannya manusia menguasai ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan, dan berbagai kecerdasan yang memungkinkan mereka meraih kesejahteraan dan kebahagiaan material dan spiritual. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan adalah sarana mobilitas sosial politik yang secara vertikal mengangkat harkat dan martabat bangsa. 

Statemen tersebut terdiri atas tiga kalimat. Kalimat pertama berisi hakikat pendidikan secara umum. Kalimat kedua berisi hakikat pendidikan secara individual. Kalimat ketiga berisi hakikat pendidikan dalam konteks kebangsaan. Ketiga-tiganya jalin-berjalin. Semua pemangku kepentingan pendidikan harus memahaminya secara utuh agar dapat berpartisipasi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Tanpa partisipasi semua pemangku kepentingan, tujuan pendidikan nasional tidak mungkin terwujud. 

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa pemangku kepentingan pendidikan terdiri atas (1) pemangku kepentingan internal dan (2) pemangku kepentingan eksternal. Pemangku kepentingan internal sekurang-kurangnya terdiri atas (1) manajemen sekolah (kepala sekolah dan para wakilnya), manajemen perguruan tinggi (rektor atau ketua atau direktur dan para wakilnya); (2) pendidik (guru/dosen), (3) peserta didik (siswa/mahasiswa); (4) wali siswa/wali mahasiswa, (5) tenaga kependidikan, dan (6) alumni (cf. Center for Public Mental Health di dalam “Sinergi Pemangku Kepentingan sebagai Kunci Keberhasilan Sekolah Sejahtera”, 18 Juli 2020). 

Pemangku kepentingan eksternal banyak sekali. Di antaranya, yang berperanan sangat penting, adalah dua lembaga tinggi negara yang membuat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yakni DPR RI dan Presiden. Karena peranannya yang sangat penting, idealnya orang-orang yang diberi amanah di kedua lembaga itu adalah orang-orang yang memahami masalah pendidikan secara utuh. 

Perlu ditekankan kembali bahwa pendidikan tidak sekadar proses mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga akhlak mulia. Oleh karena itu, mungkinkah proses itu mencapai tujuan jika hanya bagian kecil dan dapat dihitung dengan jari anggota DPR RI yang berakhlak mulia? Apalagi, jika presidennya pun menganggap bahwa (pendidikan) akhlak tidak penting!

Sangat memprihatinkan fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini. Muncul "oknum" anggota ormas yang akhlaknya jauh dari akhlak mulia, baik cara berbicara maupun perilakunya. Mereka berbicara dengan kata kasar di ruang publik (misalnya menggunakan kata makian) dan berperilaku beringas lazimnya perilaku preman. Mereka meresahkan masyarakat! Bukankah mereka sesungguhnya pemangku kepentingan juga? Tentu kita harus tetap optimistis bahwa negara tidak akan kalah dari mereka! 
    
Kehidupan Warga Muhammadiyah dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pertama, “Setiap warga Muhammadiyah wajib untuk menguasai dan memiliki keunggulan dalam kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai sarana kehidupan yang penting untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat” (QS [39]: 18).

Kedua, “Setiap warga Muhammadiyah harus memiliki sifat-sifat ilmuwan, yaitu kritis, terbuka menerima kebenaran dari mana pun datangnya, serta senantiasa menggunakan daya nalar" (QS[39]: 18).

Ketiga, “Kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian tidak terpisahkan dengan iman dan amal saleh yang menunjukkan derajat kaum muslimin dan membentuk pribadi ulul albab” (QS [2]: 197; QS [3]:190-191; QS [5]: 100; QS [13]: 19-20).

Keempat, “Setiap warga Muhammadiyah dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada masyarakat, memberikan peringatan, memanfaatkan untuk kemaslahatan dan mecerahkan kehidupan sebagai wujud ibadah, jihad, dan dakwah" (QS [2]: 151; QS [9]: 122 dan HR Muslim, at-Tirmizi, an-Nasai, Abu Dawud, Ibn Hanbal, ad-Darimi).

Kelima, “Menggairahkan dan menggembirakan gerakan mencari ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi, baik melalui pendidikan maupun kegiatan-kegiatan di lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai sarana penting untuk membangun peradaban Islam. Dalam kegiatan ini termasuk menyemarakkan tradisi membaca di seluruh lingkungan warga Muhammadiyah.”

(Baca juga: Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah hlm. 91-92 dan 168-175)

Keutamaan Orang Berakhlak Mulia dan Berilmu

Bagi muslim mukmin, khususnya bagi warga Muhammadiyah, orang berakhlak mulia dan berilmu tinggi merupakan satu kesatuan. Hal itu dapat kita ketahui di dalam Al-Qur’an misalnya di dalam surat Mujadilah (58): 11,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ 

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Di dalam ayat tersebut, terkandung pesan pentingnya akhlak dan ilmu. Menurut para ulama, di dalam Islam, akhlak berkedudukan lebih tinggi daripada ilmu. 

Memang demikianlah! Orang yang berakhlak mulia dan berilmu tinggi menjadi rahmatan lil‘alamin. Orang yang berakhlak mulia, tetapi tidak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, dia mudah tertipu. Sebaliknya, orang yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, tetapi akhlaknya buruk menimbulkan kesombongan dan keserakahan atau perilaku buruk lainnya.  

Sementara itu, di dalam HR al-Bukhari dijelaskan,

- حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: حَدَّثَنِي شَقِيقٌ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا مَعَ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرٍو يُحَدِّثُنَا، إِذۡ قَالَ: لَمۡ يَكُنۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا، وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ: (إِنَّ خِيَارَكُمۡ أَحَاسِنُكُمۡ أَخۡلَاقًا). [طرفه في: ٣٥٥٩]. 

“Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami, Ayahku menceritakan kepada kami, Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata, Syaqiq menceritakan kepadaku dari Masruq. Beliau berkata, Kami pernah duduk bersama ‘Abdullah bin ‘Amr yang bercerita kepada kami. Beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah orang yang bertabiat dan berbuat keji. Sungguh beliau pernah berkata, “Sesungguhnya, orang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” 

(Baca juga: “Pendidikan Nasional dan Kebangkitan Nasional”, Suara Muhammadiyah online, 18 Mei 2024; “Bencana Akhlak, Suara Muhammadiyah online, 6 Juni 2024)

Sangat tepat Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. yang merupakan kader Muhammadiyah diberi amanah sebagai Mendikdasmen. Beliau sangat memahami pentingnya pembentukan karakter sehingga membuat kebijakan; Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat, program Pagi Ceria yang meliputi Senam Anak Indonesia Hebat (SAIH), menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan doa bersama. Untuk pendidikan karakter pada tingkat pendidikan Taman Kanak-Kanak, diluncurkan Album Lagu Kicau yang berisi lagu anak-anak.

Berkontribusi sejak Indonesia Belum Merdeka

Umat Islam telah berkontribusi terhadap kemajuan pendidikan sejak Indonesia belum merdeka. Sekurang-kurangnya ada enam tokoh Islam yang perlu kita kenal. 

Mereka adalah (1) K.H.Ahmad Dahlan (1868-1923); (2) Nyai Walidah (1872-1946); (3) K.H. Hasyim Asy’ari (1871-1947); (4) Zainudin Labay El-Yunusi (1890-1924); (5) Hamka (1908-1981), dan (6) K.H. Imam Zarkasyi (1910-1985). 

Berikut ini adalah sebagian contoh kontribusi mereka. 

K.H.A. Dahlan memadukan pendidikan umum dengan pendidikan agama Islam. Demi tercerahkannya umat Islam khususnya, dan bangsa Indonesia umumnya, beliau rela menjual sebagian hartanya untuk biaya operasional pendidikan. 

Sementara itu, Nyai Walidah telah berjasa dalam usaha memajukan pendidikan bagi kaum perempuan. Beliau mendirikan perkumpulan Sopo Tresno yang gerakannya berfokus pada pemberdayaan perempuan melalui pendidikan. Beliau berperan juga dalam memperjuangkan emansipasi perempuan melalui pendidikan. Pada tahun 1919 beliau merintis sekolah usia dini di Kauman Yogyakarta. 

K.H. Hasyim Asy’ari berperanan penting dalam pendidikan, khususnya melalui pendirian Pesantren Tebuireng. Beliau menekankan pentingnya pendidikan agama dan duniawi yang seimbang, serta mendorong etika dan akhlak yang baik dalam proses belajar mengajar. 

Zainudin Labay El-Yunusi,  tokoh Islam dari Padang Panjang ini, berkontribusi di bidang pendidikan dengan memperkenalkan metode dan sistem sekolah yang baru. Beliau membuat sistem berkelas dan menggunakan kurikulum yang lebih teratur. 

Hamka berperan dalam mendorong dimasukkannya pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah dan menggabungkan ilmu agama dengan ilmu umum. Baginya seseorang yang berilmu tinggi, tetapi jika ilmu itu tidak mendekatkannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, berarti dia belum mempunyai ilmu sejati.

K.H. Imam Zarkasyi adalah tokoh Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor. Beliau mencanangkan nilai dasar Pancajiwa yakni (1) keikhlasan, (2) kesederhanaan, (3) kemandirian, (4) ukhuwah Islamiyah, dan (5) kebebasan. Dari pondok pesantren tersebut dihasilkan tokoh nasional yang telah berjasa bagi bangsa Indonesia.  

(Sumber: Nurul Afiqah, Bahaking Rama, Muhammad Rusmin di dalam artikelnya “Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia dan Peranannya”  di dalam Madani: Jurnal ilmiah Multidisiplin, Volume 2 Nomor 10, November 2024; Suhaimi, Mukhlis, Jamaluddin, Nurul Yakin di dalam artikelnya “Konsep Pendidikan Islam menurut K.H.Imam Zarkasyi dan Relevansinya terhadap Pendidikan Islam” di dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, Februari 2025; Program Doktor Politik Islam-Ilmu Politik, “Hari Pahlawan Nasional: Mengenang Jasa K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dalam Pembangunan Kesadaran Masyarakat” di dalam Suara Muhammadiyah online, 10 November 2023)

Tokoh Islam sebagaimana telah disebutkan menyadari bahwa pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi harus terpadu dengan pendidikan iman dan takwa agar dihasilkan ulul albab sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an misalnya di dalam surat Ali ‘Imran (3): 190-191,

    إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

“Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

    ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Sangat jelas di dalam ayat tersebut bahwa orang yang berakal adalah orang yang senantiasa mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, memikirkan ciptaan-Nya, mengimani bahwa semua ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia, mengimani bahwa Dia Maha Suci, dan mohon perlindungan-Nya dari siksa neraka. 

Islam mewajibkan umatnya agar berakhlak mulia dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Demi kemajuan pendidikan nasional untuk masa depan anak cucu kita yang lebih baik, umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, tidak boleh berhenti berkontribusi.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh:  Drh. H. Baskoro Tri Caroko. LPCRPM PP Muhammadiyah Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Seni Dan....

Suara Muhammadiyah

29 July 2024

Wawasan

Oleh: Ahmad Azharuddin  Dalam kehidupan, setiap individu pasti pernah menghadapi momen-momen k....

Suara Muhammadiyah

8 July 2024

Wawasan

Oleh: Baskoro Tri Caroko Menyimak webinar yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BR....

Suara Muhammadiyah

30 November 2023

Wawasan

Dikala Kader Ikatan Bertemu Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon "Siap Menjadi Kader Muha....

Suara Muhammadiyah

9 May 2025

Wawasan

Perspektif Kontemporer tentang Hukum Waris Oleh; Donny Syofyan/Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universit....

Suara Muhammadiyah

24 March 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah