Nasyiatul Aisyiyah: Menanam Cahaya, Menuai Peradaban

Publish

20 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
89
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Nasyiatul Aisyiyah: Menanam Cahaya, Menuai Peradaban

Oleh: Furqan Mawardi, Muballigh Akar Rumput

 

Tidak banyak organisasi perempuan muda yang mampu bertahan hampir satu abad dengan konsistensi nilai dan relevansi gerak zaman. Tetapi Nasyiatul Aisyiyah berhasil melampaui itu. Di usianya yang ke-94, organisasi otonom perempuan Muhammadiyah ini tidak sekadar berulang tahun, tapi tengah meneguhkan makna bahwa menanam cahaya di relung kehidupan umat adalah cara paling indah untuk menuai peradaban.

Milad kali ini mengusung tema: "Perempuan Tangguh, Cerahkan Peradaban." Sebuah tema yang tidak lahir dari ruang kosong, melainkan merupakan akumulasi dari napas panjang perjuangan perempuan muda Muslim yang tidak tinggal diam di pinggir sejarah. Ketangguhan bagi Nasyiatul Aisyiyah bukanlah sekadar retorika motivasional, melainkan aktualisasi iman dan ilmu di tengah kerasnya tantangan zaman.

Kini, hampir satu abad Nasyiatul Aisyiyah telah menjadi dapur sejarah yang membentuk generasi perempuan Muslim visioner. Mereka hadir di medan pendidikan anak usia dini, di garda layanan kesehatan berbasis komunitas, di lini penguatan ekonomi keluarga muda, bahkan dalam advokasi isu-isu perempuan dan anak di ranah kebijakan. Nasyiah tidak hanya mengisi ruang kosong, tapi juga merawat kehidupan di ruang-ruang yang nyaris terlupakan.

Dari Sabang sampai Merauke, kita dapati jejak Nasyiah hadir membina kelompok Bina Keluarga Balita, mendirikan TK ABA, membentuk komunitas literasi, hingga membangun pusat layanan konseling bagi perempuan korban kekerasan. Semua itu dijalankan dengan semangat kolektif-kolegial yang menjadi napas khas gerakan perempuan Muhammadiyah.

Di tengah krisis identitas yang menghantam generasi muda dan dekadensi moral yang mengintai keluarga muda Muslim, Nasyiatul Aisyiyah tampil bukan sebagai penyulut kekhawatiran, melainkan sebagai penjaga harapan. Ia hadir bukan untuk mengeluh atas gelapnya zaman, tetapi menyalakan cahaya dari rumah, dari pengajian, dari kelas-kelas pendidikan, dari ruang digital yang kini menjadi ladang dakwah baru.

Nilai-nilai Islam Berkemajuan menjadi jantung ideologis gerakan Nasyiah. Bukan Islam yang beku oleh teks, tapi Islam yang bergerak aktif menjawab tantangan zaman. Bukan Islam yang menakut-nakuti, tapi Islam yang memuliakan manusia. Itulah yang membuat kader-kader Nasyiah tetap tenang melangkah di era disrupsi digital dan badai modernitas. Mereka tidak larut dalam euforia, tapi juga tidak tenggelam dalam nostalgia. Mereka tahu ke mana harus melangkah.

Spirit Al-Ma’un yang diajarkan KH Ahmad Dahlan menjadi darah perjuangan mereka, yakni dengan  melayani umat, menolong yang lemah, dan mencerahkan yang tertinggal. Nilai-nilai itu bukan hanya menjadi teori pengajian, tapi menjadi gerak praksis dalam program-program pemberdayaan. Di banyak daerah, kader-kader muda Nasyiah justru menjadi pelopor lahirnya taman bermain ramah anak, edukasi gizi keluarga, hingga advokasi hukum bagi perempuan marginal.

Di usia 94 tahun ini, Nasyiatul Aisyiyah ibarat pohon besar yang dahulu ditanam dengan penuh harap, kini telah berbuah dan menaungi banyak kehidupan. Tapi pohon ini tak pernah merasa cukup. Ia terus menanam cahaya. Ia terus memperluas jangkauan akar dan cabangnya, karena peradaban tak cukup dibangun dalam satu generasi. Ia membutuhkan keberlanjutan, keberanian, dan ketulusan.

Saya sebagai warga persyarikatan yang melihat langsung aktivitas dan gerakan Nasyiatul Aisyiyah tentu sangat bersyukur dengan usianya yang 94 tahun. Sebuah usia yang bagi seseorang sudah langka dapat menggapainya, walaupun ada biasanya sudah renta dan sakit-sakitan. Akan tetapi Nasyiah dengan usia tersebut justru makin gesit dengan berbagai gerakan dan aktivitasnya. Untuk itu sebagai rasa cinta kepada ortomnya para putri Muhammadiyah ini, saya berpesan 3 hal:

Pertama, Jadilah perempuan tangguh yang tidak hanya tahan banting, tapi juga tahan godaan. Zaman ini tidak hanya menguji kekuatan fisik atau mental, tapi juga menggoda hati dan melemahkan prinsip. Perempuan tangguh versi Islam Berkemajuan bukan hanya yang kuat berdiri ketika diterpa badai, tapi juga yang tetap tegak memegang nilai saat dunia menawarkan kemudahan dengan mengorbankan integritas. Jadilah perempuan yang sanggup menghadapi kritik tanpa kehilangan arah, dan mampu menerima pujian tanpa kehilangan arah kiblat. Dalam pusaran zaman yang sering kabur antara benar dan populer, kalian harus menjadi penjaga nilai dan pembawa cahaya.

Ketangguhan sejati bukan dilihat dari seberapa keras suara yang diteriakkan di ruang publik, tetapi seberapa dalam pengaruh yang ditanamkan dalam keluarga, masyarakat, dan umat. Dalam diamnya kader yang mendidik anak-anak TK ABA, dalam senyapnya perempuan muda yang mengurus posyandu dan konseling remaja, di situlah sesungguhnya ketangguhan bermula. Kalian bukan hanya menahan beban zaman, tapi juga sedang memahat wajah masa depan.

Kedua, Teruslah menjadi pelita yang mencerahkan peradaban dari rumah hingga dunia maya. Peradaban tidak dibangun dari sorotan panggung besar saja, tetapi dari nyala kecil yang konsisten, dari lentera-lentera yang menyala di ruang-ruang kecil kehidupan. Nasyiatul Aisyiyah harus terus menjadi pembawa terang, menerangi akal dengan ilmu, menerangi hati dengan iman, dan menerangi masyarakat dengan aksi nyata. Cahaya itu tidak harus menyilaukan. Cukup menerangi jalan yang gelap, cukup menumbuhkan harapan dalam gulita.

Di era digital yang dipenuhi polusi informasi, hoaks, dan budaya instan, kader-kader Nasyiah harus hadir sebagai pelita kebaikan. Jadikan media sosial bukan ruang pamer diri, tapi mimbar dakwah dan edukasi. Jadikan komunitas bukan sekadar tempat kumpul, tapi kawah candradimuka untuk menumbuhkan perempuan berwawasan global yang tetap berpijak pada nilai-nilai lokal dan spiritual.

Ketiga, Rawat semangat kolektif-kolegial, karena gerakan ini tidak dibangun oleh satu nama besar, tetapi oleh banyak hati yang ikhlas. Jangan biarkan kelelahan menjadi alasan untuk berhenti. Tapi ingatlah bahwa setiap langkah kita adalah bagian dari barisan. Kekuatan Nasyiah selama 94 tahun bukan karena figur tunggal, tapi karena berjuta langkah kecil yang diayunkan bersama. Spirit berjamaah, bekerja dalam harmoni, dan saling menopang adalah ciri khas yang harus terus dijaga dan diwariskan.

Ke depan, tantangan akan makin kompleks. Tapi jika semangat kolektif ini terus dirawat, Nasyiatul Aisyiyah akan selalu punya daya hidup, daya dorong, dan daya ubah. Perempuan tangguh bukan hanya yang kuat secara personal, tetapi yang mampu menguatkan orang lain. Dan dalam semangat berjamaah itulah, peradaban baru akan tumbuh yang lebih manusiawi, lebih adil, dan lebih tercerahkan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dalam perjalanan memahami kehidupan Nabi Muhammad SAW, kita telah menjelajahi l....

Suara Muhammadiyah

18 September 2024

Wawasan

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, S.Ag, M.Pd Sebagai anak muda, mengikuti perhelatan besar Musyawarah Nas....

Suara Muhammadiyah

26 February 2024

Wawasan

Dunia Menatap Rafah Oleh: Teguh Pamungkas, Eks volunteer children center Muhammadiyah-Unicef di Pid....

Suara Muhammadiyah

3 June 2024

Wawasan

Perkataan yang Benar Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon Ucapan atau perkataan merupakan....

Suara Muhammadiyah

27 December 2024

Wawasan

Halal Bihalal Rektor UMRI: Menyulam Silaturahmi, Meneguhkan Ikhlas, dan Membangun Sinergi Muhammadiy....

Suara Muhammadiyah

8 April 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah