SULAWESI SELATAN, Suara Muhammadiyah - Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PWM Sulsel menggelar acara Bimtek Da’i Komunitas yang berlokasi di Pusdiklat Unismuh Makassar. Kegiatan ini dilaksanakan mulai hari Senin, 23 September hingga Rabu, 25 September 2024 yang dihadiri oleh beberapa pembicara. Salah satunya adalah Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PP Muhammadiyah, Muhammad Arifin Sag MAg.
Dalam sambutannya, Arifin menjabarkan tentang sejarah LDK. Secara fungsi, LDK sudah ada sejak berdirinya Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan. “Bahkan sebelum itu Muhammadiyah terbentuk, Ahmad Dahlan sudah melakukan dakwah ke berbagai komunitas baik kelas bawah, menengah, ataupun atas,” ucapnya. Setelah melalui proses panjang, LDK terbentuk seiringan dengan Muktamar ke-48 di Surakarta tahun 2022.
Lebih jauh, Arifin menjabarkan ada berbagai macam LDK, salah satunya komunitas moge. “Komunitas moge saat ini menjadi strategis dan luar biasa. Bahkan di Muhammadiyah sendiri ada BikerMu yang tergabung dari beberapa PWM,” tuturnya.
Lalu ada komunitas anak punk. Arifin menjelaskan proses anak punk hingga menjadi mualaf. “Dalam waktu tiga tahun, total ada 36 anak punk yang kini sudah insaf. Awalnya kita beri makan dan dikumpulkan di masjid sembari mendengar kajian. Lalu dalam perjalanannya, kita bina pelan-pelan. Alhamdulillah, rata-rata sudah menjadi orang terampil dan kita pekerjakan di beberapa instansi sebagai cleaning service,” ungkapnya.
Selanjutnya juga ada komunitas waria dan ex pekerja seks komersial (PSK). Menurut Arifin khususnya komunitas waria, memiliki cukup hambatan. “Memang agak berat karena kurang efektif. Hanya sebagian saja yang bisa kita normalkan kembali, sekitar 30%. Hanya berjalan tujuh pertemuan saja,” pungkasnya.
Selain berbagai komunitas tersebut, juga ada beberapa komunitas lain yang didekati seperti komunitas lapas, komunitas bola atau suporter, dan komunitas ahli kubur.
Arifin menekankan dakwah komunitas bukan hanya bermanfaat, tetapi harus menyenangkan. “Dakwah komunitas haruslah mencerahkan dan menggembirakan, tidak boleh kaku agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara kaffah (menyeluruh),” ujarnya.
Arifin juga menjelaskan proses dakwah yang sudah dijalankan di beberapa daerah, salah satunya di Kalimantan Selatan. “Di Kalsel, ada sekitar 18 orang yang kita mualafkan. Ada yang orang tuanya tidak mengizinkan walau sudah diajak. Ada juga istrinya mau tapi suaminya tidak, dan macam-macam lainnya,”
Sebagai penutup, ia menjabarkan rencana LDK kedepannya. “Kini kita sudah memiliki 101 Da’i yang sudah dikirim dan nantinya akan bertambah lagi. Targetnya kita ada 1000 Da’i yang kita kirimkan ke daerah-daerah terpencil hingga tahun 2027,” tutupnya. (Kiky)