Takdir, Ikhtiar, dan Kematian dalam Al-Qur`an

Publish

24 February 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
84
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Takdir, Ikhtiar, dan Kematian dalam Al-Qur`an

Oleh: Donny Syofyan/Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Surah Ali 'Imran ayat 145, seringkali menimbulkan salah tafsir. Bunyinya, "dan tidak ada jiwa yang akan mati kecuali dengan izin Allah, (yaitu) pada waktu yang telah ditentukan." Ayat ini mengandung makna yang mendalam.

Secara harfiah, ayat ini menyatakan bahwa kematian setiap jiwa hanya terjadi atas izin Allah, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Ini menyiratkan bahwa Allah telah menentukan akhir hidup setiap individu, dan selama seseorang masih hidup, itu berarti waktunya belum tiba. Kematian adalah kepastian, namun kapan itu akan terjadi adalah misteri yang hanya diketahui oleh Allah.

Ayat ini juga menekankan bahwa tak seorang pun dapat mati sebelum Allah mengizinkannya. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang selamat dari kecelakaan fatal, seorang Muslim akan mengatakan bahwa waktu kematiannya belum tiba, Allah belum memberikan izin. Tidak ada kekuatan di dunia ini yang dapat mengakhiri hidup seseorang, jika Allah belum menghendakinya.

Pada intinya, ayat ini mengajarkan kita tentang kekuasaan Allah atas hidup dan mati. Ini mengingatkan kita bahwa kematian adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan, dan kita harus selalu siap menghadapinya. Sementara itu, kita harus menghargai setiap detik kehidupan yang diberikan Allah dan menggunakannya untuk berbuat kebaikan.

Ayat ini memberikan ketenangan dan keberanian bagi umat Islam dalam menghadapi kesulitan hidup. Kita tahu bahwa kematian hanya akan datang atas izin Allah, sehingga kita tidak perlu takut menghadapi bahaya jika itu demi tujuan yang baik. Namun, ini bukan berarti kita boleh ceroboh dan sengaja mencari bahaya.

Meskipun ayat ini menyatakan bahwa kematian terjadi pada waktu yang telah ditentukan, bukan berarti tanggal kematian seseorang tidak dapat berubah. Islam mengajarkan bahwa Allah dapat mengubah takdir seseorang, termasuk waktu kematiannya. Berbuat baik kepada orang tua, misalnya, dapat memperpanjang umur seseorang.

Ayat ini juga menyebutkan bahwa kematian terjadi dengan izin Allah. Jika waktu kematian sudah ditetapkan secara mutlak, maka izin Allah tidak diperlukan lagi. Kematian akan terjadi begitu saja, tanpa perlu izin. Namun, penyebutan izin Allah menunjukkan bahwa ada fleksibilitas dalam takdir kematian, yang dapat berubah sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya.

Fakta bahwa kematian memerlukan izin Allah menunjukkan bahwa, ada batasan tertinggi dalam rentang waktu kematian seseorang. Meskipun ada takdir yang telah ditentukan, Allah tetap memiliki kuasa untuk memberikan izin kematian lebih awal atau lebih lambat dalam rentang waktu tersebut.

Hal ini membantu kita memahami situasi sulit, seperti ketika seorang pasien dalam kondisi kritis dan dokter menyarankan untuk menghentikan alat bantu hidup. Keluarga mungkin bingung dan bertanya-tanya, apakah mencabut alat bantu hidup berarti mempercepat kematian yang telah ditentukan Allah, atau apakah itu merupakan bagian dari rentang waktu kematian yang diberikan Allah, di mana manusia memiliki peran dalam pengambilan keputusan?

Ketika keluarga akhirnya memutuskan untuk mencabut alat bantu hidup dan pasien meninggal dalam waktu singkat, pertanyaan muncul: apakah kematian tersebut terjadi karena Allah telah menuliskan waktu kematian yang tepat, dan tindakan mencabut alat bantu hidup hanya kebetulan sesuai dengan rencana-Nya? Atau apakah Allah memberikan rentang waktu kematian, dan dalam rentang tersebut, manusia memiliki kebebasan untuk membuat keputusan yang dapat mempengaruhi waktu kematian? 

Pertanyaan ini mengajak kita merenungkan tentang hubungan antara takdir dan kehendak bebas manusia. Apakah setiap peristiwa, termasuk kematian, sudah ditentukan secara mutlak oleh Allah, atau apakah manusia memiliki peran dalam membentuk takdirnya sendiri dalam batas-batas yang telah ditetapkan?

Lebih tepat untuk membayangkan bahwa Allah telah menetapkan rentang waktu bagi kehidupan seseorang, bukan tanggal kematian yang kaku. Rentang ini memberikan ruang bagi berbagai kemungkinan. Misalnya, berbakti kepada orang tua atau menjaga gaya hidup sehat dapat memperpanjang umur seseorang dalam rentang yang telah ditentukan Allah. Dengan kata lain, meskipun ada batasan akhir yang tidak dapat dilampaui, kita memiliki kesempatan untuk mempengaruhi kapan tepatnya kita akan mencapai titik akhir tersebut.

Konsep ini berlaku tidak hanya untuk kematian, tetapi juga untuk berbagai aspek kehidupan. Allah menetapkan rentang kemungkinan, dan segala sesuatu yang terjadi akan berada dalam rentang tersebut. Namun, hasil akhirnya tetap bergantung pada kehendak dan izin Allah. Pada akhirnya, Allah memiliki kendali penuh untuk menentukan kapan dan bagaimana sesuatu terjadi.

Dengan memahami konsep ini, kita dapat melihat bahwa ada keseimbangan yang indah antara kekuasaan Allah dan kehendak bebas manusia. Allah memegang kendali tertinggi, namun manusia diberikan kebebasan untuk membuat pilihan dalam batas-batas yang telah ditetapkan. Misalnya, dalam kasus pasien yang sakit parah, keluarga memiliki pilihan untuk mencabut alat bantu hidup atau tidak, dan keputusan ini dapat mempengaruhi kapan tepatnya pasien meninggal dalam rentang waktu yang telah ditentukan Allah.

Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi penonton pasif dalam drama kehidupan, tetapi juga aktor yang aktif, yang dapat mempengaruhi jalannya takdir kita sendiri, meskipun dalam batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Jelang Munas Satu Abad: Menyongsong Transformasi Kedua Majelis Tarjih (5) Oleh: Mu’arif Jika....

Suara Muhammadiyah

30 January 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Islam terhubung dengan keimanan dan kitab suci sebelumnya. Ini memberikan umat ....

Suara Muhammadiyah

18 September 2023

Wawasan

Niat Ikhlas, Kunci Kebahagiaan dalam Hidup Oleh: Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta Ikhlas, suat....

Suara Muhammadiyah

18 January 2025

Wawasan

Dilema Penggunaan Artificial Intelligence di Perguruan Tinggi  Oleh: Candra Kusuma Wardana, S.....

Suara Muhammadiyah

2 January 2025

Wawasan

Kenaikan Isa dalam Al-Qur'an Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas M....

Suara Muhammadiyah

28 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah