Muhammadiyah dan Hasil Survei
Oleh: Rumini Zulfikar
Beberapa hari ini kita sebagai warga, pimpinan, kader persyarikatan Muhammadiyah dikagetkan dengan sebuah survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) di bawah pimpinan Deni JA.
Data-data angka dalam survei tersebut menyebutkan dalam kurun waktu 20 tahun belakangan bahwa tingkat keterikatan mayarakat terhadap Muhammadiyah mengalami penurunan yang cukup dratis yaitu 10 persen, Pada tahun 2005 dari angka 9,4 persen turun menjadi,5,70 persen, dan ini jika dibandingkan dengan NU mengalami sebuah peningkatan dalam tren dalam tingkat kerterikatan masyarakat kepada NU dari 27,5 persen menjadi 56,9 persen dari populasi penduduk Indonesia.
Dalam menyikapi dari hasil survei tersebut beragam, dari warga Muhammadiiyah di Medsos ada yang bisa menerima sebagai otokritik, ada mempertanyakan motif dari hasil survei tersebut ada muatan "apa?" .
Terlepas dari hasil tersebut, sangat menarik tulisan oleh Dr Muttaqin, pada dasarnya ini sebagai pemantik untuk berbenah walaupun sudah mengetahui bahwa Persyarikatan ini mengalami kemajuan dalam Amal Usaha, baik di dalam maupun di luar negeri. Akan tetapi ini sebagai check and balance, yaitu kita harus kuat di bawah dengan menjulang tinggi dalam Ber-Amal Usaha jangan sampai seperti pepatah "Kita Berhasil Membangun Menara Tinggi, Tapi Pondasi Kita Rapuh".
Dengan demikian, kita sebagai keluarga besar Muhammadiyah harus bersama-sama mulai dari Pusat sampai Ranting harus SAIYEG SAEKA PRAYA (BERSAMA-SAMA DALAM SATU TUJUAN) yang mana itu semua dapat dilakukan dengan meneguhkan, mencerahkan, menggembirakan serta memperkuat dan merawat basis di akar rumput (gerombolan). Yaitu bertumpu pada Masjid, Ranting dan Cabang, karena itu modal utama atau pondasi dalam sebuah gerakan. Serta menanamkan atau memperkuat nilai-nilai ideologi Muhammadiyah baik itu dengan MKCH, LANGKAH 12, PHIWM, 10 KARAKTER Sifat Kepribadian Muhammadiyah.
Selanjutnya dapat melaksanakan Baitul Arqam, Darul Arqam secara berjenjang dan secara simultan baik di AUM maupun secara struktur Pimpinan dari Ranting sampai Pusat.
Memperketat dalam rekrutmen karyawan di AUM juga merupakan langkah yang bisa diambil, serta memberikan ruang bagi kader dalam mengekspresikan potensinya, jangan dibatasi baik di AUM maupun di tempat lainnya.
Membangun model dalam berdakwah bagi mubaligh Muhammadiyah, contohnya berilah sebuah nilai-nilai yang menggembirakan dan bisa menarik jama'ah, jangan kaku harus mengikuti perkembangan di era digital ini. Karena saat ini semua mempergunakan kemajuan digital untuk mensyiarkan Persyarikatan, apa lagi setiap warga Persayrikatan pasti mempunyai gadget.
Oleh karena itu, perlunya dakwah kultural dan komunitas lebih masif, maka dengan demikian kita dalam memajukan pencerahan terhadap umat, masyarakat bangsa dan negara akan tampak. Yaitu masyarakat merasa "handar beni" atau memiliki dan hangrukupi yaitu (membela) apabila Persyarikatan ini mendapatkan sebuah gangguan atau tekanan.
Rumini Zulfikar, Ketua PRM Troketon, Pedan, Klaten