Menggiring Jamaah Berbondong ke Masjid dengan Memperbaiki Manajemennya
Oleh: Amidi, Dosen FEB Universitas Muhammadiyah Palembang
Ramadhan telah pergi meninggalkan kita, selama kita memesrai Ramadhan berbagai pelajaran yang bisa kita petik, antara lain mengenai jamaah. Jamaah di awal-awal Ramadhan ramai memadati masjid, namun terus berkurang seiiring dengan memasuki hari-hari terkahir Ramadhan, jamaah kembali “membludak” pada saat melaksanakan sholat Hari Raya Idul Fitri. Begitu juga dengan kondisi di luar Ramadhan, masjid hanya ramai pada hari Jum'at saja.
Agar masjid terus ramai pengunjungnya (jamaah), maka salah satunya manajemen masjid harus baik, untuk itu pengurus masjid harus menata manajemen masjid. Di negeri ini tidak sedikit masjid yang manajemen-nya sudah baik, misalnya masjid “Jogokariyan di Yogyakarta”, yang terkenal dengan masjid yang paling “gede” menerima infaq, sadaqoh dan zakat dari jamaah, masjid ini tak sepi dari jamaah ditambah masjid ini secara rutin menyediakan makanan/minuman untuk jamaah gratis, baik di bulan Ramadhan maupun diluar Ramadhan.
Bila disimak, khususnya pada saat sholat lima waktu setiap hari-nya, jamaah masjid biasa-biasa saja, sepi dan kurang semarak. Mengapa demikian?
Faktor Penyebab
Banyak faktor yang mempengaruhi jamaah enggan ke masjid, dengan kata lain melaksanakan ibadah sholat dirumah atau di kantor, banyak fakor sebagai penyebabnya, salah satunya secara umum karena masjid tidak dikelola dengan baik, manajemen masjid belum baik. Memang ada masjid yang ramai dikunjungi jamaah, seperti masjid Jogokariyan dan beberapa masjid yang dikelola secara baik dengan penerapan manajemen termasuk manajemen pemasaran-nya.
Contoh dalam memasarkan produk (baca: penceramah), jika masjid dapat menampilkan penceramah yang sesuai dengan kebutuhan jamaah, penceramah dapat memahami persoalan jamaah yang berkunjung ke masjid, penceramah memberi materi ceramah yang “mengena”, enak, jelas, mengedukasi, tidak menggurui, mengajak dengan hikmah, dan materi yang disajikan keluar dari nurani tidak dipaksanakan dan tidak monoton, maka jamaah akan menyukai-nya dan diharapkan jamaah akan berbondong -bondong mengunjungi masjid dari berbagai kelompok generasi.
Kemudian, tidak salah, jika pemasaran masjid dilakukan tak ubahnya pemasaran suatu produk yang dilakukan pelaku bisnis dalam unit bisnis apa saja. Tampilan produk harus menarik, secara fisik tampilan masjid harus bersih, menarik, dan nyaman (AC). Produk ikutan pun, seperti penceramah, imam sholat pun harus demikian. Imam dapat memahami jamaah, materi ceramah yang disajikan harus efisien dan efektif.
Bagaimana dengan Produk (masjid)?
Masjid merupakan suatu produk yang akan kita jual kepada para jamaah saat ini rata-rata sudah ditampilkan dengan baik, masjid saat ini sebagian besar sudah dibangun dengan permanen dan menarik, tidak sedikit masjid di negeri ini dibangun dengan menghabiskan dana milyaran rupiah bahkan ratusan miliar, seperti masjid terbilang baru yakni masjid ALJABAR di Bandung dan Masjid Sheikh Zayed di Solo yang merupakan bantuan Raja UEA, belum lagi masjid diberbagai provinsi di negeri ini yang dibangun megah, sehingga produk berupa masjid yang ditawarkan kepada jamaah agar tertarik berkunjung ke masjid tersebut sudah tidak ada kurangnya lagi.
Dengan kata lain, dari tampilan fisik, berbagai masjid yang ada di negeri ini sudah baik, mulai dari Ujung pulau sumatera sampai ujung pulau Jawa, Ada masjid megah didalam kampus-kampus Universitas milik Muhammadiyah atau milik Persyarikatan Muhamamdiyah, Ada masjid Baiturrahman di Aceh, ada masjid Al Hakim di Padang dan beberapa masjid yang bagus dan dijadikan wisata reliji di Padang serta masih banyak lagi masjid-masjid lainnya di negeri ini yang tidak kalah menariknya.
Kecendrungan kini justru sebagian besar kalangan muslim berlomba-lomba membangun masjid besar dan megah terlepas nanti jamaah yang berkunjung sedikit, ada kecendrungan dikalangan kita yang penting masjid terlebih dahulu dibangun dengan megah dan menarik. Terlepas, ada kontradiksi antara kondisi umat dengan masjid, misalnya masjid dibangun miliran rupiah, sementara umat disekiling masjid masih banyak yang miskin dan menderita.
Ini dinamika yang berkembang dilapangan, entah dalam membangun masjid tersebut dari hasil menggalang dana dijalan-jalan, terlepas dana pembangunan masjid tersebut dari meminta sumbangan sana sini, terlepas dana yang terkumpul dari urunan antar jamaah, yang jelas dikalangan kita lebih cendrung masjid harus dibangun sebaik mungkin, kalau masjid yang sudah ada masih sederhana, maka biasanya masjid kita akan rehab sedemikian rupa agar tempil menarik.
Namun, terjadi kontradiksi, jika penampilna masjid nya terlalu besar dan mewah, sementara jamaah yang berkunjung sedikit, akan menjadi bumerang, beban listrik, beban biaya pemeliharaan dan lainnya, akan memberatkan kita selaku pengurus masjid.
Untuk itu masjid yang sudah dibangun megah dan menarik tersebut harus ditata, manajemen masjid harus dijalankan dengan baik, tak ubahnya dengan manajemen dalam melakoni unit bisnis yang dilakukan oleh pelaku bisnis.
Bagaimana Sebaiknya?
Penampilan masjid menarik dan mewah itu penting, asal pendanaan yang diperoleh dari membangun masjid adalah hasil sedeqah, dan infaq dari jamaah itu sendiri atau mendapatkan bantuan dari donatur yang memang senang berderma atau senanng berbagi, atau dana dari anggaran pemerintah yang sah.
Jika membangun masjid dari dana meminta-minta harus dihindarkan, karena akan merusak citra agama itu sendiri, dan terkesan tidak elegan. Kemudian kalaupun mau memperoleh dana dari bantuan institusi atau donatur, harus hati-hati, jangan sampai sumber dana tersebut subhat dan tidak jelas alias dana diperoleh dengan tidak baik (baca:haram).
Kemudian menjual/memasarkan produk/masjid harus mengacu pola pemasaran yang selayaknya dilakukan pelaku bisnis, bagaimana agar produk/masjid diminati dari sisi fisik, termasuk menentukan atau menyusun para penceramah dan imam sholat yang akan ditampilkan, harus orang yang tepat yang dikehendaki mayoritas jamaah.
Sekali lagi, mencari dana harus dengan cara elegan, memburu infaq dan sodaqoh para jamaah dengan hikmah, agar jamaah tertarik untuk bersedaqoh dan berinfaq, maka pengelolaan dana harus tarnsfaran dan uang yang terkumpul secepatnya harus segera disalurkan serta dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat, sehingga yang memberikan senantiasa senang, merasa uang nya memang tepat sasaran.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah agar masjid ramai dikunjungi jamaah, maka pengurus masjid harus sedapat mungkin menampilkan produk turunan, seperti kajian ini dan itu dalam periode tententu secara rutin, masjid selain digunakan untuk beribadah, harus digunakan juga untuk kegiatan positif lainnya, diskusi, dan lain-nya. Selamat Berjuang!