Refleksi Milad ke-60, Menuju IMM Progresif di Masa Depan

Publish

17 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
520
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Refleksi Milad ke-60, Menuju IMM Progresif di Masa Depan

Oleh: Muhammad Ikhlas Prayogo, Sekertaris Bidang RPK DPD IMM DKI

Baru saja hajat besar Muktamar IMM ke XX di gelar di Palembang, sebagai bentuk regenerasi kepemimpinan dan penyegaran ide-ide serta gagasan kritis yang tentunya mengarah ke progresif bukan lagi pasif atau normatif, dan diharapkan menjadi pijakan serta kompas gerakan IMM hari ini dan masa yang akan datang. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi sayap kanan ditingkat pPemuda dan Mahasiswa Muhammadiyah tentu sejarah lahirnya tidak lepas dari upaya mewujudkan cita-cita Muhammadiyah, menjadikan Masyarakat islam yang sebenar-benarnyanya (Kembali ke Al-quran dan as-sunnah), sehingga dalam hal ini, menjadi dorongan atas realitas untuk berdakwah dan mengembangkan ideologi Muhammadiyah, dilingkungan mahasiswa maupun Masyarakat lebih luas. Sebagai ortom Muhammadiyah, dimana Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan pembaharuan atau tajdid, tentu saja hal tersebut melekat dan menjadi nafas bagi IMM dalam bergerak dan berijtihad mengarungi zaman yang dinamis seperti saat ini.

 Setelah berdiri lebih dari setengah abad sejak didirkan pada 14 maret 1964 yang saat ini memasuki usia yang ke 60 tahun, tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi IMM dan para kader untuk tetap eksis menyebarluaskan dakwah di ranah mahasiswa, pemuda maupun Masyarakat secara luas. Untuk usia 60 tahun menurut penulis bagi sebuah organisasi bukanlah usia yang terlalu tua, jika kita menganalogikan usia manusia seperti di usia 3-5 tahun atau bisa disebut sebagai era golden age, dimana rasa ingin mempertahankan dan daya nalar ingin mengetahui hal baru sangatlah tinggi, hal tersebut bisa menjadi refleksi untuk IMM di usia yang ke 60 tahun ini, untuk lebih berani dan progresif dalam melangkah maupun menciptakan gaya baru seperti halnya mengenai metode perkaderan maupun metode berdakwah, namun tidak melunturkan nilai-nilai ataupun prinsip-prinsip ideologi yang ada di IMM.  Agar IMM hari ini tidak stagnan atau jalan ditempat sehingga tidak terkesan itu-itu saja dalam berdakwah maupun dalam hal perkaderan. Sehingga peranan IMM di masa depan dapat berdigdaya dan melahirkan kader-kader untuk Indonesia di tahun 2045 yang digadang-gadang Indonesia menjadi negara maju atau generasi emas, tentu hal tersebut harus mulai dipersiapkan dari sekarang.

Meskipun telah berusia setengah abad lebih, tentu keberadaan IMM  tidak lepas dari persoalan-persoalan yang ada. Seperti hal nya di zaman yang dinamis seperti saat ini, Dimana gerakan-gerakan IMM terkadang sangat rentan pada persoalan-persoalan yang seharusnya menjadi point kritis IMM dalam hal ini mengenai kesenjangan sosial yang mana dibutuhkan objektifitas dalam  mengkritik kebijakan pemerintah yang menyeleweng atau tidak pro terhadap Masyarakat, namun justru terkadang terjebak pada hal-hal yang realistis atau materialis dan yang berbahaya adalah ketika sudah mem ”beo” cenderung  diam atas realitas ketidakdilan dan cenderung mengikuti arus kekuasaan,yang saat ini cenderung percaya diri atas kekuasannya dengan kendati ingin melindungi kekuasannya, sehingga hal seperti itu dapat menciderai nilai atau prinsip religius, intelektual muapun humanitas yang ada pada IMM sebagai lokomotif perubahan atas ketidakadilan.

Dalam hal literasi, masih minim yang dilakukan oleh kader-kader IMM dapat dilihat masih sepinya literasi-literasi IMM mengenai ide-ide, sejarah, gerakan dan gagasan kritis, sehingga hal ini dapat menjadi stagnan dalam berfikir maupun bergerak dalam membaca realitas kedepan, ini menjadi problem bagi IMM apalagi jika para aktivis milenial IMM atau saat ini banyak aktivis generasi Z yang cenderung malas untuk membaca ataupun menulis dan lebih menyukai hal-hal yang sifatnya instan atau cepat bahkan cenderung pragmatis, hal ini dapat berdampak bagi IMM sehingga kurang produktif dalam memerikan gagasan kritisnya, padahal IMM mempunyai tanggung jawab dalam memikul perubahan terhadap masyarakat agar tercerahkan.

Selain itu juga terkadang minimnya subtansi forum-forum penting yang diadakan oleh pimpinan kepengurusan, yang seharusnya forum-forum penting dan besar seperti halnya tanwir maupun muktamar terkadang tidak menjadi titik poin untuk melahirkan ide-ide ataupun gagasan kritis yang dapat memberikan tawaran ide maupun gagasan inovatif menenai langkah IMM ke depan, yang terkadang justru forum-forum tersebut hanya sebagai ajang untuk kepentingan-kepentingan tertentu, dan hal tersebut yang harus diminimalisir dan dikembalikan lagi substansi sebagaimana mestinya. 

Dalam hal merancang grand design perkaderan atau visi-misi di tingkat kepengurusan, sehingga terkadang kepengurusan tidak mengetahui apa yang menjadi kebutuhan IMM hari ini, dan terkadang hanya sebatas mengikuti periodesasi sebelumnya dalam hal ini biasanya dalam bentuk program kerja. Tentu itu bukanlah hal yang salah, akan tetapi apakah program kerja tersebut masih relevan atau tidak jika digunakan hari  ini, dan itu dapat menyebabkan tidak adanya perubahan atau ciri khas yang signifikan disetiap pergantian kepengurusan.

Jika persoalan-persoalan tersebut masih dipertahankan bisa jadi IMM sama halnya sebuah lokomotif yang tidak mempunyai tujuan yang jelas, sehingga berjalannya waktu akan ditinggalkan oleh penumpangnya, Maka dari itu perlu adanya langkah-langkah progresif di tubuh ikatan, beribacara progresif  ini sama hal nya dengan makna kata transformatif maupun inklusif yang tidak asing lagi untuk IMM, yang secara sederhana dapat dimaknai sebagai upaya langkah konkrit melalui aksi atau tindakan melalui pemaham-pemahaman terhadap realitas atau dalam hal ini dari tekstual menuju kontekstual yang tentu saja  berorientasi terhadap kemajuan. 

Dalam hal ini jika beorientasi pada IMM dapat dilihat dari beberapa aspek untuk mengarah pada progresivitas, yang pertama yaitu sudah sejauh mana IMM dalam melakukan proses perkaderan ataupun kaderisasi di tingkat komisariat, karena perkaderan ditingkat Komisariat menjadi gerbang utama dalam penanaman ideologi dan mencetak kader-kader yang nantinya diharapkan menjadi bibit unggul dalam melakukan transformasi dakwah, sehingga paradigma menjadi seorang kader yang baru mengikuti perkaderan ditingkat dasar harus dibangun, sehingga tidak ada lagi ucapan bahwasannya komisariat hanya sekedar melahirkan kader-kader DAD (perkaderan Tingkat dasar di IMM) saja, dalam artian setelah mengikuti DAD hilang atau dibiarkan begitu saja, akan tetapi benar-benar mampu melahirkan atau mencetak kader-kader IMM dalam artian output nya mereka yang telah atau mengikuti perkaderan dan mendapatkan nilai-nilai ideologi IMM dapat mengubah cara pandang atau perilaku mereka sebagaimana tujuan IMM itu sendiri. Untuk itu perkaderan ditingkat komisariat dalam hal ini adalah DAD menjadi hal yang fundamental bagi IMM kedepannya, karena sejatinya IMM adalah organisasi perkaderan maka sudah seharusnya perkaderan adalah yang paling utama dalam IMM, karena eksistensi IMM di masa yang mendatang dapat dilihat bagaimana proses perkaderan hari ini.

Yang kedua dapat dilihat sebagai bentuk afirmasi keberpihakan IMM dalam mengambil peran atau Langkah konkrit sebagai bentuk langkah progresif yang dapat diartikan bahwa Gerakan-gerakan IMM harus berorientasi pada perubahan dan kemajuan dengan melihat konteks kekinian, namun tidak menghilangkan prinsip yang ada di IMM itu sendiri, dalam hal ini tentunya pada saat dalam menjalankan roda tampuk kepemimpinan yang harus dimaknai tidak hanya sekedar formalitas saja namun dimaknai sebagai orientasi berkemajuan, sehingga peranan dan sikap IMM mampu berkontribusi terhadap Masyarakat. Selain itu juga individu setiap kader memiliki peranan penting di lingkungan Masyarakat dengan dibekali wawasan dan keilmuan yang mencirikhaskan sebagai seorang akademisi yang mempunyai akhlak mulia sesuai dengan tujuan IMM itu sendiri. Seperti yang dikatan oleh Emil Durkheim dimana IMM harus mendorong kadernya hingga pada titik kesadaran organik yang mana diharapkan sebuah kesadaran mampu menghadirkan perubahan sosial karena pengulturasiannya yang lebih mendalam.

Yang ketiga yaitu adaptif dan cakap terdadap realitas keadaan hari ini, hal ini kader-kader IMM harus mempunya pola fikir yang inklusif terhadap realitas, dan tidak menutup diri, dan mengembangkan kompetensi dimasing-masing keilmuannya, sehingga sebagaimana sejatinya menjadi seorang kader yang tidak terbawa arus begitu saja akan tetapi mampu membuat arus, meskipun bukanlah hal yang mudah akan tetapi sebagai seorang intelektual harus tetap berupaya atau berikhtiar untuk membawa suatu perubahan yang baik sehingga dalam hal ini  IMM tidak ketinggalan zaman dan tetap eksis sebagai agen perubahan. Dari uraian diatas mengenai beberapa keresahan dan harapan buat IMM kedepan untuk semakin berlomba-lomba dalam kebaikan kearah yang lebih progresif.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Kelas Bawah Mu dan Solusinya Oleh: Saidun Derani, Dosen UM-Surby, UM-T dan UIN Syahid Jakarta, akti....

Suara Muhammadiyah

26 September 2024

Wawasan

Industri Fashion Halal Oleh: Andy Putra Wijaya, Dosen Perbankan Syariah, Universitas Ahmad Dahlan ....

Suara Muhammadiyah

7 June 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Para pemimpin Makkah khawatir b....

Suara Muhammadiyah

20 September 2024

Wawasan

MUHAMMADIYAH: Medan Tempur dan Lahan Subur Oleh: Bahren Nurdin, Pimpinan Ranting Istimewa NSW, Aust....

Suara Muhammadiyah

9 December 2023

Wawasan

Muhammadiyah dan Indonesia Emas 2045 Oleh: Amrullah, Dosen Perbankan Syariah Universitas Ahmad Dahl....

Suara Muhammadiyah

21 May 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah