Melestarikan Alam untuk Kemakmuran Bersama
Oleh: Suko Wahyudi
Tingginya tingkat kerusakan lingkungan merupakan merupakan salah satu isu aktual yang tidak hanya menjadi perhatian nasional namun sudah menjadi perhatian global. Eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran, penggundulan hutan, pencemaran lingkungan telah memicu kerusakan dan memicu bencana alam yang akhir-akhir ini marak terjadi.
Di tengah aktualnya isu kerusakan lingkungan, di Indonesia sendiri kasus perusakan terhadap lingkungan hidup justru semakin parah. Eksploitasi dan perusakan hutan di Kalimantan dan Papua oleh korrporasi untuk dialihkan menjadi industri ekstraktif masih terus berjalan. Aktifitas ini tidak hanya berdampak pada menyusutnya hutan yang berfungsi sebagai penyerap emisi karbon dioksida, namun di sisi lain semakin memperparah laju pemanasan global dan mengancam sumber penghidupan masyarakat adat.
Padahal di Indonesia sendiri terdapat 50-70 juta masyarakat adat yang tinggal dan menggantungkan hidupnya dari hutan. Ketika hutan dirusak dan dikuasai oleh korporasi, selain memperparah laju pemanasan global, juga akan memicu banyaknya konflik di daerah.
Anehnya di tengah persoalan yang sangat serius ini arah kebijakan pemerintah dan DPR malah menguntungkan kapitalisme dan membahyakan masa depan lingkungan hidup. Seharusnya pemerintah lebih menghargai hak-hak masyarakat adat, dan melindungi mereka dari kriminalisasi korporasi, bukan malah memberikan karpet merah pada kapitalisme.
Tertuang dalam pasal 33 Ayat 3 Undang-undang 1945 bahwa, ``Bumi, Air, dan Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.`` Pasal ini bukanlah sebagai justifikasi atas tindakan sewenang-wenang Negara untuk mengambil alih semua hak masyarakat untuk dikelola sendiri menurut kehendak pemerintah, namun seharusnya pemerintah hadir untuk mengatur dan memberikan perlindungan bagi warga Negara untuk menjalankan hak dan kewajibannya secara berimbang. Negara harus hadir bagi rakyatnya sebagai penjamin hak, agar masyarakat terlindungi, sehingga tidak menimbulkan konflik dengan setiap peraturan dan kebijakan yang dibuat.
Alam dan sumberdaya alam Indonesia yang besar dan melimpah merupakan karunia Allah SwT yang patut disyukuri sehingga pelaksanaan pengelolaannya haruslah dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan dijaga kelestariannya. Dengan demikian maka pengelolaan alam di Indonesia harus dilakukan secara optimal dengan tidak mlampaui daya dukung wilayah, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, dan pemanfaatannya dapat diselenggarakan dalam jangka panjang.
Bila merujuk kepada sisi teologis ajaran agama menjaga kelestarian alam itu sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup yang ada di dalamnya, terutama manusia dalam menjalani hidup sangat bergantung dengan alam. Tujuan utama diciptakannya alam semesta bukanlah untuk dirusak, di eksploitasi secara membabi buta, dicemari, atau bahkan dirusak. Akan tetapi untuk difungsikan sebaik mungkin bagi kehidupan manusia.
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-A`raf [7]: 56)
Berkaitan dengan ayat ini Abu Hayyan dalam tafsirnya, Al-Bahrul Muhith mengatakan bahwa, ayat ini merupakan penegasan larangan terhadap segala bentuk perusakan di atas muka bumi, sekaligus memaparkan konsepsi pelaksanaannya dalam kehidupan. Maka membunuh jiwa, keturunan, harta benda, akal dan agama merupakan bentuk-bentuk perbuatan yang dilarang. Kemudian mengenai arti kalimat ``sesudah memperbaikinya`` adalah setelah Allah memperbaiki ciptaan-Nya sesuai dengan kodrat yang layak untuk manfaat manusia, dan kemaslahatan orang-orang mukallaf.
Dalam pandangan Islam alam semesta merupakan salah satu ayat yang menunjukkan keesaan dan ketuhanan Allah SwT. Allah SwT telah mengatur semua proses penciptaan alam semesta. Tidak sedikit ayat-ayat Al-Quran yang mengajak umat manusia untuk merenungkan ciptaan-Nya tak terkecuali tentang alam semesta.
Allah-lah yang mnciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (As-Sajdah [32]: 4)
Alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya terdapat kehidupan biotik maupun abiotik dan manusia diciptakan Allah SwT untuk menjadi khalifah-Nya yang diamanhi untuk mengelola dan melestarikan alam semesta. Dalam mengelola dan melestarikan alam semesta manusia tidak boleh sombong, arogan, semena-mena terhadap alam dan mengikuti kehendak hawa nafsunya sebab di pundaknya ada amanah dari Allah SwT yang pasti akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di mahkamah akhirat. Alam semesta yang diamanahkan pengelolaannya kepada manusia memiliki korelasi yang sangat erat dengan manusia, apa yang diperbuat manusia terhadap alam, maka demikian pula alam akan berbuat kepada manusia.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum [30]: 41)
Secara jelas ayat ini menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi di daratan maupun di lautan semua itu disebabkan oleh ulah tangan manusia sendiri dan Allah SwT menimpakan akibat buruknya kepada manusia agar manusia merasakannya, sebagai peringatan agar mereka kembali ke jalan yang benar. Atau dengan kata lain terjadinya kerusakan adalah akibat dari dosa dan pelanggaran berupa perusakan terhadap alam yang dilakukan oleh manusia sehingga mengakibatkan gangguan keseimbangan di daratan maupun di lautan. Sebaliknya ketidakseimbangan alam yang terjadi memunculkan siksaan berupa bencana alam. Semakin besar kerusakan lingkungan yang terjadi, semakin besar pula dampak buruknya bagi manusia.
Dari hal ini sesungguhnya manusia khususnya kaum muslimin memiliki tanggung jawab yang besar dalam pemeliharaan terhadap alam. Rasulullah SaW dalam salah satu haditsnya menganjurkan kepada kaum muslimin untuk hidup bersih. Keimanan seseorang tidak hanya diukur dari banyaknya ritual di tempat ibadah, melainkan juga menjaga dan memelihara alam merupakan hal yang sangat fundamental dalam kesempurnaan iman seseorang.
Dalam kerangka hubungan manusia dengan alam semesta Islam Islam memiliki perhatian khusus. Sebab, alam memiliki pengaruh yang besar terhadap fisik dan psikis manusia. Dalam hal ini Islam mengajarkan prinsip-prinsip pokok yang sangat indah dan bisa dipedomani dalam mengelola dan melestarikan alam semesta, di antaranya:
Alam Semesta adalah Tanda Kebesaran Allah SwT
Seorang muslim telah diarahkan oleh Allah SwT melalui Al-Quran maupun sabda Nabi Muhammad SaW bahwa alam semesta merupakan tanda dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Allah SwT.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali-Imran [3]: 190)
Alam Semesta adalah Nikmat yang Allah Karuniakan untuk Manusia
Alam semesta adalah karunia Allah yang wajib disyukuri dan dijaga kelestariannya. Manusia dan alam telah Allah ciptakan menyatu dalam kehidupan saling menopang. Tanpa alam manusia tidak akan dapat hidup karenanya manusia harus mensyukuri nikmat alam ini dengan tidak merusaknya. Merusak alam merupakan merupakan sebuah bentuk kekufuran ekologis. Merusak alam sama halnya dengan mengkufuri karunia dan ekosistem yang sudah dirancang Allah SwT untuk manusia.
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman [21]: 20)
Menjaga Alam Sama dengan Menjaga Agama
Bumi ini adalah milik Allah SwT bukan milik manusia. Manusia telah dipilih Allah SwT untuk menjadi khalifah-Nya yang salah satu tugasnya adalah mengelola dan melestarikan alam semesta sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh-Nya, karena itu menjaga lingkungan dan alam sama dengan menjaga agama, dan perbuatan yang merusak lingkungan dan alam akan menodai substansi dari keberagamaan yang baik dan benar, dan juga secara tidak langsung meniadakan tujuan eksistensi manusia di muka bumi.
Katakanlah: ``Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu``, Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Az-Zumar [39]: 10)
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-A`raf [7]: 56)
Menjaga Alam Sama dengan Menjaga Jiwa
Menjaga alam dan melestarikannya sama halnya dengan menjaga jiwa yaitu menjaga kehidupan psikis manusia dan keselamatan fisik mereka.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barngsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (Al-Maidah [5]: 32)
Rusaknya lingkungan, pengurasan sumber daya alam, serta perusakan terhadap keseimbangan alam, akan membahayakan kehidupan manusia. Semakin luas kerusakan yang dilakukan manusia maka semakin besar bahaya yang akan di derita manusia.
Menjaga Lingkungan Sama dengan Menjaga Keturunan
Islam mengajarkan umatnya menjaga lingkungan hidup. Menjaga lingkungan hidup agar tetap asri, nyaman, bersih, sama dengan menjaga keturunan manusia di bumi. Mewariskan kerusakan lingkungan hanya akan menghancurkan kelangsungan hidup generasi yang akan datang. Manusia tidak selayaknya mengeksploitasi alam sekehendaknya dan memanfaatkan alam untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang dapat merugikan generasi yang akan datang meskipun dari satu sisi mengakibatkan kemajuan pada masa sekarang, tapi pada sisi lain bahayanya akan dirasakan oleh generasi-generasi setelahnya.
Demikianlah pentingnya menjaga kelestarian alam sehingga alam bisa selalu lestari. Jika alam tidak dijaga kelestariannya maka akan terjadi kerusakan dan dampak buruk. Dampak buruk ini tidak hanya berpengaruh terhadap lingkungan akan tetapi juga berpengaruh bagi kelangsungan hidup generasi manusia.
Suko Wahyudi, PRM Kampung Timuran Yogyakarta