Menundukkan Ego dengan Puasa
Oleh: Fathan Fari Saputro
Puasa tidak hanya soal menahan lapar dan haus, tapi juga menaklukkan ego serta mengendalikan keangkuhan diri. Dalam Islam, puasa adalah ibadah yang mengajarkan kesederhanaan, kerendahan hati, dan pengendalian diri, bukan sekadar tindakan fisik semata. Dalam Al-Quran, Allah SWT menegaskan pentingnya untuk tidak bersikap sombong dan angkuh dalam surah Luqman ayat 18, "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."
Ayat ini mengingatkan umat Islam akan ketidaksukaan Allah SWT terhadap sifat sombong dan angkuh. Kedegilan hati merupakan hambatan bagi seseorang untuk meraih rahmat Allah dan membatasi perkembangan spiritualnya. Melalui puasa, umat Islam diberi kesempatan untuk merenungkan diri, memeriksa perilaku mereka, dan menilai apakah ada kesombongan yang perlu diubah.
Saat berpuasa, individu harus berupaya untuk mengendalikan diri dari perilaku yang mencerminkan kesombongan, seperti menahan diri dari memamerkan kesuksesan atau kekayaan di depan orang lain. Puasa mengajarkan untuk menghindari kesombongan diri, namun lebih memilih untuk merendahkan diri dan menghargai karunia yang diberikan oleh Allah SWT.
Puasa juga mengajarkan kemampuan mengatur emosi dan keinginan. Saat seseorang berpuasa, dia harus menahan diri dari tindakan yang bisa memicu emosi negatif atau keinginan berlebihan. Ini membutuhkan disiplin diri yang kuat serta kemauan untuk menahan dorongan-dorongan egois yang muncul.
Dengan berpuasa dengan penuh kesadaran dan ikhlas, individu dapat mengalami manfaat positifnya dalam mengendalikan ego dan kesombongan. Puasa memberikan kesempatan bagi peningkatan kualitas kepribadian, seperti kesabaran, kerendahan hati, dan kemurahan hati, yang semuanya merupakan tanda orang yang berhasil menundukkan ego dan mengikuti ajaran agama dengan sepenuh hati.
Puasa juga mengembangkan empati dan perhatian terhadap sesama. Saat seseorang mengalami lapar dan haus selama berpuasa, dia akan lebih mengerti tentang penderitaan orang lain yang kurang beruntung. Ini dapat memperkuat rasa peduli dan solidaritas dalam menjalani kehidupan bersama sebagai manusia.
Puasa tidak hanya dianggap sebagai tugas ritual tahunan bagi umat Islam, melainkan juga sebagai sarana untuk mengatasi ego dan mengendalikan sifat angkuh. Dengan menerapkan ajaran yang terkandung dalam surah Luqman ayat 18, umat Islam dapat menjadi individu yang lebih rendah hati, penuh kasih, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Puasa mengajarkan bahwa sifat angkuh dan sombong hanya akan menjauhkan manusia dari jalur kebenaran dan kebajikan. Seseorang yang terlalu membanggakan dirinya cenderung menutup diri dari saran dan arahan orang lain, sehingga sulit bagi mereka untuk tumbuh secara spiritual maupun pribadi. Puasa memberikan peluang untuk merendahkan diri, membuka hati dan pikiran untuk menerima kebenaran, baik dari Allah SWT maupun dari sesama manusia.
Dalam lingkungan masyarakat, puasa juga berfungsi sebagai waktu untuk memperkuat solidaritas dan peduli sosial. Saat umat Islam menjalankan puasa, mereka bersama-sama mengalami tantangan yang sama dalam menahan lapar dan haus, tanpa memperhatikan perbedaan status sosial atau ekonomi. Situasi ini membangun ikatan emosional yang kuat di antara umat Islam, mendorong mereka untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain.
Pengalaman berpuasa juga memperdalam rasa syukur terhadap segala anugerah yang diberikan Allah SWT. Saat seseorang merasakan lapar dan haus, ia semakin menyadari akan berkah-berkah yang Allah anugerahkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti makanan, minuman, dan kehidupan yang layak. Situasi ini mendorong untuk hidup dengan penuh kesyukuran dan menghindari sikap sombong yang melupakan asal-usul dan pemberi berkat.
Puasa juga memberi pelajaran untuk menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain, seperti berbohong, menghina, atau bertindak melawan prinsip-prinsip agama. Dengan menahan diri selama bulan Ramadan, seseorang dapat membentuk kebiasaan yang lebih baik dan lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari setelahnya.
Puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan peluang untuk mengembangkan kepribadian yang lebih baik dan meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT. Dengan merenungkan ajaran Al-Quran, seperti yang dijelaskan dalam surah Luqman ayat 18, umat Islam diingatkan untuk merendahkan diri dan mengendalikan kesombongan. Puasa memberikan kesempatan emas untuk menundukkan ego, memperdalam hubungan dengan Allah SWT, dan memperkuat ikatan sosial di antara umat manusia. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, umat Islam dapat hidup dengan makna yang lebih dalam, penuh rasa syukur, dan lebih mendekati jalan kebenaran yang diridhoi oleh Allah SWT.