Segenggam Impian untuk IMM di Masa Depan
Oleh: Tri Laksono
Pernahkah kita membayangkan kehidupan berorganisasi yang gembira dan menggembirakan. Dimana situasi organisasi yang setiap anggotanya mampu tumbuh dan berkembang bersama, seirama dan senada. Kita bebas menggampai mimpi, membersamai mimpi-mimpi, tanpa rasa khawatir akan masa depan.
Perjuangan yang dihiasi dengan saling bergandengan tangan, tanpa adanya pertentangan ketika berbeda pandangan, pilihan dan keputusan. Saya sangat meyakini dan mempercayai, apapun yang dilakukan anggota organisasi pasti dilatarbelakangi oleh kecintaan, kesetiaan dan kebanggaan pada organisasinya, bukan pada aktor-aktor tertentu saja.
Barangkali tulisan ini dapat menjadi mantra kita untuk memulai situasi tersebut. Kita akan memulai cerita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan kemanfaatan seperti saat cinta pertama kita memasuki ikatan ini, IMM.
Gerakan Kolaboratif
Ditengah arus moderintas dan segala jenis krisis yang mengancam di segala lini kehidupan, telah menuntut sebuah gerakan untuk saling bergandeng tangan erat demi satu tujuan yang sama. Gerakan itu disebut dengan gerakan kolaboratif. Bentuk kolaboratif gerakan hari ini, tidak dapat hanya terbatas akan frasa "se-ideologis" namun harus memperluas radius dengan gerakan apapun selama memiliki nafas perjuangan yang sama, yakni berpihak dan untuk kaum mustadaafin.
Gerakan ini kemudian harus memiliki sebuah daya implementatif dan dampak, baik gerakan dakwah, keilmuan maupun gerakan sosial. Entitas nyata dari dampak adalah ada sebuah capaian-capaian yang dapat diukur dan bermanfaat untuk umat secara umum. Sehingga, dengan demikian gerakan kolaboratif bukan hanya sebuah semboyan, tetapi memiliki bunyi yang bermartabat.
Kepemimpinan Kolektif
Berbicara mengenai kepemimpinan, maka yang berada di kepala kita adalah memiliki keberpihakan kepada semua golongan, dapat mensejahterakan, dan jujur. Pertanyaan nya adalah bagaimana kepemimpinan semestinya dijalankan? Jawabannya adalah Kepemimpinan Konsekuensial dan kolektif.
Kepemimpinan konsekuensial adalah sebuah tipe kepemimpinan yang memiliki dampak luas. Berpijak dari itu, maka pemimpin mesti punya satu visi yang berangkat dari sebuah realitas konkrit di masyarakat dan memiliki kebijakan yang maslahat untuk umat. Jika konsekuensial telah dijadikan sebuah pijakan, maka selanjutnya adalah menjalankannya secara kolektif. Kepemimpinan kolektif bukan ditafsirkan terbatas tentang sebuah program yang dijalan secara bersama. Namun, semestinya yang dilakukan adalah distribusi wewenang dan tanggung jawab yang merata, tepat dan dapat dijalankan dengan spirit vokasional (panggilan hati)
Demokratisasi Gerakan
Sering kali sebuah organisasi atau gerakan hanya diputuskan oleh segelintir orang saja. Padahal entitas individu-individu sebagai subjek yang memiliki hak, harus dihormati. Sehingga, budaya keputusan milik orang-orang tertentu harus dibuang jauh jauh dalam kepala kita yang telah menobatkan dirinya terlibat dalam gerakan maupun organisasi.
Dengan demikian, demokratisasi gerakan menjadi penting saat ini. Wujud nyata demokratisasi gerakan adalah tercapainya keputusan bersama dengan melibatkan seluruh individu di dalamnya secara sadar dan dilaksanakan oleh semuanya. Bilamana pelibatan individu tidak dilakukan dan proses keputusan bersama tidak dilakukan pula, maka buanglah jauh jauh mimpi akan sebuah tercapainya sebuah tujuan bersama.
Responsif dan Progresif terhadap Isu Sosial
Responsif dan progresif adalah seperti mata uang yang saling berkelindan satu sama lain. Namun, permasalahan nya adalah ketika kemudian dilakukan secara reaksioner. Hal yang dapat dilakukan bila enggan terjermbab dalam tindakan reaksioner ialah menyusun sebuah isu strategis dengan pembacaan yang kuat. Selain itu, juga memiliki daya selektif yang ketat dengan kajian akurat.
Responsifitas IMM sudah semestinya mengarahkan pada dapat membaca permasalahan yang akan terjadi kedepan dengan pendekatan futures studies. Dengan menggunakan pendekatan ini maka akan menghasilkan sebuah pembacaan akurat yang evidence based (berbasis bukti). Hal ini kemudian memberi jalan terang untuk IMM menjadi garis depan dalam merespon segala isu yang sudah dibaca sejak dini. Sehingga responsifitas IMM berwujud juga dalam gerakan progresif yang dapat tersusun secara sistematik, memiliki metode strategis dan tidak sekedar menguap seperti gelembung. Demikianlah memaknai responsif dan prosgresif terhadap isu sosial.
Pemberdayaan Kader Secara Strategis dan Berkelanjutan
Kaderisasi IMM perlu untuk dibaca ulang guna membangun rancangan strategis dan berkelanjutan, mengingat 2045 visi negara kita adalah mewujudkan Indonesia emas. Bonus demografi harus disambut secara kritis oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang memiliki sumber daya manusia melimpah. Pertanyaanya adalah bagaimana merancang itu semua?
Pengelolaan kader hari ini cenderung sporadis tanpa berbasis data dan pembacaan yang kuat. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat satu sistem yang sesuai dengan tujuan IMM itu sendiri. Kedua, integrasi muatan pengetahuan yang harus dimiliki setiap jenjang kaderisasi dari Komisariat hingga DPP.
Ketiga, membuat wadah yang terintegrasi dari DPP hingga tingkatan Cabang-Cabang. Keempat, sistem pengelolaan wadah harus memiliki muatan mempertajam ilmu pengetahuan yang dapat berguna untuk umat, berwujud gerakan keilmuan, dakwah, dan gerakan sosial. Kelima, merumuskan rencana kebijakan nasional jangka panjang IMM dan tidak dapat diubah bilapun berganti kepemimpinan.
Oleh karena itu, pemberdayaan kader secara strategis dan berkelanjutan pasti bermuatan tentang sistem, pengelolaan dan kebijakan jangka panjang. Dengan demikian, fungsi kader dapat satu tarikan nafas dengan Muhammadiyah dalam menambatkan cita-cita dan tujuannya.
Tri Laksono, Ketua DPP IMM Bidang Hukum dan HAM