Karakteristik Ayat-ayat Puasa (3) Setiap Ibadah Ada Target yang Harus Dicapai
Oleh: M. Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag
Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran, Dewan Pakar Sahabat Misykat Indonesia
Dengan merujuk kepada simpulan kajian tentang struktur kebahasaan pada ayat 183 Quran Surat al-Baqarah yang lalu dapat ditegaskan kembali bahwa ketika kita dihadapkan pada tantangan untuk menuntaskan suatu pekerjaan yang kita anggap berat, maka minimal ada tiga hal yang harus dipedomani.
Pertama harus percaya kepada kemampuan diri sendirinya. Kedua harus ada orang lain sebagai partner yang mendukungnya baik moral maupun spiritual, atau sebagai pesaing yang positif. Ketiga harus ada target minimal yang akan dicapai.
Pada bagian akhir dari tulisan yang terdahulu secara singkat juga telah disinggung bahwa semua bentuk ibadah yang disyariatkan oleh Allah dan rasul-Nya selalu disertai dengan penetapan target minimal yang harus dicapai.
Tidak ada ibadah tanpa target. Misalnya shalat yang benar dan dilaksanakan pada waktunya mempunyai target membangun kekuatan pengendali di dalam jiwa seseorang agar langkah hidupnya tidak mengarah kepada perbuatan-perbuatan yang mengabaikan nilai-nilai agama dan juga tidak melanggar norma sosial. (lihat Q.S. al-Ankabut [29]: 45).
Kewajiban membayar zakat juga dalam rangka merealisasikan dua target yang ditentukan di dalam Q.S. al-Taubah [9]: 103. Pertama membersihkan hati orang kaya sebagai pemilik kapital dari egoisme dan keangkuhan sosialnya, serta menambah keberkahan dan kebermanfaatan hartanya untuk aksi-aksi kebaikan yang berkelanjutan. Kedua dengan sistem distribusi yang berkeadilan zakat diharapkan mampu meminimalisir kesenjangan sosial, kay lā yakūna dūlatan bayna al-aghniyā'i minkum (Q.S. al-Hasyr [59]: 8).
Di samping itu zakat juga menghilangkan rasa rendah diri, iri dan dengki dari hati orang-orang yang merasa disenjangkan oleh perbedaan kepemilikan modal dan status sosial.
Begitu pula dengan ibadah puasa juga ada target yang harus dicapai. Dan secara khusus al-Quran menetapkan taqwa sebagai target yang harus diraih oleh setiap orang yang menjalankan ibadah puasa. la'allakum tattaqūn (Q.S. al-Baqarah [2]: 183).
Kalau kita cermati secara utuh rangkaian ayat-ayat puasa yaitu Q.S. al-Baqarah 183 sampai dengan 187, akan kita temukan bahwa penggalan akhir ayat 183 sebagai ayat pertama dirangkaian ini berbunyi la'allakum tattaqūn dan penggalan akhir ayat 187 yang merupakan ayat terakhirnya berbunyi la'allahum yattaqūn.
Ini membuktikan bahwa target utama sesungguhnya dari ibadah puasa Ramadhan yang terbersamai dengan pelaksanaan ibadah-ibadah lainya adalah taqwa. Dan taqwa inilah yang diharapkan mampu mempengaruhi keunggulan pribadi seorang muslim dalam rangka mengarahkan jalan hidupnya pada jalur yang telah digariskan agama.
Target yang secara nash sudah ditetapkan Allah itu pasti bisa dicapai oleh siapa saja yang beribadah karena Allah tidak pernah memberikan beban di luar batas kemampuan hamba-Nya.
Semua beban agama sangatlah terukur dan sesuai dengan kemampuan manusia. Kalau seorang hamba merasa sudah beribadah tetapi menganggap ibadahnya belum memberikan pengaruh perubahan bagi kehidupannya, maka jangan sampai menyalahkan ibadahnya.
Hendaklah ia mereview kualitas pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut dan bermuhasabah.
Prinsipnya Ibadah itu pasti membawa pengaruh dan tidak ada yang sia-sia karena disyariatkan untuk membidik target tertentu.
Semangat syariat islam ini seharusnya diaplikasikan ke dalam setiap langkah dan aktifitas keduniaan kita. Setiap kegiatan dan program yang kita canangkan harus mengandung tujuan dan nilai kebermanfataan.
Ini menjadi penting bagi identitas keislaman kita karena rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa kebernilaian langkah dan kebermanfaatan aktifitas yang kita lakukan menjadi tolok ukur nilai kesempurnaan keislaman dan keimanan kita, min husni islāmi al-mar'i tarkuhū mā lā ya`nīhi.