MUBALIGH, PEMILU, DAN LATO-LATO
Pilpres, Pemilu legislatif, maupun Pilkada, Pilihan kepala desa, juga pemilihan ketua RT, dan pemilihan pemimpin serta perwakilan yang lain pada dasarnya hanyalah urusan muammalat yang biasabiasa saja. Hanya urusan lebih dan kurang dengan berbagai pertimbangan yang cukup subjektif.
Bagi warga Indonesia, perhelatan itu juga sudah dapat disebut sebagai perhelatan yang bersifat rutin. Setiap kurang lebih lima tahun (kecuali pilkades) ajang kontestasi itu selalu kita jumpai. Akan tetapi, muammalat yang biasa-biasa itu kadang bahkan sering menjadi ajang pertikaian. Menjadi wasilah pemutus silaturrahmi. Bahkan menjadi sarana untuk saling menganggap musuh. Seperti menghadapi setan. Musuh yang sebenar-benarnya.
Kebanyakan dari mereka yang bertikai dan saling menyetankan itu bukan antar kontestan. Tapi, antar pendukung. Ketika jagoan yang mereka dukung telah duduk bersama, minum kopi sambil tertawa-tawa dan melupakan janji kampanye masing-masing, para mantan pendukung ini masih saling hujat di setiap kesempatan.
Oleh karena mayoritas penduduk dan pemilik hak pilih di negeri ini adalah orang yang beragama Islam, yang paling banyak terjebak dalam permusuhan dan pertikaian musiman yang berkelanjutan ini pasti juga kaum Muslimin. Pada kondisi seperti ini kehadiran seorang mubaligh yang mampu dan mau menjernihkan suasana menjadi sangat dibutuhkan.
Selengkapnya dapat berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah
Klik di sini https://suaramuhammadiyah.or.id/ebook/paket
Atau, download di Playstore